Ajang Penganugerahan Relawan Zhen Shan Mei

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Teddy Lianto, Metta Wulandari, Amir Tan (Tzu Chi Medan)

Pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah Zhen Shan Mei Award dilaksanakan di sela malam keakraban DAAI TV Indonesia, yaitu DAAI Night pada Sabtu, 22 November 2014. Pemenang pertama dari masing-masing kategori mendapatkan hadiah berupa paket perjalanan ke Taiwan untuk mengikuti training Zhen Shan Mei Internasional.

Pemenang Zhen Shan Mei Award, sebuah ajang perlombaan dan apresiasi bagi relawan Zhen Shan Mei (Dokumentasi) Indonesia akhirnya diumumkan. Pengumuman pemenang ini dilaksanakan di sela malam keakraban DAAI TV Indonesia, DAAI Night pada Sabtu, 22 November 2014.

Senyum relawan terlihat merekah begitu pemenang dari tiap nominasi diumumkan. Berikut adalah daftar pemenang dari Zhen Shan Mei Award dari tiap nominasi:

Kategori Artikel:

  1. Kartini (He Qi Utara)
  2. Nuraina (Tzu Chi Medan)
  3. Joliana (He Qi Barat)

Kategori Foto:

  1. Amir Tan (Tzu Chi Medan)
  2. Teksan Luis (He Qi Utara)
  3. James Yip (He Qi Barat)

Kategori Video:

  1. Stephen Ang (He Qi Utara)
  2. Kusnadi Akwang (He Qi Barat)
  3. Vincent Salimputra (He Qi Utara)

Kategori Sript Video:

  1. Virny Apriliyanty (He Qi Barat)
  2. Suyanti (He Qi Selatan)
  3. Melliza Suhartono (He Qi Utara)

Kategori Iklan Layanan Masyarakat:

  1. Sufenny (He Qi Utara)
  2. Feranika Husodo (He Qi Utara)

Perlombaan yang dimulai sejak 1 Juli 2014 lalu ini diikuti oleh 44 karya dari relawan, yang terdiri dari 33 karya berupa artikel beserta foto, dan 11 karya berupa video dan skrip video. Yang akhirnya menghasilkan sebanyak 14 pemenang dari 5 kategori.

Bentuk Motivasi dan Apresiasi

Perlombaan yang dimulai sejak 1 Juli 2014 lalu ini diikuti oleh 44 karya dari relawan, yang terdiri dari 33 karya berupa artikel beserta foto, dan 11 karya berupa video dan skrip video. Hadi Pranoto, panitia penyelenggara Zhen Shan Mei Award, mengaku senang dengan antusiasme relawan. “Melihat hasil karya relawan yang dilombakan, saya rasa ada perkembangan untuk artikel dan foto mereka,” ucapnya. “Terlihat para peserta mayoritas melakukan persiapan yang sangat baik dalam meliput untuk lomba ini. Terlihat dari berbagai angle foto yang berbeda, dan dari tulisan terasa kalau mereka melakukannya lebih dari 1 kali liputan untuk setiap obyek,” tambahnya.

Zhen Shan Mei Award sendiri diadakan dalam rangka menumbuhkan semangat dan minat menulis, foto, dan video di lingkungan relawan Yayasan Buddha Tzu Chi. Khususnya para peserta Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei Tahun 2014. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei Tahun 2014 yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga November 2014.

Para peserta melakukan foto bersama.

Melalui kegiatan ini ia menginginkan agar setiap relawan Zhen Shan Mei dapat bersatu hati (Jakarta dan Luar Kota) untuk menjadi Mata dan Telinga Master Cheng Yen di Indonesia. Dan secara khusus Relawan Zhen Shan Mei dapat terus berkembang dan semakin dapat menerapkan budaya humanis dalam setiap kegiatan Tzu Chi. “Jadi selain mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi, relawan Zhen Shan Mei juga dapat menjadi pilar dalam penerapan budaya humanis Tzu Chi di Indonesia. Dalam bersikap, berperilaku, seragam dan tata krama relawan Zhen Shan Mei harus dapat mencerminkan budaya humanis Tzu Chi,” tutur Hadi Pranoto.

Bercerita Melalui Sebuah Karya

Amir Tan Shixiong masih belum sepenuhnya percaya saat karyanya disebutkan berada di urutan pertama atau menjadi juara 1 dalam kategori foto terbaik. Ia bahkan berujar bahwa awalnya merasa malu untuk mengirimkan hasil fotonya. “Saya merasa minder, karena saya relawan luar kota. Tapi karena untuk memotivasi relawan lain akhirnya saya kirimkan,” tuturnya.

Karya yang ia beri judul, “Manusia Berharap, Tuhan yang Menentukan” berisikan 10 foto yang bercerita mengenai relawan Tzu Chi yang memberikan bantuan pada para pengungsi letusan Gunung Sinabung yang tak kunjung usai. “Nggak memikirkan dan nggak berharap menang. Yang penting hasil karya saya bisa menjadi inspirasi buat yang lain, bisa memotivasi relawan yang lain,” ucapnya. Selain dirinya, Nuraina Shijie, istrinya juga turut serta mengirimkan artikel dengan judul yang sama. Tidak berbeda jauh dari Amir, Nuraina juga meraih gelar juara 2 dalam kategori penulisan artikel.

Foto hasil karya dari Amir Tan Shixiong berjudul “Manusia Berharap, Tuhan yang Menentukan”, menjadi pemenang dalam kategori foto terbaik.

Dari fotonya dan artikel tersebut, ia ingin berbagi kepada siapapun yang melihat dan membaca bahwa Sinabung menyimpan kisah yang berkepanjangan. “Karena dari 3 tahun, letusan Sinabung nggak tuntas-tuntas dan korban terus menderita,” kisahnya. Ia kemudian melanjutkan satu kisah yang sangat ingin ia bagiakan melalui salah satu fotonya, kisah penerima bantuan Sinabung. “Di Tanah Karo, udaranya dingin sampai menusuk tulang. Dan biasa kita berikan bantuan berupa beras dan sembako. Namun kali ini kita ke sana membawa bantuan matras. Walaupun hanya matras, bagi mereka itu sudah sangat berharga. Dan ada satu ibu itu yang pas kita berikan matras, dia langsung peluk matrasnya, dia menangis dan membuat kita semua terharu. Betapa satu hal yang kita anggap sepele, ternyata mempunyai arti yang sangat besar bagi orang lain.”

Baginya menjadi relawan Zhen Shan Mei, merupakan suatu kesempatan untuk belajar. Karena dengan mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi, ia bisa mengetahui berbagai penderitaan dan kisah sukses orang lain yang akhirnya membuatnya semakin bersyukur. Selain itu ia juga bertekad untuk terus menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen, seperti harapan yang diungkapkan oleh Hadi Pranoto. Bahwa semoga kegiatan ini dapat semakin menambah barisan Relawan Zhen Shan Mei, sekaligus meningkatkan kualitas penulisan, foto, dan video sehingga dapat menjadi “mata dan telinga Master Cheng Yen” di Indonesia.

Foto hasil karya dari Amir Tan Shixiong. Dalam foto ini, Amir Shixiong ingin menceritakan mengenai hangatnya kasih yang terbagi antara relawan dan pengungsi Sinabung. Tiga tahun letusan Sinabung belum juga tuntas dan korban terus menderita.

Menuliskan sebuah kisah dalam kehidupan melalui sebuah tulisan, mengabadikannya menjadi sebuah gambar melalui lensa kamera maupun video, dan membagikannya kepada orang lain, ini adalah tugas yang diemban oleh relawan Zhen Shan Mei (dokumentasi). Namun tidak hanya itu saja, lebih dari itu relawan Zhen Shan Mei merupakan saksi sejarah zaman sekarang, penulis sejarah bagi Tzu Chi, dan pengukir sejarah bagi umat manusia yang akan diwariskan dari generasi ke generasi.


Artikel Terkait

Ajang Penganugerahan Relawan Zhen Shan Mei

Ajang Penganugerahan Relawan Zhen Shan Mei

24 November 2014
Zhen Shan Mei Award, sebuah ajang perlombaan dan...
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -