Sutina: Relawan Tzu Chi Surabaya
Menegakkan Diri dan Melepaskan Keegoaan
05 Februari 2021
.jpeg)
“...Setiap orang pasti memiliki
hati welas asih, kita harus terus berusaha untuk membangkitkan jiwa cinta
kasihnya...”
*****
Saya Ingat betul saat awalawal
tahun 2007, saya nonton tayangan DAAI TV dan waktu itu lagi putar Ceramah
Master Cheng Yen. Saya tersentuh lihat relawan sedang membantu orang yang
kesusahan. Saya pikir gini, bagus mungkin kalau yayasan seperti ini ada di
Surabaya dan saya bisa ikut bantu.
Beberapa bulan kemudian saya diajak
salah satu teman vihara untuk datang di acara bazar vegetarian, tanpa saya tahu
itu yayasan apa yang buat acara. Kita disana bukan untuk belanja tapi untuk
menjadi relawan. Setelah bantu-bantu di penghujung acara panitia undang kita
untuk foto dan saya baru sadar ternyata ini Tzu Chi. Dalam hati saya berkata, “Loh ini kan yayasan yang saya lihat
waktu itu, loh ternyata dari tadi
saya ikut jadi relawan di Tzu Chi.”
Saya pun berpikir mungkin dengan
kebetulan ini saya bisa punya jodoh baik di sini. Waktu itu saya coba ikut di
misi amal, saya ikut survei dan bertemu dengan beberapa penerima bantuan Tzu
Chi. Saat datang ke rumah mereka saya tersentuh sekali, mereka bahkan tidak
punya listrik di rumahnya. Dari situ saya mulai aktif di Misi Amal Tzu Chi dan
menjadi pendamping beberapa penerima bantuan.
Saat itu saya mulai mengajak
orangorang untuk menjadi donatur. Adik saya bilang ke saya, “Jangan sembarangan
ajak orang nanti orang pikir uangnya kemana.” Lalu saya jelaskan ke adik saya
bahwa administrasinya bagus dan saya juga ikut turun ke lapangan.
Kemudian adik saya menantang saya
untuk mendapatkan 100 orang donatur, dan saya kasih bukti donatur saya sudah
101. Beberapa tahun berlalu dan saya akhirnya dilantik menjadi Relawan Komite
Tzu Chi pada tahun 2011, ini merupakan tantangan baru bagi saya.
Tahun 2012 saya ditunjuk sebagai
Koordinator Misi Pelestarian Lingkungan di Tzu Chi Surabaya. Setiap kali saya
pergi daur ulang saya selalu ajak orang untuk ikut pilah-pilah. Saya katakan
kepada mereka bahwa Bumi adalah rumah kita, jangan sampai tangan kita
mengotorinya.
Tahun 2020, saya ditunjuk sebagai
Ketua Xie Li, saya senang karena bisa
bertemu dan berkumpul dengan banyak orang yang bijaksana yang mau kerja Tzu Chi
dan bisa banyak bantu orang.
Pernah suatu ketika bercerita
tentang Tzu Chi kepada pedagang bakpao. Lalu saya tawarkan celengan bambu
supaya setiap kali ada pembeli yang punya uang kecil bisa dimasukkan ke
celengan tersebut. Beberapa minggu kemudian bapak itu mengembalikan celengan
yang sudah penuh dan meminta celengan lagi untuk diberikan kepada bosnya.
Dari sini saya pun memahami kita
harus terlebih dahulu menegakkan diri dan melepaskan keegoaan, karena setiap
orang pasti memiliki hati welas asih, kita harus terus berusaha untuk
membangkitkan jiwa cinta kasihnya. Saya selalu ingat kata-kata Master Cheng
Yen, “Tidak perlu khawatir bila kita
belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak
pernah melangkah dan takut untuk meraihnya.”
Ada satu hal lain yang membuat
tekad saya kuat untuk jalan di Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, adalah oma
yang berumur 85 tahun yang pernah saya temui di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu
Chi Batam. Oma itu setiap hari datang sendiri ke depo untuk melakukan daur
ulang. Tidak perlu disuruh oma itu sudah tau harus kerjakan apa.
Hati saya terenyuh, dan saya
bertekad untuk lebih semangat lagi bekerja. Apalagi saat di depo banyak
barang-barang bekas, saya selalu semangat untuk selesaikan dan dijual. Karena
setelah ini (barang daur ulang) jadi “emas”, kita bisa bantu banyak orang lagi.
Seperti dituturkan kepada Eka
Suci (Tzu Chi Surabaya)
Artikel dibaca sebanyak : 149 kali
Kirim Komentar