Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Bahagianya Bisa Melihat Kembali

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

doc tzu chi

Ricky Budiman mengajak Mamin dan Ratnasih berbincang-bincang usai menjalani operasi katarak pada Minggu, 25 Maret 2017. Mamin mengucap syukur dan terima kasih kepada Tzu Chi dan relawan.

Tangan Mamin (65 tahun) memegang erat tangan Ricky Budiman. Mata kirinya masih tertutup perban usai menjalani operasi katarak, namun ia bisa mengenali Ricky hanya dengan sebelah matanya. Senyumnya lalu mengembang saat menyambut Ricky yang duduk di samping ranjangnya.

Dari hati yang paling dalam, Mamin mengucap syukur tiada henti. Tidak terhitung pula ungkapan Alhamdulilah keluar dari mulut sang istri, Ratnasih (55 tahun) yang menemaninya. “Senang, akhirnya bapak bisa operasi,” ucap Ratnasih singkat.

Terhambat Tekanan Darah Tinggi

Ratnasih sempat was-was ketika mengantar sang suami melakukan pendaftaran di baksos operasi katarak Tzu Chi. Pasalnya sejak Jumat (24/3/17) pagi-pagi mereka sudah berangkat dari rumah menuju Kodim 0607 Sukabumi, Jawa Barat, namun Mamin dinyatakan belum bisa mengikuti operasi lantaran tekanan darahnya tinggi.

Kekecewaan yang dialami Mamin juga dialami oleh istrinya. Raut wajah mereka berubah muram ketika mendengar perawat meminta mereka menunggu tekanan darah Mamin turun. Usai meminum obat dan beristirahat nyatanya tekanan darah Mamin belum normal juga. Ia hampir putus asa dan ingin pulang saja. Ketika rasa putus asa itu muncul, relawan datang dan menenangkannya.

Operasi katarak Mamin yang sempat tertunda karena tekanan darah tinggi akhirnya dapat terlaksana karena dukungan dari relawan.


Relawan Tzu Chi menemani Mamin dan keluarga usai operasi.

Ricky, relawan Tzu Chi Jakarta Komunitas He Qi Utara dengan pelan berbicara dengan kakek tujuh cucu tersebut. Ia memberikan penenangan dan menemani Mamin untuk bertukar cerita. Ricky juga meyakinkan bahwa Mamin pasti akan bisa dioperasi esok hari, dirinya hanya perlu sedikit lagi kesabaran dan istirahat lebih banyak. “Daripada bapak pulang dan besok harus datang pagi-pagi ke sini. Darah tingginya nanti nggak turun-turun,” tutur Ricky. Selain kondisi Mamin, Ricky pun mempertimbangkan biaya transportasi yang mereka butuhkan.

Ratnasih menuturkan butuh dua kali ganti angkutan umum dan sekali naik ojek untuk mencapai rumahnya. Biaya transportasi bisa 20 ribu per orang. Sementara hari itu selain Mamin dan Ratnasih, ada pula satu anak mereka yang ikut menemani pemeriksaan. Diyakinkan oleh relawan, Mamin sedikit tenang. Ia akhirnya mengiyakan untuk menginap saja di gedung olahraga Kodim yang memang disediakan untuk tempat penginapan warga.

Menjaga Sang Suami

Mamin sudah lama menderita katarak, hampir lima tahun kata Ratnasih. Selain katarak, ia pun sudah susah bergerak. Kakinya kaku sudah lebih dari 15 tahun. Ratnasih lupa apa nama penyakit suaminya. Yang jelas selama suaminya sakit, ia lah penopang kehidupan keluarga. “Dulu kami sampai jual sawah, tanah, harta, buat biaya pengobatan bapak. Sekarang kami sudah nggak punya apa-apa lagi,” kata Ratnasih.

Untuk menambal kebutuhan, Ratnasih berdagang gorengan keliling. Hasilnya dirasa lumayan bisa digunakan untuk membeli sembako. Ia juga secara rutin dan telaten mengajak suaminya berlatih berjalan sampai suaminya benar-benar bisa kembali berjalan, walau masih tertatih. Namun belum selesai satu penyakit, timbul penyakit lainnya, Katarak.

“Bapak itu sudah susah jalan, ditambah sekarang susah lihat. Mungkin dia stres juga, tapi dia nggak pernah cerita gimana perasaannya. Mau berobat juga sudah nggak punya apa-apa,” tambah ibu empat anak itu. Adanya Baksos Kesehatan Tzu Chi membuat Ratnasih kembali berharap walaupun sempat terhambat tekanan darah tinggi.

Harapan Melihat Kembali


Pembukaan perban pada mata Mamin ketika post-op. Pemeriksaan menyatakan Mamin sudah dapat melihat kembali.

Pagi hari (25/3/17) Mamin menjadi orang pertama yang masuk ruang operasi. Pagi itu tekanan darahnya kembali normal dan sang istri tak henti tersenyum seraya mengucap Alhamdulilah. Ia menunggu dengan sabar di tenda, di halaman kodim. Wajahnya sedikit cemas, tangannya mencengkeram plastik hitam berisi baju ganti suaminya.

Sekitar 45 menit menunggu, Ratnasih akhirnya bisa lega usai melihat wajah Mamin keluar dari ruang operasi. Mereka pun kembali ke ruang penginapan dengan disambut senyum para relawan. “Tuh kan, Pak..., akhirnya bisa operasi kan…,” sambut relawan ceria.

Kepada Tzu Chi, Ratnasih mengucap terima kasih sudah membantu keluarga mereka. Ricky pun menghampiri seraya mengucapkan selamat karena berhasil melakukan operasi. Tangan mereka erat berpegangan. Senyum hangat pun memancar dari keduanya. “Hatur nuhun, Pak…,” ucap Mamin tersenyum mengucapkan kalimat yang dalam bahasa Indonesia berarti terima kasih.

Editor : Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -