Sanubari Teduh: Batin yang Murni Melihat Kebenaran

Saudara se-Dharma sekalian, kita hendaknya bersungguh hati setiap hari. Bersungguh hati berarti harus teliti. Namun kita hendaknya menjunjung tinggi pikiran sederhana yang begitu murni. Jika pikiran kita rumit, maka noda batin akan menjadi banyak.

Kadang kita merasa bahwa ajaran Buddha harus dikaji lebih dalam, barulah disebut Dharma. Namun, kadang Dharma yang dalam belum tentu bisa kita praktekkan, karena kita belum memahami sepenuhnya. Sesungguhnya di dalam kehidupan kita sehari-hari, kesederhanaan dan kesesuaian dengan ajaran Buddha, itulah Dharma yang sejati.

Buddha berkata, Semua makhluk melakukan sepuluh kejahatan. Apakah sepuluh itu? tiga dari tubuh, empat dari ucapan, dan tiga dari pikiran (Sutra Empat Puluh Dua Bagian). Kita semua tahu bahwa ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam hidup, dua hal ini dipisahkan garis pemisah, sisi yang satu adalah kejahatan, sisi yang lain adalah kebajikan.

Mempelajari Dharma adalah mencari cara untuk memahami apa yang dimaksud kejahatan. Yang lebih penting adalah memupuk kebajikan. Jadi di tengah garis pemisah ini, kita hendaknya memahami bahwa segala Dharma sesungguhnya ada di sisi kita.

Sepuluh karma buruk:

Tiga karma buruk dari tubuh: membunuh, mencuri, berbuat asusila.
Empat karma dari ucapan: berkata kasar, berdusta, omong kosong,dan bergunjing. Tiga karma dari pikiran: ketamakan, kebencian, kebodohan. Sepuluh karma lewat tiga pintu ini, bukankah ada dalam keseharian kita?

Sesungguhnya apakah kita berbuat baik atau jahat? Jika berbuat jahat, maka kita akan  berjalan melawan kebenaran dan tidak sesuai  Dharma.  Jika berbuat baik berarti kita mengikuti ajaran orang suci. Para bijak dan orang suci datang ke dunia, tidak lain untuk membimbing kita ke arah kebajikan.

Sebuah ungkapan berbunyi, jangan enggan melakukan perbuatan baik yang kecil. Jangan pula melakukan kejahatan meskipun kecil. Janganlah berpikir dangkal “Untuk apa melakukan kebajikan kecil?”, “Hanya kejahatan kecil tidak apa dilakukan hanya sekali”. Meski tetesan air terlihat kecil tetapi lama-kelamaan bisa melubangi batu. Setetes demi setetes air dapat terhimpun menjadi jumlah yang diperhitungkan.

Jadi hendaknya kita menggunakan pikiran murni. Yang seharusnya kita lakukan, harus kita lakukan dengan giat. Yang tidak seharusnya dilakukan, harus kita waspadai. Begitu sederhana, inilah ajaran para Buddha namun semua makhluk kini merubah hal sederhana menjadi hal rumit. Mereka mengabaikan hal yang seharusnya mereka lakukan.

Meski suatu perbuatan itu kecil, tetapi tak lepas dari kebajikan dan kejahatan. Jangan enggan berbuat kebajikan karena kebajikan itu kecil, jangan pula berbuat kejahatan meski kejahatan itu kecil. Inilah ajaran Para Buddha.

Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat enam puluh dua pandangan. Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat delusi pandangan dan delusi pikiran. Sembilan puluh delapan kecenderungan dan seratus delapan noda batin terus membara siang dan malam sehingga membuka semua celah dan menciptakan segala karma buruk.

Berikutnya kita akan membahas delusi pandangan dalam melihat kebenaran, dan delusi pikiran ini tidak luput dari pandangan dan pemahaman. Berbagai kesalahan bermula dari pandangan kita. Enam puluh dua pandangan telah kita ulas dengan jelas sebelumnya. Kita seharusnya tahu bahwa baik sebelas kecenderungan umum, maupun dua puluh lima aku semua tak lepas dari pandangan dan pikiran kita. Jika sedikit saja pikiran kita menyimpang maka segalanya akan salah.

Ini berarti kita tidak melihat kebenaran, tidak bersentuhan langsung dengan kebenaran yang sesungguhnya, meski kebenaran berada di depan kita. Kita tetap tidak merasakannya. Jadi kita selalu tersesat dan tidak dapat melihat kebenaran. Karena itu, kini kita ingin memahaminya dengan baik. Siapa yang bisa melihat kebenaran? Orang yang bisa melihat kebenaran sejati adalah mereka yang telah memasuki tingkat kesucian dalam Sravakayana.

Para pemasuk arus dalam Sravakayana baru bisa melihat kebenaran yang sesungguhnya. Pemasuk arus atau Srotapanna masih harus mempelajari banyak Dharma. Artinya, kita dapat memurnikan pikiran dan melenyapkan segala nafsu keinginan. Dengan begitu batin masuk kondisi yang tak tergoyahkan. Ini adalah awal pembebasan dari tataran makhluk awam dan memasuki tataran kesucian. Ini di sebut pemasuk arus, yakni mulai memasuki tingkat kesucian dan melihat kebenaran.

Kebenaran ini bisa dilihat dan ditemukan oleh mereka yang telah mencapai tingkatan  pemasuk arus keatas. Kembali pada kemurnian dan kesederhanan, bebas dari kondisi dan nafsu, terjun ke tengah masyarakat dan memberi manfaat bagi semua makhluk. Dengan begitu kita dapat melihat kebenaran.

Demikianlah diintisarikan dari video Sanubari Teduh: Batin yang Murni Melihat Kebenaran. 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -