Master Cheng Yen Bercerita: Maudgalyayana Membimbing Adiknya

Kita harus memiliki keyakinan dan memiliki hati tanpa pamrih karena kita semua memiliki hakikat kebuddhaan. Setelah memahami hal ini, kita harus lebih banyak berbagi agar setiap orang juga memiliki cinta kasih tanpa pamrih. Cinta kasih membuka pintu hati kita terbuka dan membuat kita gembira setiap hari. Kita juga berharap orang lain dapat ceria dan gembira setiap hari. Dengan hati tanpa pamrih, secara alami kita dapat membabarkan cinta kasih universal.

Cinta kasih universal membutuhkan ketulusan. Saat berinteraksi dengan orang atau menangani suatu masalah, kita harus menggunakan ketulusan. Jika dapat membangkitkan ketulusan untuk menjadi teladan yang baik, maka segala yang kita lakukan akan dapat memengaruhi orang lain. dan tamak. Apakah ini benar? Tidak benar. Orang seperti ini menderita atau tidak? Menderita. Mereka tidak bersedia menjalin jodoh baik dengan orang lain dan bersikeras mempertahankan segala sesuatu agar menjadi miliknya. Kehidupan seperti ini sangatlah menderita.

Master Cheng Yen Bercerita: Maudgalyayana Membimbing Adiknya

Jadi, kita harus bersungguh hati untuk menginspirasi orang-orang agar mengubah cinta kasih individu menjadi universal. Dengan begitu, mereka dapat mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih bagi sesama. Setelah menginspirasi orang ini, kita masih harus berusaha lebih keras untuk membimbing lebih banyak orang agar mereka dapat mengembangkan potensi besar. Inilah Bodhisatwa dunia.

Maha Maudgalyayana mengikuti Buddha mempelajari Dharma dan kembali membabarkannya dengan penuh sukacita. Maha Maudgalyayana memiliki seorang adik laki-laki di Negeri Kapilavastu yang sangat kaya. Namun, adiknya ini enggan berdana dan bersumbangsih. Maha Maudgalyayana berpikir, "Dengan hartanya, adik saya ini dapat membantu banyak orang yang menderita kelaparan”. Beliau pun memutuskan untuk menemui adiknya.

Master Cheng Yen Bercerita: Maudgalyayana Membimbing Adiknya

Biasanya, saat mendengar kedatangan sang kakak, adiknya selalu merasa tidak senang karena kakaknya selalu memintanya untuk berdana. Namun, kali ini, Maha Maudgalyayana berkata padanya, "Jika kamu ingin mempertahankan kekayaanmu hingga kehidupan mendatang, saya dapat mengajarkan caranya kepadamu”. Adiknya menjawab, "Jika begitu, saya senang mendengarnya”. Maha Maudgalyayana berkata, "Berdana merupakan cara menanam benih kekayaan. Dengan berdana kepada orang lain, berarti kamu menjalin jodoh baik dengan sesama. Dengan menanam benih baik dan menjalin jodoh baik, pada kehidupan mendatang. Bahkan semua orang yang kamu temui akan menaruh rasa hormat padamu”.

Adiknya bertanya, "Apakah saya harus menunggu hingga kehidupan mendatang”? Maha Maudgalyayana berkata, "Tidak perlu. Pada kehidupan ini, kamu akan memperoleh lebih banyak dari yang kamu berikan”. Adiknya menjawab, "Saya mengerti. Saya tahu apa yang harus saya lakukan”. Adiknya lalu membuka gudang harta dan mulai membagikan makanan. Dia membagikan makanan dengan gembira. Kegembiraannya bukan karena orang lain memperoleh makanan, melainkan karena berharap dapat memperoleh lebih banyak. Setiap hari dia membagikan makanan dengan gembira.

Setelah berselang beberapa waktu, dia melihat gudang hartanya dan menyadari bahwa hartanya tidak bertambah banyak, malah semakin berkurang. Saat Maha Maudgalyayana datang lagi, adiknya berkata  padanya, “Harta saya akan bertambah. Mengapa tidak ada penambahan”? Maha Maudgalyayana berkata, "Mari, saya akan mengajakmu ke suatu tempat”. Setelah berjalan hingga di bawah sebuah pohon besar, Maha Maudgalyayana berkata, "Mari kita beristirahat sejenak sambil memejamkan mata”.

Dengan kekuatan batinnya, Maha Maudgalyayana membawa adiknya ke alam surga. Di sana ada sebuah istana megah dengan kolam yang sangat jernih. Air di kolam itu sangat harum. Adiknya juga melihat banyak dayang di sana, tetapi tidak melihat tuannya. Dia bertanya kepada Maha Maudgalyayana. Maha Maudgalyayana berkata, "Kamu tanyakan sendiri”. Salah seorang dayang menjawab, "Kami sedang menunggu tuan kami”. "Siapa tuan kalian”? "Tuan kami berada di Jambudvipa”. Jambudvipa adalah bumi tempat tinggal kita ini. "Di sana ada seorang adik laki-laki dari Maha Maudgalyayana yang sangat gemar berdana”. "Kelak dia akan terlahir di tempat ini”. "Di manakah tempat ini”? "Di sini adalah alam Surga Paranirmita-vasavartin yang merupakan surga tingkatan tertinggi di alam nafsu”. "Bukankah saya orangnya”? Dia sangat gembira. Saat membuka mata, dia melihat Maha Maudgalyayana masih duduk di sisinya. Dia segera bertobat. Maha Maudgalyayana berkata padanya, "Janganlah kamu memiliki keraguan dan ketamakan. Jika tidak, berkahmu akan hilang”. Adiknya menjawab, "Saya tahu”. Sejak saat itu, adiknya berdana dengan gembira.


Kita dapat menggunakan berbagai cara untuk membimbing orang-orang agar membuka hati dan membangkitkan cinta kasih untuk bersumbangsih. Jika dapat bersumbangsih tanpa memiliki pamrih, maka akan lebih baik. Demikianlah cara Maha Maudgalyayana membimbing adiknya. Kita harus percaya diri kita tidak memiliki pamrih dan berusaha menyebarkan cinta kasih universal.

Dengan hati tanpa pamrih, Maha Maudgalyayana membimbing adiknya dengan tulus. Dengan hati yang tulus, beliau membimbing adiknya. Ini merupakan metode terampil. Adiknya yang berdana dengan penuh sukacita juga menciptakan pahala. Ini merupakan cara kita membimbing orang-orang agar membangkitkan cinta kasih dan menapaki Jalan Bodhisatwa.

Lihatlah, Maha Maudgalyayana mengajak adiknya ke alam surga untuk melihat pemandangan di istana serta mengingatkannya agar tidak tamak. Kita harus terus bersumbangsih dan jangan tamak. Bukankah Maha Maudgalyayana tengah membimbing adiknya menapaki Jalan Bodhisatwa? Jika adiknya dapat terus bersumbangsih dengan sukacita dan tanpa memiliki pamrih, maka noda batinnya akan terlenyapkan. Ini merupakan salah satu cara untuk membimbing sesama.

Jadi, kita harus paham bahwa setiap orang memiliki ketamakan dan ingin menguasai segala sesuatu. Karena itu, kita harus perlahan-lahan melenyapkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan agar dapat membangkitkan cinta kasih untuk membantu lebih banyak orang. Pada saat membantu orang lain, kita dapat memahami lebih banyak kebenaran.

Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -