Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Perhatian untuk Warga Sukabumi

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wuladari

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali mengadakan baksos kesehatan yang kali ini diselenggarakan di Sukabumi, Jawa Barat. Baksos ke-117 yang digelar oleh Tzu Chi dilaksanakan selama tiga hari (24-26 Maret 2017) di Kantor Kodim 0607 Sukabumi.

Usai menggelar baksos kesehatan di Padang, Sumatera Barat pada Februari 2017 lalu, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali mengadakan baksos kesehatan yang kali ini diselenggarakan di Sukabumi, Jawa Barat. Baksos ke-117 yang digelar oleh Tzu Chi dilaksanakan selama tiga hari (24-26 Maret 2017) di Markas Kodim 0607 Sukabumi dan berhasil melayani 159 pasien katarak dan 46 pterygium.

Panglima Kodam III/Siliwangi, Muhammad Herindra, sang tuan rumah mengaku senang bisa turut hadir melihat antrean pasien yang tengah menanti dimulainya baksos. Ia pun siap ikut memantau pelaksanaan baksos yang digelar selama tiga hari tersebut. “Saya pikir kegiatan seperti ini patut dilakukan sesering mungkin termasuk di kota-kota lain yang membutuhkan,” ucap Herindra.

Menurut penuturannya, Kodam III/Siliwangi memang sudah sering menjalin kerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sebelum menjadi Panglima Kodam III/Siliwangi, Herindra yang kala itu menjabat sebagai Danjen Kopassus pun kerap menggandeng Tzu Chi untuk berkegiatan. “Kami melihat Tzu Chi itu berkomitmen sekali, sudah tidak perlu diragukan. Maka yang baik harus dilestarikan,” jelasnya.

Panglima Kodam III/Siliwangi, Muhammad Herindra, meninjau lokasi baksos dan melihat langsung proses operasi yang dilakukan oleh dokter Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA).

Aisyah (88 tahun) yang sudah 5 tahunan menderita penyakit katarak akhirnya bisa melakukan pengobatan melalui baksos Tzu Chi.

Antusias masyarakat yang tinggi pun membuat Adjo Sardjono, Wakil Bupati Sukabumi terharu, ditambah lagi dalam baksos masyarakat diajarkan untuk bersabar, bersyukur, dan berbagi cinta kasih mulai dari proses cuci kaki, pemotongan bulu mata, dan operasi. Ia pun berterima kasih kepada Tzu Chi sekaligus warganya yang mau dan peduli terhadap kesehatan diri sendiri maupun anggota keluarga. “Saya tidak menyangka masyarakat bisa semangat datang subuh karena wilayah sukabumi wilayahnya luas dan jarak antara masing-masing kabupaten pun jauh,” tuturnya.

Jarak antar kabupaten yang jauh merupakan satu kendala yang dialami masyarakat Sukabumi. Belum lagi, Adjo menjelaskan bahwa akses kesehatan pun masih minim. Perkembangannya dinilai tidak setara dengan pertumbuhan masyarakat. “Di Sukabumi kami hanya punya sekitar 50 Puskesmas,” ucap Adjo, “kalau dibandingkan dengan luas wilayah Sukabumi 4.128 km², itu masih belum mencukupi.” Selain itu besarnya biaya untuk mendapatkan layanan kesehatan pun menjadi momok menyeramkan untuk masyarakat.

Kendala yang dijelaskan oleh wakil bupati tersebut membuat baksos kesehatan menjadi hal yang dinanti masyarakat. Hal ini dibenarkan oleh para pasien yang ikut dalam baksos. Seperti Aisyah (88 tahun) yang sudah 5 tahun menderita penyakit katarak. Nenek dari lebih 20 cucu ini sudah lama ingin bisa melihat kembali, namun keinginannya tak kunjung terlaksana akibat besarnya biaya dan pemenuhan fasilitas kesehatan yang belum mumpuni.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ram Suhendra yang mengantar ibunya, Bu Mus (71 tahun). Sebelumnya ia bahkan tidak berani bermimpi untuk memulihkan penglihatan ibunya karena penghasilan yang minin. Dengan adanya baksos ini, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbakti pada orang tua dan menyembuhkan penyakit katarak ibunya.

Dalam baksos, masyarakat diajarkan untuk bersabar, bersyukur, dan berbagi cinta kasih, mulai dari proses cuci kaki, pemotongan bulu mata, hingga proses operasi.

Dokter Ruth O. Anggraini yang mewakili Tim Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA) Indonesia mengucapkan syukur karena antusias masyarakat yang besar untuk ikut baksos.

Sementara itu Dokter Ruth O. Anggraini yang mewakili Tim Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA) Indonesia mengucapkan syukur karena antusias masyarakat yang besar untuk ikut baksos. Wilayah Sukabumi sebelumnya telah mengenal Tzu Chi melalui Tzu Chi Bandung yang juga kerap melakukan baksos pengobatan gigi di sana.

“Tentunya saya mempunyai harapan yang masih sama, yaitu untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat,” ucap dr. Ruth. “Mudah-mudahan relawan pun tidak tidur dan tetap berkarya dalam bidang kemanusiaan, menjalankan visi misi Tzu Chi sehingga makin banyak relawan yang bergabung dan membuat benih cinta kasih yang kita sebar akan menular ke lebih banyak orang di Sukabumi ini,” pungkasnya.


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117:  Bahagianya Bisa Melihat Kembali

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Bahagianya Bisa Melihat Kembali

29 Maret 2017

Tangan Mamin (65 tahun) memegang erat tangan Ricky Budiman, seorang Relawan Tzu Chi. Mata kirinya masih tertutup perban usai menjalani operasi katarak, namun ia bisa mengenali Ricky hanya dengan sebelah matanya. Senyumnya lalu mengembang saat menyambut Ricky yang duduk di samping ranjangnya.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117

30 Maret 2017

Nindya Anatasya Angelia menyuapi Mak Ipon makan siang sesaat sebelum operasi. Menerima perlakukan yang penuh kasih sayang, Mak Ipon sangat terharu dan ingin melihat Nindy setelah bisa melihat kembali.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Bahasa-Bahasa Kasih

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Bahasa-Bahasa Kasih

30 Maret 2017

Nindya Anatasya Angelia menyuapi Mak Ipon makan siang sesaat sebelum operasi. Menerima perlakukan yang penuh kasih sayang, Mak Ipon sangat terharu dan ingin melihat Nindy setelah bisa melihat kembali.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -