Pementasan My Dream di Jakarta
24 Juli 2019
China
Disabled People’s Art Troupe (CDPPAT) atau My Dream pada 20-21 Juli 2019
kembali menampilkan pertunjukkan yang memukau di Jakarta. Dalam penampilan mereka pada DAAI Night dengan tajuk Satu
Harmoni yang berlokasi di Grand Ballroom Swissotel, PIK Avenue, Jakarta Utara, grup seni difabel asal Tiongkok ini pun berhasil
mencuri perhatian 3.753 penonton dalam 3 sesi acara.
Fotografer : Arimami Suryo A.Pementasan My Dream di Jakarta kembali memukau para penonton dengan
unjuk kebolehan dai para penyandang disabilitas asal Tiongkok.
Fotografer : Arimami Suryo A.Para penonton memberikan tiket My Dream untuk diperiksa dan akan
diarahkan posisi tempat duduk oleh para karyawan DAAI TV Indonesia.
Fotografer : Anand Yahyasambutan hangat serta pemberian bingkisan juga dilakukan para relawan komite
Tzu Chi Indonesia kepada para penonton yang hadir di Grand Ballroom
Swissotel, PIK Avenue, Jakarta Utara
Fotografer : Henry TandoCEO DAAI TV Indonesia Hong Tjhin memberikan sambutan dan ucapan terima
kasih kepada para penonton yang mendukung pementasan My Dream.
Fotografer : James Yip (He Qi Utara 1)The Other Shore, salah satu tarian baru dari My Dream yang
dipentaskan oleh 10 penari tunarungu.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Sebanyak 20 penari tunarungu mementaskan tarian I Want to Fly. Tarian baru ini mengisahkan tentang para difabel
yang memiliki cita-cita setinggi langit.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Selain tarian, para difabel yang tergabung dalam My Dream juga
membawakan aransemen music. Lagu Bengawan Solo dan Ayo Mama pun dimainkan
dengan ciamik oleh para musisi diabel tersebut.
Fotografer : James Yip (He Qi Utara 1)Tarian Sampek Engtay (Romeo and Juliet versi Mandarin) juga dipentaskan
oleh My Dream.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Tarian Kupu-kupu yang dibawakan oleh dua penari difabel merupakan
lanjutan dari kisah Sampek Engtay yang meninggal dan berenkarnasi menjadi
kupu-kupu sehingga bisa hidup bersama.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Tari Merak juga menjadi bagian yang menarik para penonton My Dream
dengan kelincahan gerakannya.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Bukan hanya tarian dan musik, kebolehan tarik suara juga di pertunjukkan
oleh para seniman difabel My Dream dengan membawakan lagu DAAI Mencerahkan
Dunia yang berbahasa Indonesia.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Never Stop Dancing yang menjadi salah satu tarian baru juga
mengisahkan tentang para tunadaksa akibat perang dan bencana. Tarian ini juga
mewakili para tunadaksa untuk menyerukan perdamaian serta mengajak orang untuk
pantang menyerah.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Ribuan penonton menyalakan senter HP dan ikut dalam alunan lagu yang
dinyanyikan oleh seniman difabel My Dream.
Fotografer : Basno (He Qi Barat 2)Tarian Bodhisatwa Seribu Tangan menjadi tarian yang ditunggu-tunggu para
penonton dalam pementasan My Dream.
Fotografer : Arimami Suryo A.Pihak My Dream juga memberikan penghargaan kepada Tzu Chi Indonesia dan
DAAI TV Indonesia atas penyelenggaraan dan pementasan My Dream.
Fotografer : Arimami Suryo A.Selain masyarakat umum, pementasan My Dream juga dihadiri oleh para
pejabat pemerintahan dan pemimpin ormas keagamaan yang ikut mendukung dan
menyemangati para kaum disabilitas.
Fotografer : Arimami Suryo A.Para penonton juga berfoto pada miniature penari My Dream yang
disediakan oleh DAAI TV Indonesia.
| |
Artikel dibaca sebanyak : 888 kali
Kirim Komentar