Lenny Mulya: Relawan Tzu Chi Komunitas Bogor
Ada Kesempatan Terus Berbuat Kebajikan


“Selama saya bisa bersumbangsih saya akan terus dalam barisan relawan Tzu Chi. Apalagi di Bogor sudah ada komunitas relawan Tzu Chi.”

Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi waktu itu tahun 2005. Saat itu, saya bekerja di Jakarta dan kost di Grogol. Dalam suatu kesempatan, seorang teman mengajak saya untuk bantu acara.“Mau bantu gak acara Tzu Chi?” katanya begitu. Saya saat itu memang tidak tau Tzu Chi itu apa dan ikut ajakan teman saya. Ketika itu bantuTzu Chi bagi paket sembako.

Setelah ikut kegiatan, saya merasa “kok happy ya”. Lalu saya bilang ke teman saya kalau ada kegiatan Tzu Chi saya mau ikut. Semenjak itu saya berinisiatif ikut sosialisasi Tzu Chi di Jing si and books café Pluit. Karena saya kost di Grogol saya masuk komunitas relawan di Pluit sedangkan teman saya ikut di komunitas Cengkareng.

Tahun 2006 saya sudah seragam Abu Putih, hanya beberapa kali saja ikut kegiatan Tzu Chi di Pluit, karena Sabtu dan Minggu harus pulang ke Bogor. Di tahun 2009 saya baru bisa dilantik berseragam biru putih dengan mengemban tanggungjawab yang lebih besar.

Pada awal tahun 2010, saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan pindah ke Bogor. Ketika itu saya coba cari relawan Tzu Chi di Bogor, menurut kabar ada beberapa relawan Tzu Chi di kota Bogor. Satu tahun vakum berkegiatan Tzu Chi, di tahun berikutnya (2011) saya baru menemukan relawan Tzu Chi di kota Bogor. Ketika itu kawan saya mengajak ke panti asuhan, ternyata acaranya Tzu Chi.

Ikut kegiatan Tzu Chi di kota Bogor saya ditugaskan menjalani survei kasus (misi amal) dan pelestarian lingkungan. Enam tahun dalam barisan Tzu Chi banyak perubahan sikap yang terjadi pada diri saya. Dahulu saya memiliki sifat pemarah, namun lambat laun menurut kawan-kawan saya kini sifat pemarah dan emosi itu mulai hilang. Kebiasaan saya jika marah tidak melihat itu orang tua ataupun anak-anak.

Menjadi relawan Tzu Chi, saya mulai melatih diri, melatih emosi, mengedepankan rasa bersyukur, melatih kepedulian sosial di lingkungan dan belajar memahami orang. Menjadi relawan Tzu Chi belajar lebih peduli karena berinteraksi langsung dengan orang-orang yang kesusahan. Saya berpikir “Ini gimana ya? Bagaimana bantunya ya?” Jadi lebih mikirin apa yang bisa kita perbuat dan bantu mereka.

Semua yang saya lakukan di Tzu Chi tidak lepas dari ajaran Master Cheng Yen sebagai guru saya. Beliau orang yang sangat luar biasa, beliau bisa memahami dan berpikiran jauh kedepan. “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia ini, berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan.” Itulah Kata-kata Master Cheng Yen yang selalu saya ingat karena saya pernah memiliki pengalaman yang sedih jika berbicara orang tua.

Karena waktu saya kerja di Jakarta jarang pulang, kadang-kadang kalau banyak kegiatan 2-3 minggu baru pulang. Waktu dengar Kata Perenungan Master Cheng Yen tersebut itu ya belum ngeh. Saya baru sadar bahwa berbakti kepada orang tua memang tidak bisa ditunda. Saat itu saya menyadari kurang kesempatan untuk berbakti.

Saya bilang ke Mama, kebajikan yang saya perbuat bersama Tzu Chi saya dedikasikan untuk kedua orang tua. Dari situ akhirnya mama mengerti.

Selain berkegiatan Tzu Chi saya mengajar les di rumah dari hari Senin sampai Kamis. Sedangkan hari Jumat, Sabtu, dan Minggu untuk kegiatan Tzu Chi, keluarga, dan ibadah. Cara membagi waktunya ya tidak terlalu sulit, karena sudah menjadi rutinitas dan harus konsisten supaya semuanya bisa berjalan.

Kalau ditanya sampai kapan mau jadi relawan Tzu Chi saya komitmen selama saya bisa bersumbangsih saya terus dalam barisan Tzu Chi. Apalagi komunitas relawan Tzu Chi di kota Bogor sudah mulai banyak. Saya berpendapat dimana ada kesempatan berbuat baik lakukan saja dan jangan menundanya.

Seperti yang dituturkan kepada Arimami Suryo A.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -