Master Cheng Yen Bercerita: Keledai yang Membayar Utang

Hukum sebab akibat tidak dapat kita ubah sedikit pun. Segala perbuatan kita akan menghasilkan buah (karma) yang akan kita tuai sendiri. Jika ingin berubah maka kita harus memahami kebenaran dan segera memperbaiki diri. Inilah kebenaran dari hukum sebab akibat. Setelah melakukan sesuatu, secara alami konsekuensinya akan muncul. Ini prinsip kebenaran yang sudah pasti. Buah karma terus mengikuti kita bagai bayangan. Ke mana pun kita pergi, bayangan kita terus mengikuti. Pohon memiliki bayangan pohon, manusia memiliki bayangan manusia. Anjing, kucing, ayam, dan lainnya, semua juga memiliki bayangan. Karma bagaikan bayangan yang terus mengikuti kita.

Setelah melakukan kebaikan, kita akan mendapatkan respon yang baik. Saat kita berbuat baik, reaksi orang lain terhadap kita adalah penuh rasa hormat. Ini adalah prinsip yang sudah pasti. Saat melakukan hal yang tidak baik maka kita akan menuai kritikan dari orang lain. Meski tidak berani melakukannya di depan kita, tetapi saat di belakang, mereka akan terus mengkritik kita. Jadi, saat melakukan perbuatan baik, kita akan mendapat respon yang baik, memperoleh kepercayaan dan pengakuan dari orang. Inilah respons yang baik. Seperti itulan, buah karma akan terus mengikuti kita bagaikan bayangan. Jadi, sebagaimana benih yang ditabur, maka buah itulah yang akan dituai.

Begitu pula dengan jalinan jodoh. Saat bertemu dengan jalinan jodoh baik, itu berarti dahulu kita pernah menjalin jodoh baik dan menanam benih baik. Karena itulah, kita dapat bertemu dan berkumpul dengan penuh sukacita. Begitu pula dengan benih dan jalinan jodoh buruk. Saat berinteraksi dengan sesama, adakalanya sebuah ucapan ringan dapat bagaikan sebuah bom yang terus tersimpan di dalam hati kita. Ucapan itu terus tersimpan di dalam hati sehingga membuat noda batin kita semakin lama semakin tebal. Saat jalinan jodoh matang, benih karma akan berbuah. Karena itu, kita jangan meremehkan jalinan jodoh dan hukum sebab akibat.

Ada sebuah kisah yang patut kita petik hikmahnya. Ada seorang pedagang yang ingin mengurus sesuatu di kota. Dia menyewa seekor keledai untuk menarik pedati. Keledai itu berlari dengan cepat. Setelah berlari sejauh 50 kilometer, tiba-tiba keledai itu berhenti. Pedagang itu sangat panik. Dia berkata, "Tidak jauh lagi kita akan segera tiba. Cepatlah!” Akan tetapi keledai itu tetap berdiri bagaikan sebuah patung. Meskipun sudah ditarik berkali-kali, keledai itu tetap enggan bergerak. "Sudahlah. Mungkin lebih cepat jika saya berjalan kaki,” keluh si pedagang. Dengan setengah berlari, dia menuju ke kota untuk mengurus bisnisnya. Usai mengurus bisnisnya, malam itu, dia bermimpi keledai itu datang dan berkata padanya, "Aku meminta maaf karena tidak mengantarmu sampai tujuan. Karena di kehidupan lalu, aku mencuri sepasang sepatumu maka di kehidupan ini, aku harus mengantarmu sejauh 50 kilometer. Setelah mengantarmu sejauh 50 kilometer, aku tak berutang lagi padamu. Utangku padamu sudah lunas. Aku berterima kasih sekaligus meminta maaf karena pernah mencuri sepasang sepatumu,” kata si keledai dalam mimpi. Pedagang itu sangat terkejut ketika bangun. "Ya, saya memang menjalankan bisnis sepatu. Saya masih ingat beberapa tahun lalu, toko saya kehilangan sepasang sepatu. Saat sedang mengecek stok barang, saya mendapati sepatu saya kurang sepasang. Saya merasa sangat marah,” gumam si pedagang. “Siapa yang mencuri sepasang sepatu saya maka kelak dia harus berjalan sejauh 50 kilometer untuk mengantar saya," ucap si pedagang marah kala itu.

Dia teringat pada hal itu. Inilah hukum sebab akibat. Hanya dalam beberapa tahun saja, dia sudah mendapat tumpangan sejauh 50 kilometer sebagai bayaran atas sepasang sepatu itu. Sejak saat itu, pedagang itu sangat memperhatikan hukum sebab akibat. Dia juga mendonasikan semua pendapatan dari perjalanan bisnisnya kali itu. Ia juga selalu berbuat baik kepada semua orang. Dia juga sering berbagi kisahnya dengan orang lain dan menyemangati orang-orang untuk berbuat baik. Dia menasihati orang-orang agar jangan berbuat jahat. Akibat mencuri sepasang sepatu, seseorang bisa terlahir sebagai keledai yang menarik pedati untuk membayar utangnya.

Sungguh, kita harus sangat memperhatikan hukum sebab akibat dalam keseharian. Kita harus meyakininya. Kita harus bertutur kata baik dan menjalin jodoh baik dengan sesama. Selama masih mampu melakukan kebaikan, kita jangan takut bekerja keras. Selama kondisi kesehatan masih memungkinkan, saat melihat orang berbuat baik, kita hendaknya turut mengulurkan tangan untuk membantu. Dengan demikian, saat melakukan segala sesuatu, kita juga menjalin jodoh baik dengan sesama.

Saat menerima bantuan kita, orang lain akan sangat bersyukur. Tutur kata baik yang kita ucapkan juga meninggalkan kesan baik bagi orang lain. Ini merupakan cara untuk menjalin jodoh baik. Untuk menanam benih baik dan menjalin jodoh baik, kita harus senantiasa membantu sesama. Jika setiap orang dapat membangkitkan cinta kasih maka akan ada banyak orang yang terinspirasi. Semakin banyak orang yang terinspirasi maka semakin banyak orang yang saling membantu. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengerahkan kekuatan untuk lebih banyak menjalin jodoh baik dengan sesama dan berbuat baik maka setiap orang akan dipenuhi sukacita dan saling bersyukur. Ini dapat kita rasakan pada kehidupan ini juga, tak perlu menunggu hingga kehidupan mendatang. Sesungguhnya, segala yang kita lakukan pada kehidupan ini akan menjadi benih yang akan kita bawa hingga kehidupan mendatang. Ini adalah prinsip yang sudah pasti. Jadi, kita harus memercayai hukum sebab akibat.

Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -