Sanubari Teduh : Pancaran Air Dharma Menyucikan Pikiran

Semua makhluk di enam alam kehidupan diliputi kegelapan dan noda batin, senantiasa bertumimba lahir. Di tengah kekeruhan kalpa ini, Asura tersebar di lima alam lainnya. Bencana alam dan bencana akibat ulah manusia kerap terjadi. Semua manusia hendaknya bertobat, menggali ke dalam batin untuk menemukan pancaran air Dharma yang menyucikan batin.

Saudara se-Dharma sekalian, hari demi hari, bulan demi bulan, dalam setiap hari yang berganti dan kenangan di masa lalu, saya selalu merasa dalam kehidupan ini, manusia, masalah dan hal-hal yang kita temui terus menerus bertambah. Setiap hal maupun setiap orang semuanya merupakan karya tulis. Ada orang yang mengagumkan dan dapat membuat orang lain tersentuh, namun adapula yang membuat orang lain  merasa sedih maupun prihatin.

Ada yang hidup berlimpah, ada yang kekurangan, ada orang yang hidupnya berjalan lancar sesuai keinginan. Namun lengah dalam menjalani kehidupan. Meski kini menikmati berkah, mereka tak sadar sedang mengundang bencana di kemudian hari. Karena kegelapan batin dan ketidaktahuan, mereka menjalani hidup dengan sia-sia. Ini juga adalah kehidupan yang menyedihkan.

doc tzu chi

Sungguh sulit berkesempatan mendengar ajaran Buddha dan terlahir sebagai manusia. Namun semua makhluk awam diliputi ketidaktahuan dan kegelapan batin sehingga terus terlahir kembali di enam alam kehidupan sesuai karmanya. Kita harus menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan melakukan segala hal dengan sepenuh hati. Hanya dengan hidup berkesadaran seperti ini, hidup kita akan menjadi kokoh dan penuh arti.

Tujuan Buddha membabarkan Dharma, tak lain adalah agar kita melangkah di jalan yang suci dan terang. Jalan yang suci dan terang ini merupakan hakikat dari setiap orang. Sifat kita dapat disucikan. Dengan menyucikan batin, berarti kita terus melenyapkan kegelapan batin hingga semakin dekat dengan hakikat diri kita yang terang, yang tak ternoda, hakikat kebuddhaan yang sama dengan Buddha. Untuk itu dalam melatih diri, kita harus memiliki hati yang bertobat.

Kita adalah manusia yang belum tercerahkan. Siapa yang belum pernah berbuat salah? siapa yang tak pernah berpikir menyimpang? Siapa yang lahir dengan kebijaksanaan sempurna dan memahami kebenaran akan segala hal? Tiada orang yang tak pernah berbuat salah. Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Karenanya kita harus bertobat dan mengingatkan diri sendiri, serta melurus arah hidup kita. Jika tidak demikian, bagaimana kita dapat membimbing orang lain? Untuk itu kita harus bertekad dan bertobat dengan sungguh-sungguh.

Bagaikan air yang membersihkan kotoran pada tubuh, membersihkan noda pada pakaian dan membersihkan kotoran pada benda benda. Demikianlah Dharma menyucikan Pikiran.

“Wahai Putra Berbudi. Dharma bagaikan air, yang dapat mencuci Noda”, baik air sumur, air kolam, air sungai, maupun air laut semua dapat membersihkan kotoran. Demikian pula dengan air Dharma dapat membersihkan noda bathin semua makhluk” Amitartha Sutra (Sutra Makna Tanpa Batas).

Saudara sekalian, usia kehidupan manusia memiliki batas.  Setelah masa kehidupan berakhir, kemana kita akan pergi? kita terus mengembara di enam alam kehidupan. Kapankah kita dapat terbebas dari lingkaran ini ? Saat ketika kita dapat bebas datang dan pergi, serta dapat memilih alam tujuan kita. Tentu saja, untuk itu kita harus membangkitkan kebijaksanaan dari hakikat sejati kita. Untuk itu, semua hendaknya bersungguh-sungguh. Kita harus menghadapi setiap hari dengan hati penuh pertobatan.  Mari kita senantiasa bersungguh-sungguh.

Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh –Pancaran Air Dharma Menyucikan Pikiran– 001

Disiarkan di Stasiun Televisi Cinta Kasih DAAITV INDONESIA :
Setiap Minggu 05.30 WIB ; Tayang ulang: Sabtu 05.30 WIB

Channel  Jakarta 59 UHF, Medan 49 UHF
TV Online : https://www.mivo.com/#/live/daaitv

 

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -