Sanubari Teduh: Ketulusan Hati Terdengar Oleh Para Buddha dan Dewa

Membangkitkan rasa hormat di dalam diri dan mempertahankannya dalam setiap pikiran dengan tulus berdoa. Saudara se-Dharma sekalian, setiap hari kita melewati pola hidup yang sama. Meski melewati pola hidup yang sama, tetapi setiap detik yang berlalu adalah berbeda. Ini karena waktu terus berlalu. Momen ini berbeda dengan momen sebelumnya. Karena itu kita harus memanfaatkan setiap detik dengan baik.

Setiap detik, hati kita harus membangkitkan  ketulusan yang paling dalam. Kita hendaknya senantiasa membangkitkan ketulusan di dalam hati. Dalam melatih diri, kita harus berlatih untuk memiliki tekad teguh tak tergoyahkan hingga masa tak terhingga. Kita harus sepenuh hati melatih diri.

Ketulusan dan rasa hormat membuat kita dekat dengan surga. Hati kita harus bersatu dengan langit dan bumi. Hati kita dan hati Buddha harus menyatu. Setiap orang terlahir dengan membawa sifat hakiki yang setara dengan Buddha. Jadi, potensi dan hati nurani bergantung pada apakah seseorang memiliki ketulusan atau tidak. 

Karena itu dikatakan. “Tiada yang tak berhasil dicapai dengan ketulusan” Dalam berinteraksi dengan orang atau menangani suatu masalah, kita harus membuat orang-orang percaya bahwa kita memiliki kekuatan yang besar. Banyaknya orang yang meyakini Buddha menandakan kualitas Beliau sebagai manusia telah sempurna. Karena itu kekuatan Beliau sangat besar.  

Mengapa kekuatan Buddha sangat besar?  Karena kualitas Beliau sebagai manusia sudah sempurna. Orang-orang meyakini ajaran Buddha karena kualitas-Nya sebagai Buddha sudah tercapai. Tujuan kita mendalami ajaran Buddha adalah demi mendekatkan diri dengan Kualitas Buddha, kita harus memperlakukan orang dengan tulus. Setelah kualitas sebagai manusia tercapai, barulah kualitas sebagai Budda bisa tercapai?

doc tzu chi

Jadi, untuk membangun kualitas sebagai manusia, kita harus memperlakukan orang dengan tulus. Ini cara untuk membangun kualitas kita sebagai manusia. Jika kita bersikap munafik, maka kualitas kita sebagai manusia akan menurun. Jadi kita harus senatiasa bersikap tulus.

Dengan hati yang tulus, maka tiada hal yang tak dapat kita capai. Kita harus percaya pada ungkapan, “Tiga inchi di atas kepala ada Dewa” Orang-orang mungkin bertanya “Apa benar ada? Kami tidak melihatnya”

Sesungguhnya bukan hanya tiga inci di atas kepala. Setiap orang memiliki hati  nurani. Seperti yang saya katakan tadi, hati nurani bagaikan langit. Jadi, hati nurani kita adalah dewa yang sakti. Karena itu, kita harus selalu ingat bahwa tiga inci di atas kepala ada dewa. Doa yang tulus dapat terdengar oleh para  Buddha.

Hati kita harus senantiasa dipenuhi rasa hormat. Di mana pun kita berada, pikiran kita juga harus menyertai dan  senantiasa  memiliki hati penuh hormat. Senantiasa merenungkan bahwa kehidupan jasmani ini sulit dipertahankan. Begitu ia rusak dan terurai, entah kapan tubuh ini bisa di dapat kembali.

Kehidupan manusia sungguh tidak kekal. Jikapun dapat kembali memperoleh tubuh manusia, yang ditakutkan adalah tidak dapat bertemu para Buddha dan para suci. Jika bertemu teman yang jahat, kita akan terus menciptakan karma  buruk dan  tetap akan terjatuh ke alam neraka atau alam rendah lainnya.

Kita harus tahu bahwa apapun yang kita lakukan, langit sedang melihatnya. Begitu pula pada saat berbicara kita harus menjaga niat baik, membangkitkan rasa hormat dan ketulusan. Jadi kita harus senantiasa bersungguh hati.

Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh: Ketulusan Hati Terdengar Oleh Para Buddha dan Dewa

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -