Becak dari Pelepah Palem

Jurnalis : Willy, Fotografer : Willy

Apriyanto (baju abu) tengah menjelaskan kepada peserta kelas Eco Craft cara merakit pelepah pohon palem menjadi moda transportasi becak.

Delapan anak itu nampak serius mengutak-atik pelepah pohon palem di salah satu ruangan di Gedung Gan En, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pelepah pohon palem yang telah dipotong dengan berbagai bentuk itu dirakit satu persatu. Setelah dua jam lamanya, pelepah pohon palem itu telah berubah menjadi miniatur yang berbentuk becak, salah satu moda transportasi tradisional yang umum ditemukan di Indonesia.

Itulah kegiatan  anak-anak yang mengikuti kelas Eco Craft pada Rabu, 23 Maret 2016 dalam rangkaian Fun Holiday Class yang digelar oleh Tzu Chi University Continuing Education Center (TCUCEC). Kelas Eco Craft merupakan salah satu kelas yang memberikan wadah bagi para peserta untuk berkreasi menggunakan barang yang tidak terpakai.

Falco nampak serius merakit becak dari pelepah pohon palem. Dia menuturkan bahwa dia menyukai kelas Eco Craft.

“Beberapa kali mengajar, saya mengajarkan hal yang berbeda agar para anak dapat berkembang dalam pengetahuan produk. Sehingga nanti saat dia besar, dia bisa ingat bahwa tutup botol bisa dibuat apa saja,” cerita Apriyanto, pembimbing kelas Eco Craft yang telah sering mengajar dalam kegiatan Fun Holiday Class sebelumnya. Menurutnya lagi, melalui Eco Craft ini, daya kreasi dan imajinasi anak-anak dapat diajar untuk berkembang.

Falco, salah satu peserta mengaku senang mengikuti kelas Eco Craft ini. “Karena dapat membuat becak dari pelepah palem tadi,” ujarnya.

Meningkatkan Nilai Ekonomi

Hobi Apriyanto mengubah barang bekas menjadi barang dengan nilai guna ia dapatkan saat dia ingin memberikan kado pernikahan spesial untuk teman baiknya. Tepatnya, tahun 2012 silam. Menimbang hobi temannya yang menyukai miniatur kendaraan bis, tercetuslah ide untuk membuat miniatur bis tersebut dengan memanfaatkan barang-barang yang tak terpakai di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Muara Karang.

Melalui kelas Eco Craft, anak-anak diajak untuk berpikir secara kreatif mengenai cara memanfaatkan barang-barang tidak terpakai di sekitarnya.


Miniatur becak dari pelepah pohon palem. Dengan mengaplikasikan Eco Craft, nilai ekonomi dan guna barang dapat meningkat.

Satu persatu komponen disusun dengan menggunakan barang-barang yang tak terpakai. Meski hasilnya dirubah menjadi miniatur truk dakar, teman Apri ternyata sangat menyukainya dan mengatakan, “Kualitas miniatur ini sebenarnya bisa dijual.”

Sejak saat itu, Apriyanto mulai menggeluti bidang pembuatan miniatur kendaraan tersebut. Pembuatan miniatur kendaraan atau sering disebut die cast ini tak dapat mengandalkan barang-barang tak terpakai. “Hanya tiga puluh persen dari barang tak terpakai karena bahan tak bisa selalu ada sementara pesanan tak bisa ditunda,” ujarnya.

Tawaran mengajar kelas kerajinan tangan di TCUCEC juga dia terima. “Di Tzu Chi juga ada misi pelestarian lingkungan. Jadi dibuat konsep barangnya dari barang-barang tak terpakai,” ungkapnya.

Apriyanto optimistis bahwa Eco Craft dapat meningkatkan nilai ekonomi barang tak terpakai. “Kalau orang bisa memanfaatkan Eco Craft ini pengaruhnya mungkin di ekonomi. Misalnya tutup botol yang dijual begitu saja harganya tak seberapa. Tapi ketika dibuat kerajinan akan memiliki nilai jual lebih,” pungkasnya.


Artikel Terkait

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -