Sanubari Teduh : Enam Pintu Meditasi

Enam pintu meditasi:

1.   Pintu penghitungan napas

2.   Pintu mengikuti napas

3.   Pintu penghentian

4.   Pintu pengamatan

5.   Pintu introspeksi

6.   Pintu kemurnian

Yang pertama adalah teknik menghitung napas, yaitu mengendalikan napas satu hingga sepuluh. Ini adalah cara mengendalikan tubuh kita. Artinya, seperti saat kita duduk bermeditasi pada pagi hari, kita harus menyelaraskan tubuh dan pikiran.

Posisi tubuh saat duduk harus tegak, lalu kita mengatur napas kita. Bagaimana caranya? Setelah duduk tegak, kita mengatur keluar masuk napas kita dengan cara menghitung. Hitungan satu napas keluar napas masuk. Hitungan kedua napas keluar napas masuk. Seperti ini terus dari hitungan satu sampai sepuluh.

Pada setiap tarikan napas dan embusan napas, panjang setiap embusan dan kedalaman setiap tarikan harus kita atur sedemikian rupa. Panjang  dari tarikan dan embusan harus diatur. Seberapa panjang embusan napas kita? Seberapa panjang tarikan napas kita? Dahulu kita pernah membahasnya. Saat mengembuskan napas, pada saat tubuh duduk dalam posisi tegak, napas kira-kira keluar dari bagian perut, kira-kira dari posisi sedikit di bawah pusar. Kita memvisualisasikan aliran napas keluar dari bagian bawah pusar. Inilah yang dimaksud panjang napas.

Saat menarik napas masuk, aliran napas juga sampai pada bagian tersebut. Satu embusan dan satu tarikan dihitung sebagai satu hitungan. Jika kita dapat menghitung satu hingga sepuluh tanpa pikiran yang berkeliaran, hanya terpusat pada napas dengan hitungan yang jelas, maka pikiran penganggu tidak akan muncul. Dengan terus mengulangi hitungan dari satu hingga sepuluh, inilah teknik pengaturan pikiraan lewat napas agar pikiran kita terkendali dan tidak kacau.

doc tzu chi

Teknik kedua adalah teknik mengikuti napas, artinya tidak memaksa untuk mengatur napas. Saat baru mulai berlatih, kita menggunakan cara menghitung napas, berikutnya kita tidak perlu lagi menghitung. Biarkan napas mengalir alami, tak perlu dipaksa. Kita mengikuti panjang pendeknya napas dan menyadarinya dengan jelas. Kita menyadari napas keluar dan masuk. Pada saat ini, panjang pendeknya nafas tidak perlu diatur atau dihitung. Kita hanya perlu mengatur secara alami dan perlahan sehingga panjang pendek napas teratur. Inilah teknik mengikuti napas.

Jika kita menguasai teknik ini, kapanpun kita duduk bermeditasi, kita akan bisa mengamati dan mengatur napas. Ini juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Inilah teknik mengikuti napas.

Yang ketiga adalah teknik penghentian. Kita harus berhenti. Berhenti apa? Di dalam kehidupan sehari-hari, saat berdiri, berjalan, duduk, atau berbaring, pikiran kita harus terpusat dan hening. Pikiran kita harus sangat tenang dan tidak berkeliaran. Ini disebut memusatkan pikiran dalam meditasi.

Kita harus dapat merenung secara mendalam. Saat bertemu kondisi apapun, pikiran tidak bergejolak dan tetap dapat berpikir dengan tenang. Dalam menghadapi apapun, kita tetap tenang dan mampu berpikir jernih. Dalam menghadapi kondisi apapun, pikiran kita tidak bergejolak. Inilah teknik penghentian.

Berikutnya adalah teknik pengamatan. Artinya, kita harus selalu melakukan pengamatan. Selain mengamati kondisi luar, kita harus mengamati kondisi batin kita. Pengamatan ini berarti mengamati kondisi luar dan mengamati kondisi batin. Kita harus mampu melihat dengan jelas, baik kondisi dalam batin  maupun kondisi di luar, kita harus melihat dengan jelas.

Berikutnya, kita harus menyadari palsunya lima agregat. Karena kita tidak mampu terbebas dari lima agregat, yaitu rupa, perasaan, persepsi, dorongan karma, dan kesadaran, maka kita disesatkan oleh wujud luar. Ini membuat perasaan kita bergejolak. Jadi batin kita selalu bergejolak mengikuti kondisi luar. Rupa, perasaan, persepsi, dan dorongan karma membuat kita kehilangan kejernihan pikiran di dalam kehidupan sehari-hari. Lihatlah, bukankah masyarakat masa kini kacau akibat kekacauan pikiran?

Pikiran kacau memicu berbagai perasaan. Saat bertemu kondisi luar, perasaan kita sulit dikendalikan. Perasaan ini berada dalam ketamakan, kebencian dan kebodohan. Kita tidak menyadari bahwa semua bersifat semu. Akibatnya, kesadaran pikiran kita terbuai kondisi luar dan menjadi kacau dan tidak tenang. Ini berarti kita belum mendobrak ilusi. Kita harus mendobrak empat kekeliruan, baru dapat mengatasi enam belas pandangan.

Yang kelima adalah teknik introspeksi. Artinya, kita harus melihat kembali refleksi batin kita. Batin kita menjadi kacau akibat kondisi luar. Kita harus mengingatkan diri sendiri. Saat batin terganggu oleh kondisi luar, kita harus segera mengembalikannya. Jadi, saat melihat kondisi luar, saat batin sudah bergejolak, kita harus segera berinstropeksi dan mengembalikannya. Kita harus kembali menenangkannya.

Teknik meditasi ini bertujuan agar kita dapat mengendalikan batin kita dan membuat pikiran kita kembali tenang sehingga dapat mengamati pergerakan batin. Pikiran kita sering terpaku pada kondisi luar, tetapi kita juga harus mengamati ke dalam batin. Pikiran yang terpaku kondisi luar berarti selalu melihat ke luar dan sulit dikendalikan. Karena itu kita harus selalu mengingatkan diri untuk melihat ke dalam batin.

Jika pikiran kita berkeliaran, kita harus segera mengembalikannya. Inilah yang disebut teknik introspeksi, yaitu mengembalikan pikiran yang terpaku pada kondisi luar untuk kembali berintrospeksi.

Yang keenam adalah teknik kemurnian. Murni berarti bersih. Saat bersentuhan dengan kondisi luar, pikiran kita tidak terbuai. Inilah teknik kemurnian. Batin kita tidak terpaku pada kondisi apapun dan tidak akan terbuai oleh kondisi luar ataupun membangkitkan pikiran keliru.

Pikiran keliru bersifat semu atau ilusif. Seperti lima agregat yang kita bahas tadi, yang kita sebut membelenggu batin kita. Ini menimbulkan pikiran keliru. Jika kita mampu menyadari kekosongan lima agregat, maka tidak akan timbul pikiran keliru. Jadi, pemahaman ini sangat penting.

Kita harus meluruskan kembali pikiran kita. Jangan biarkan kondisi pikiran luar mencemari batin kita. Dengan demikian, ini yang disebut ketidakmelekatan. Batin kita tidak melekat kepada apapun dan di mana pun. Dengan demikian kemurnian akan dicapai.

Kita akan mampu memahami mana yang nyata dan mana yang palsu. Kita akan memahami kekosongan sejati dan eksistensi ajaib. Jadi, kita harus mempraktikkan enam teknik ini untuk mengatasi kekacauan batin awam kita. Jika hakekat sejati kita tertutup oleh noda kondisi luar, maka kebijaksanaan yang murni tak akan muncul.

Jadi, janganlah kita menghakimi penampilan luar. Kita harus menggunakan hati yang tulus dan pikiran yang tanpa noda dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Kita harus melihat bahwa dalam diri setiap orang terdapat sebuah sutra yang dapat dipelajari. Inilah bahan pelajaran dalam hidup kita. Dengan demikian kita akan memperoleh banyak kebijaksanaan.

Jadi,  kita harus berlatih dengan sungguh hati. Tiada cara lain, cara satu-satunya adalah lebih bersungguh hati.

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -