Pahala Melindungi Satwa

Kita harus senantiasa membina hati penuh cinta kasih. Kita juga harus memiliki hati untuk melindungi seluruh makhluk hidup. Manusia adalah makhluk yang paling cerdas di bumi. Setiap orang memiliki sifat hakiki yang gemar melindungi kehidupan. Kita hendaknya menghormati makhluk hidup bagai  melindungi diri sendiri.

Manusia sebagai makhluk tercerdas di dunia haruslah bisa mengasihi dan melindungi semua makhluk hidup lain. Ini karena di antara semua makhluk hidup, tidak ada hal yang tidak bisa manusia lakukan asalkan memiliki niat. Setiap manusia memiliki hati yang baik karena sifat hakiki manusia adalah murni dan bajik. Selain memiliki sifat hakiki yang bajik, umat manusia juga dapat memimpin makhluk hidup lain.

Namun, kita malah tidak bisa melindungi dan menyayangi mereka. Apakah kita layak disebut umat manusia? Apakah kita layak disebut makhluk tercerdas di dunia? Jadi, kita harus menghargai semua kehidupan. Inilah yang harus dilakukan oleh setiap orang. Kita semua hendaknya menghormati kehidupan seperti kita melindungi diri sendiri. Jika dapat mengasihi makhluk hidup bagai mengasihi diri sendiri, berarti kita sudah melindungi kehidupan.

doc tzu chi

Berbicara tentang melindungi kehidupan, di dalam naskah karya Master Lian Chi tentang berhenti membunuh dan melepaskan satwa terdapat satu kisah seperti ini. Di Zhejiang, Tiongkok, ada sepasang teman yang satu bernama Tao Shiliang dan yang lainnya bernama Zhang Zhiting. Kedua teman ini sama-sama mengikuti ujian. Dalam perjalanan pulang, mereka memutuskan untuk berkunjung ke sebuah vihara untuk berdoa dengan hati yang tulus.

Ketika  melewati sebuah sungai yang besar, mereka melihat seorang nelayan sedang menangkap ikan dengan jala besar. Nelayan itu menangkap banyak belut. Mereka bertanya kepada para nelayan, "Untuk apa kamu menangkap begitu banyak ikan?" Nelayan itu menjawab, "Saya ingin menjualnya."

Karena merasa tidak tega, Tao Shiliang berkata kepada temannya, "Begitu banyak ikan ditangkap oleh nelayan untuk dijual di pasar. Jika dibeli oleh orang, ikan-ikan itu pasti akan dibunuh untuk dimasak. Saya tidak tega. Saya ingin membeli semuanya, tetapi itu membutuhkan banyak uang. Mari kita sama-sama mengeluarkan uang dan menggalang dana."

doc tzu chi

Temannya berkata, "Boleh.” Mereka sama-sama mengeluarkan satu tahil. Tentu saja uang mereka tidak cukup. Karena itu, mereka segera pergi menggalang dana. Mereka berhasil mengumpulkan delapan tahil. Mereka lalu membeli semua belut dan membawanya ke pinggir sungai untuk dilepas.

Melihat ikan-ikan berenang menjauh dengan begitu gembira, kedua orang ini juga merasa gembira. Mereka bersungguh-sungguh menggalang dana dan berusaha segenap tenaga untuk menyelamatkan belut-belut itu. Melihat belut-belut itu berenang dengan begitu gembira, hal itu sungguh membahagiakan.

Suatu malam, Tao Shiliang bermimpi tentang seorang dewa yang berkata kepadanya, "Kamu sebenarnya tidak bisa lulus ujian. Namun, karena memiliki cinta kasih dan telah menyelamatkan banyak nyawa, maka pahalamu sangat besar. Karena itu, kamu bisa lulus ujian." Setelah terbangun, dia berpikir apa yang telah dilakukannya. Dia teringat pada belut yang dia lepaskan. Dia kembali berpikir, "Ini bukan dilakukan oleh saya seorang. Masih ada Zhang Zhiting."

Dia tidak bergembira karena lulus ujian, tetapi mengkhawatirkan temannya. "Jika melepas satwa mendatangkan pahala, pahalanya tidak lebih sedikit dari saya. Apakah Zhang Zhiting akan lulus ujian?" Beberapa hari kemudian, hasil ujian keluar. Tidak hanya Tao Shiliang lulus, tetapi Zhang Zhiting juga lulus.

doc tzu chi

Dari cerita ini, kita hendaknya menyadari bahwa saat melihat makhluk hidup menderita, kita harus segera menolong mereka tanpa memiliki pamrih. Kita harus melindungi makhluk hidup. Bukan berarti demi mendapatkan pahala, kita sengaja meminta orang menangkap ikan agar kita bisa melepaskannya.

Bukanlah demikian. Semua makhluk hidup memiliki hakikat kebuddhaan. Ketika melihat mereka yang menderita, kita harus menimbulkan hati penuh kasih sayang. Ini yang disebut melindungi kehidupan.

Dari kisah ini, kita bisa melihat kedua teman ini pastilah umat Buddha yang taat. Mereka sama-sama mengikuti ujian dan sama-sama berkunjung ke vihara. Dalam perjalanan pulang, mereka melihat nelayan yang menangkap ikan dalam jumlah yang banyak sehingga timbul welas asih dalam diri mereka. Jadi, mereka membangun tekad saat bertemu kondisi.

Makhluk yang paling cerdas di dunia haruslah bisa mengasihi makhluk hidup lain. Jadi, kita hendaknya selalu membina hati penuh cinta  kasih karena sifat hakiki manusia adalah bajik. Jadi, kita harus menghormati kehidupan bagai melindungi kehidupan sendiri. Apakah kita ingin melindungi kehidupan kita dengan baik? Tentu saja, kita harus melindungi dan mengasihi kehidupan sendiri bagai mengasihi semua makhluk. Jadi, kita harus selalu membina hati penuh cinta  kasih.

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -