Perginya Dewa Pelindung

Saya sering berkata bahwa kebaikan dan kejahatan bergantung pada pikiran. Kebaikan merupakan hasil perbuatan manusia. Saat berbuat baik, berarti kita menciptakan berkah bagi dunia. Kejahatan juga merupakan hasil perbuatan manusia. Sebersit pikiran menyimpang dapat menyebabkan timbulnya niat buruk. Kejahatan bisa memicu bencana bagi dunia. Perbuatan manusia bisa mendatangkan bencana akibat ulah manusia.

Ketamakan, kebencian, dan kebodohan yang terus terakumulasi dalam keseharian juga bisa memicu ketidakselarasan empat unsur alam. Semua itu terjadi akibat perbuatan manusia. Karena itu, Buddha berulang kali datang ke dunia demi membimbing semua makhluk. Di mana pun Buddha membabarkan Dharma, pasti ada dewa yang melindungi tempat itu.

Di bagian pembuka setiap Sutra disebut bahwa para dewa dan  Delapan Kelompok Makhluk Pelindung Dharma akan menghadiri dan melindungi tempat persamuhan Dharma. Karena itu, kita harus bersungguh hati dan tulus karena di setiap tempat pelatihan terdapat dewa dan Makhluk Pelindung Dharma yang tak terhitung jumlahnya. Saya pernah berkata kepada kalian bahwa setiap kita memegang satu sila, maka akan ada lima dewa yang melindungi kita. Jika kita menaati lima sila, maka akan ada 25 dewa yang melindungi kita. Saya pernah berbagi kisah ini dengan kalian.

Ada seorang umat Buddha yang sangat tulus, gemar mendengar Dharma, dan menaati lima sila. Apa pun yang terjadi, dia selalu selamat dari bahaya. Dia sendiri juga merasa bahwa dirinya selalu terhindar dari bahaya. Dia lalu bertanya pada gurunya. Gurunya berkata padanya, “Karena kamu menaati lima sila, maka ada 25 dewa yang melindungimu.” Dia merasa sangat gembira dan puas. Dia berpikir, “Jika ada 25 dewa yang melindungi saya, apa lagi yang perlu saya takutkan?”

Perginya Dewa Pelindung

Sejak itu, dia mulai bersikap sombong dan tidak lagi rendah hati terhadap orang lain. Mulanya, dia sangat menghormati kehidupan dan menjalani pola hidup vegetaris, tetapi dia mulai berpikir, “Berhubung sudah memahami Dharma, maka tidak boleh melekat.” Demikianlah perlahan-lahan, nafsu makannya mulai bangkit. Dia mulai melanggar lima sila.

Suatu hari, usai makan, karena merasa lelah, dia pergi beristirahat sejenak. Saat tidur, dia mendengar suara, “Terhadap orang yang tidak menjaga kemurnian fisik dan batin, apakah kita akan terus melindunginya?” Setiap dewa pelindung berkata bahwa melihat sikapnya, mereka akan berhenti melindunginya. 25 dewa pelindung dari lima sila mengecam sikapnya dalam keseharian yang tidak bersungguh hati menaati sila. 25 dewa pelindung itu memutuskan untuk berhenti melindunginya.

Mereka semua pergi meninggalkannya. Dia seperti mendengar suara kecaman dan tahu bahwa itu adalah suara para dewa pelindung Dharma. Dia sangat ketakutan. “Benarkah semua dewa pelindung saya sudah pergi?” Dia kembali bertanya pada gurunya. Saat melihatnya, gurunya menggelengkan kepala dan menghela napas. “Sayang sekali.” “Apa yang disayangkan?” “Sayang sekali kamu tak lagi menaati lima sila.” “Bagaimana guru bisa tahu?” “Auramu sudah berbeda dengan dahulu. Energi pelatihan dirimu juga sudah hilang.” “Jadi, apa yang harus saya lakukan?” “Bertobatlah dan mulai dari awal.”

Perginya Dewa Pelindung

Meski ini hanya sebuah kisah, tetapi kita harus tahu bahwa dewa dan para Makhluk Pelindung Dharma hanya akan melindungi kita jika kita melatih diri. Kita harus membina kebajikan. Dengan membina kebajikan, baru kita akan memperoleh. Jika tidak melatih diri, maka kita tidak akan memperoleh manfaat dan memiliki kebajikan.

Karena itu, kita harus tekun dan bersemangat melatih diri. Kita harus tekun dan bersemangat untuk mendalami ajaran Buddha. Setelah itu, kita dapat kembali berbagi ajaran Buddha agar orang-orang dapat mendalami ajaran benar. Jika dapat demikian, maka setiap tempat merupakan ladang pelatihan.

Perginya Dewa Pelindung

Dewa dan para Makhluk Pelindung Dharma selalu ada di ladang pelatihan batin kita. Kita harus menaati sila dan melakukan tindakan nyata. Kehidupan di dunia tidak kekal. Segala sesuatu di dunia bersifat semu dan tidak nyata, hanya saja manusia telah terbuai oleh nafsu keinginan.

Nafsu keinginan duniawi, baik dari segi rupa, ketenaran, kekayaan, dan lain-lain, semuanya adalah yang paling menggoda, membuat orang sulit menenangkan hati, dan membuat orang sulit mempertahankan sila dan keteguhan pikiran. Ini karena nafsu keinginan sangat mudah menggoyahkan hati manusia. Tanpa tekad yang teguh, kita akan sangat cepat terpengaruh oleh nafsu keinginan. Nafsu keinginan dapat membuat kita merosot. Setelah menyadari hal ini, kita akan tahu bagaimana cara melindungi fisik dan batin kita agar tidak terpengaruh nafsu keinginan. Dengan demikian, Bodhisatwa akan muncul untuk membimbing kita.

Asalkan memiliki niat dan tekad, maka akan ada kekuatan untuk membantu kita menjaga kemurnian batin dan pikiran. Jadi, yang terpenting adalah kita harus menaati sila, membina berkah, serta mempraktikkan dana, sila, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Dengan melatih semua itu, secara alami akan ada banyak dewa pelindung di sekitar kita.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -