Master Bercerita: Prasangka Pelayan Wanita

Buddha yang welas asih berikrar untuk membimbing makhluk hidup. Untuk membimbing makhluk hidup, Buddha harus memahami apa yang disukai makhluk hidup. Dharma seperti apa yang dapat membuat makhluk hidup menyerapnya. Orang seperti apa yang bisa membimbing makhluk hidup. Buddha yang welas asih tidak tega melihat makhluk hidup menderita dan terus membimbingnya. Walaupun kemampuan makhluk hidup untuk mengenal Dharma tidak dalam, tetapi Buddha tetap berharap dapat membimbing mereka.

Tidak peduli menggunakan cara apa pun, Buddha tetap tidak menyerah. Jadi, Buddha menggunakan berbagai cara untuk membimbing orang. Meski menggunakan cara yang praktis, tetapi bisa menyesuaikannya dengan kemampuan mereka.  Saat Buddha masih hidup, Beliau sering membabarkan Dharma di Jetavana. Salah satu murid awam-Nya, Sudatta, adalah pendukung yang murah hati. Dia berikrar untuk sepenuhnya mendukung Buddha, Dharma, dan Sangha.


Ada seorang pelayan wanita tua di keluarga Sudatta merasa bahwa asalkan ada bhiksu yang datang pindapata, majikannya pasti akan memberinya makanan yang cukup. Dia sangat tidak senang. Dia membicarakannya ke mana-mana bahwa majikannya sangat bodoh dan tidak mengerti menghargai hartanya. Begitu melihat bhiksu, dia pun sangat marah dan segera menghindar.

Ratu juga mendengar berita ini. Dia pun mengundang istri Sudatta ke istana dan bertanya padanya, "Pelayan yang seperti itu, mengapa kamu tidak memecatnya." Istri Sudatta menjawab, "Buddha welas asih. Jika saya memecatnya dan Buddha mengetahuinya, Beliau akan tidak tenang. Jadi, harus toleransi dan bersabar." Ratu bertanya, "Bisakah besok kamu memintanya ke istana?" Istri Sudatta pun meminta pelayan wanitanya ke istana.

Begitu masuk istana, dia tiba-tiba melihat Buddha. Dia ingin menghindar, tetapi tidak ada jalan untuk kabur. Lalu, dia melihat di tembok ada lubang anjing, saat dia ingin merangkak masuk lubang, lubang yang di sebelah sana sudah ditutup. Melihat Buddha sudah hampir mendekatinya, dia pun segera mengambil kipas untuk menutup wajahnya. Namun, dia melihat wajah Buddha dari setiap celah.


Dia pun segera menyimpan kipasnya dan menutup matanya dengan tangannya. Namun, dia malah melihat wajah Buddha di setiap jarinya. Dia pun sangat marah dan meninggalkan tempat itu. Setelah tiba di rumah, dia segera mencari keranjang bambu dan menggunakan kain yang tebal untuk membungkus keranjang bambu. Lalu, dia masuk ke dalam keranjang dan menutupi dirinya dengan selimut. Setelah Buddha mengetahuinya, Beliau pun meminta Rahula dan Ananda untuk membimbing pelayan wanita itu.

Rahula lebih nakal, saat tiba di sekitar rumahnya, Rahula berkata, "Sekarang ada seorang raja bijak telah tiba, dia datang untuk melenyapkan iblis. Setelah mendengarnya, pelayan wanita itu segera keluar untuk menyambut raja bijak. Ananda pun berkata, "Raja bijak berkata bahwa kamu sangat cantik dan berharap kamu bisa mendekatinya." Dia tak berani menengadahkan kepalanya dan berkata, "Saya sudah tua, tidak cantik, dan juga miskin."

Ananda pun membawa sebuah permata ke depan pelayan wanita itu. Setelah bercermin di depan permata, pelayan wanita itu merasa dia sangat cantik. Dia pun sangat gembira dan setelah mengangkat kepalanya, dia melihat bhiksu. Dia berpikir, "Mengapa saya bisa begitu gembira ketika melihat bhiksu?"

Rahula berkata padanya, "Kamu menjadi pelayan wanita yang rendah. Kamu setiap kali melihat Buddha dan bhiksu selalu merasa kesal, bukankah sangat menderita? Kamu seharusnya memahami prinsip kebenaran dengan baik."


Pelayan wanita itu pun ikut Rahula pergi untuk menemui Buddha. Buddha dengan welas asih membabarkan Dharma kepada pelayan wanita itu. Pelayan wanita itu pun bersedia menyerap Dharma ke dalam hati. Walaupun pelayan wanita itu berstatus sosial rendah, tidak sopan pada Buddha dan Dharma, tetapi Buddha tetap tidak menyerah untuk membimbingnya.

Untuk menghadapi orang yang berprasangka pada bhiksu, harus menggunakan berbagai cara untuk membimbingnya. Orang yang tak berjodoh dengan Buddha, Beliau pun meminta orang yang berjodoh untuk membimbingnya. Jadi, hanya orang yang berjodoh yang dapat menyerapnya ke dalam hati. Jalinan jodoh antarsesama sangatlah menakjubkan.

Kita telah mendengar kisah Rahula membimbing pelayan wanita itu. Dahulu pernah mendengar kisah Ananda membimbing seorang nenek miskin dan lain-lain. Jadi, saya sering mengingatkan semuanya tentang hukum karma. Jika kita menjalin jodoh baik di masa lampau, maka kita akan bersukacita menjalin jodoh baik di kehidupan ini. Jika kita menjalin jodoh buruk, maka kita akan membenci dengan jalinan jodoh yang kita jalin di kehidupan ini.


Saat Buddha datang ke dunia, ada yang menjalin jodoh buruk dengan Buddha dan di kehidupan mendatangnya, dia tetap tidak bersukacita. Namun, Buddha tetap akan membimbingnya. Bagi orang yang memahami Dharma, Beliau akan mengajarkan prinsip kehidupan. Bagi orang yang tidak memahami Dharma, Beliau akan mengajarkannya dengan bijaksana. Jadi, tergantung kemampuan setiap orang untuk memahami Dharma.

Buddha mengajarkan ajaran Buddha berdasarkan kemampuan setiap individu dalam memahami Dharma. Kita harus mengajarkan sesuai dengan kemampuan mereka. Ada orang yang sangat impulsif. Meskipun hal yang benar, tetapi dia melakukannya di waktu yang salah. Ini tidaklah benar karena tidak baik-baik menggenggam waktu yang tepat untuk melakukannya. Tanpa waktu yang tepat, kita tidak bisa mendapat wawasan tentang kebenaran juga. Jadi, kita harus selalu mempertahankan pikiran seperti itu.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -