Mari Menabung Sampah

 
foto

Keterangan Foto :
Daur Ulang Dapat Uang-Dengan merasakan secara langsung manfaat dari pemilahan sampah, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri anak-anak terhadap sampah dan permasalahan yang ditimbulkannya.

Kalau biasanya kita menabung ke bank dalam berupa uang, lain halnya yang dilakukan oleh anak-anak Sekolah Alam Bogor. Dengan penuh semangat, anak-anak ini membawa beragam sampah mulai dari botol plastik, kemasan detergen, kemasan pewangi pakaian, maupun koran bekas, untuk ditabung di Bank Sampah Sekolah Alam.

Menumbuhkan Kebiasaan Baik
Kemasan-kemasan itu diterima oleh pengurus bank sampah di depan loket sederhana, persis seperti kalau kita akan menyetor sejumlah uang ke bank. Setelah diterima, tabungan sampah anak-anak ditimbang untuk menentukan apakah tabungan hari itu akan mendapat poin atau tidak. Poin-poin yang telah dikumpulkan oleh anak-anak nantinya bisa ditukarkan dengan beragam suvenir dari bahan daur ulang, maupun dalam bentuk uang tunai.

“Dalam dunia anak-anak mereka akan lebih mudah belajar sesuatu dari hal yang nyata. Oleh karena itu kami sengaja mengajak anak-anak untuk turun langsung melakukan pemilahan sampah, dan mengajarkan kepada mereka apa manfaat dari kegiatan pemilahan sampah itu. Melalui bank sampah, anak-anak bisa melihat secara langsung kalau sampah-sampah botol dan koran bekas yang dikumpulkan bisa menghasilkan uang (untuk disedekahkan -red), kemasan detergen dapat dijadikan suvenir menarik seperti tas atau dompet,” tutur Tri Permana Dewi, Community Relationship Manager Sekolah Alam Bogor ini.

Setelah merasakan secara langsung manfaat dari mengumpulkan dan memilah sampah, diharapkan rasa kepedulian pada lingkungan dapat tumbuh dalam diri anak-anak. “Anak-anak adalah agen yang sangat baik. Mereka bisa membawa kebiasaan baik ini ke dalam keluarga mereka masing-masing. Bayangkan, apabila ada 250 anak yang melakukan pemilahan sampah dan membawa kebiasaan baik ini ke rumah mereka masing-masing, maka akan ada 250 keluarga yang mulai peduli terhadap masalah sampah ini,” tambah wanita yang biasa disapa Dewi ini.

Sebelum diserahkan ke bank sampah anak-anak sudah disosialisasikan untuk terlebih dahulu membersihkan sampah daur ulang tersebut, sehingga tidak akan menimbulkan bau. Maka tidak heran apabila di dalam ruangan Bank Sampah Sekolah Alam Bogor, tidak ada lalat yang berterbangan. “Tempat ini kan diperuntukkan bagi anak-anak, maka harus tetap bersih dan rapi. Dan hal itu juga harus dimulai dari mereka sendiri, ya salah satunya adalah mereka harus sudah membawa sampah yang bersih,” jelas Dewi.

foto  

Keterangan Foto :
Belajar dari Sampah- Melalui sampah anak-anak dapat belajar banyak hal, mulai dari belajar untuk berhemat menggunakan sesuatu, hingga belajar untuk lebih kreatif menciptakan barang baru dengan bahan dari sampah daur ulang.

Mengurangi Sampah Sejak Awal
Sebenarnya kegiatan pemilahan sampah di Sekolah Alam tidak hanya dilakukan sejak adanya bank sampah. Jauh dari awal sekolah ini dibuka, kegiatan pemilah sampah sudah mulai diterapkan kepada anak-anak. Sesuai dengan konsep pendidikan Sekolah Alam Bogor yang menggunakan alam sebagai ruang belajar, alam sebagai media dan bahan ajar, serta alam sebagai objek pembelajaran, maka sejak dini anak-anak sudah mulai dibiasakan untuk peduli terhadap masalah sampah dan mulai memilah sampah sesuai jenisnya seperti sampah organik dan anorganik.

“Meskipun Bank Sampah Sekolah Alam baru resmi beroperasi pada 22 April 2009, namun sejak tahun 2002 (saat sekolah ini dibuka -red), pihak sekolah sudah mulai mengimbau anak-anak untuk mulai membawa sampah daur ulang ke sekolah untuk bahan pengajaran. Sejak awal sekolah didirikan, spirit-nya adalah mencoba untuk meminimalisir produksi sampah di dalam sekolah. Kita berharap untuk tidak memberikan sumbangan masalah sampah ke masyarakat ataupun pemerintah,” tegas Dewi.

Beragam kegiatan pun dilakukan untuk menunjang program ini. Mulai dari menyediakan tempat sampah organik dan anorganik, mendayagunakan sampah daur ulang sebagai bahan ajar -papan tulis dari barang daur ulang, kardus bekas untuk kerajinan tangan, dan lain-lain, atau mengimbau anak-anak dan orang tua untuk membawa alat makan pribadi. Namun dalam perjalanannya, pihak Sekolah Alam Bogor melihat proses tersebut tidak bisa menyelesaikan permasalahan sampah dengan maksimal.

Dewi menambahkan, “Oleh karena itu kami terus mencari inovasi-inovasi baru, dan salah satunya adalah bank sampah ini. Berawal dari kegiatan anak-anak membawa sampah daur ulang untuk bahan pembelajaran, akhirnya dapat terus berkembang menjadi bank sampah seperti sekarang ini.”

Tidak Hanya Aku, Tapi Juga Kamu
Antusias anak-anak terhadap kegiatan ini pun sangat besar. Bahkan mereka merasa sangat bersyukur bisa bersedekah dari hasil tabungan sampah mereka sendiri. Tidak hanya untuk diri sendiri, menurut Dewi, beberapa orang tua dari anak-anak juga mengaku mulai “tertular” kebiasaan positif tersebut. “Ada beberapa orang tua sempat curhat kepada saya, waktu mereka mau buang sampah permen misalnya, anak mereka sudah langsung refleks mengingatkan ‘Mau dibuang kemana sampahnya mama?’,” tutur Dewi sambil tertawa.

Kebiasaan baik ini memang harus terus ditularkan. Oleh karena itu, pihak Sekolah Alam Bogor berharap, nantinya Sekolah Alam Bogor dapat menjadi salah satu model sekolah yang peduli dan sadar terhadap alam dan permasalahannya. “Karena seperti yang kita tahu bahwa, permasalahan sampah tidak hanya bisa terselesaikan oleh satu dua orang saja, tapi perlu kerja sama dari seluruh pihak,” tegas Dewi. (Veronika)

 
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -