Raja Asoka dan Sramanera Cilik

Dharma sangatlah dalam dan luas. Seberapakah dalamnya Dharma itu? Tidak bisa diukur. Karena itu, kita menggambarkannya dengan kata "sangat dalam". Dharma sangat dalam, halus, dan menakjubkan.

"Halus" berarti sangat kecil. Orang zaman sekarang mengatakan bahwa istilah halus tidak cukup kecil. Kini sudah ada istilah "nanometer".  Nanometer adalah satuan untuk mengukur benda-benda yang paling halus dan kecil. Seberapakah kecilnya? Sangat kecil hingga tak terlihat oleh mata. Inilah yang disebut menakjubkan.

Ajaran Buddha di seluruh jagat raya ini tidak bisa diukur dengan cara apa pun. Dharma hanya bisa dirasakan dengan hati. Karena itu, ia disebut dalam, halus, dan menakjubkan. Jika dapat merasakan dan memahami Dharma, maka kita akan merasakan kegembiraan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Karena itu, dalam ajaran Buddha kegembiraan itu digambarkan bagai kegembiraan saat bermain. Ia membuat hati kita penuh sukacita dan tidak terikat oleh apa pun. Ini disebut dengan pembebasan batin. Setelah mendalami Dharma dalam, halus, dan menakjubkan, hati kita akan bebas dari keterikatan. Ini disebut dengan pembebasan batin. Inilah kondisi batin Bodhisatwa.

Pada saat bersumbangsih di dunia, para Bodhisatwa dapat memahami bahwa kehidupan ini penuh dengan penderitaan. Para Bodhisatwa dunia bersumbangsih dengan hati penuh sukacita tanpa terbelenggu oleh nafsu keinginan duniawi. Karena tidak terikat, hati mereka selalu sangat damai tanpa beban. Inilah Bodhisatwa.

Bodhisatwa memahami Dharma yang sangat dalam, halus, dan menakjubkan. Karena itu, mereka selalu bersukacita. Inilah yang disebut "bermain". Mendengar kata "bermain" saja, kita sudah merasa gembira.  Bagi makhluk awam, permainan di dunia ini adalah mengejar kenikmatan, sedangkan "permainan" bagi Bodhisatwa adalah bersumbangsih dengan hati yang damai dan penuh sukacita. Karena telah memperoleh Dharma yang dalam, halus, dan menakjubkan, mereka dipenuhi sukacita.

Masa pemerintahan Raja Asoka adalah masa kejayaan bagi India. Raja Asoka memimpin negerinya dengan semangat ajaran Buddha. Setiap orang di negerinya saling menghormati. Mereka juga sangat menghormati Tiga Permata. Saat melihat bhiksu, mereka akan bersujud untuk memberi hormat.

Suatu ketika, Raja Asoka keluar istana bersama menterinya. Dia melihat seorang sramanera cilik yang sangat menggemaskan. Di dalam hati Raja Asoka timbul rasa hormat. Beliau sangat ingin bersujud kepada sramanera cilik itu, tetapi di sampingnya terdapat begitu banyak menteri yang mengikutinya. Itu membuat sang raja sulit untuk melepaskan status diri.

Namun, sang raja sangat ingin memberi hormat kepada sramanera cilik itu. Karena itu, beliau mengajak pergi sramanera cilik itu. Mereka pergi ke tempat yang tidak ada orang. Lalu, sang raja berkata kepada sramanera cilik itu, "Kamu berdirilah di sana." Raja Asoka kemudian mundur satu langkah. Beliau bersujud kepada sramanera cilik itu. 

Raja Asoka berkata kepada sramanera cilik, "Sramanera cilik hari ini saya sangat senang karena bertemu denganmu. Saya sangat menghormatimu. Karena itu, saya bersujud kepadamu. Namun, ini adalah rahasia kita berdua. Kamu jangan beri tahu orang lain bahwa saya, Raja Asoka, telah bersujud kepadamu."

Setelah mendengarnya, sramanera cilik berjalan ke arah sebuah guci di samping. Dalam sekejap, dia masuk ke dalam guci itu. Tubuhnya berubah menjadi sangat kecil. Raja Asoka sangat kaget, lalu bertanya, "Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam? Apa yang harus saya lakukan? 

Sramanera cilik itu tetap sangat gembira saat berada di dalam guci. Dalam sekejap, dia kembali muncul di hadapan Raja Asoka. Raja Asoka sangat terkejut dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa melakukan itu?" Sramanera cilik ini berkata, "Paduka, saya hanya menunjukkan kepada Anda. Tidak ada orang lain yang tahu. Hari ini hanya Paduka yang melihat saya masuk ke dalam guci. Mohon Paduka tidak memberi tahu orang lain. Ini adalah rahasia kita berdua." 

Raja Asoka sangat terkejut. "Benar sekali, di dunia ada banyak hal yang tidak boleh kita remehkan. Bagaimana boleh saya meremehkan seorang sramanera cilik? Meski telah mendalami ajaran Buddha, mengapa saya masih tidak bisa melenyapkan keakuan?" Karena itu, sang raja merasa bersalah dan juga bertobat.

Kisah ini sangatlah menarik. Kisah ini mengandung Dharma yang sangat dalam. Ini juga adalah sebuah permainan di antara dua orang. Apa pun kondisi yang kita temui di dunia ini, janganlah membiarkan batin kita terbelenggu. Kita harus melihat kondisi sekitar dengan sungguh-sungguh agar bisa membedakan yang benar dan salah. Inilah yang disebut bersungguh-sungguh.

Terlebih lagi, di dalam era sekarang, kita harus bisa membedakan yang benar dan salah. Kita harus keluar dari kegelapan batin untuk bisa memperoleh kebijaksanaan dan bisa membedakan yang benar dan salah. Selama sesuatu itu benar, maka kita harus melakukannya. Dengan begitu, hati kita akan merasa gembira.

Jika bisa selalu melakukan hal yang benar, maka hati kita akan selalu dipenuhi kegembiraan. Inilah kondisi batin Bodhisatwa. Jadi, kita harus mempelajari Dharma dan menyerapnya ke dalam hati. Jika Dharma dan hati bisa menyatu, maka kita akan memperoleh kesadaran.

Saat mendengar satu ajaran, kita akan memahami sepuluh, seratus, bahkan seribu kebenaran. Jika bisa tersadarkan dan menerima satu ajaran saja, kita akan dapat memahami seluruh kebenaran di alam semesta. Jadi, pada saat bersumbangsih sebagai Bodhisatwa, kita harus memahami kondisi di dunia ini.

Setelah mendalami Dharma yang dalam, halus, dan menakjubkan, kita harus menggunakan hati penuh sukacita dan bebas dari keterikatan untuk bersumbangsih di dunia. Dengan demikian, kita akan merasa sangat bahagia. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus dipenuhi sukacita dalam Dharma, bukan membiarkan hati dipenuhi noda batin.

 

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -