Berbagi Berbagai Rasa Bersama

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat 2), Fotografer : James Yip (He Qi Barat 2)


Suasana Kunjungan Kasih di Wisma Sahabat Baru oleh relawan Tzu Chi wilayah Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

Hujan yang sangat lebat di awal bulan Februari, hampir saja mengurungkan niat para relawan Tzu Chi untuk melakukan kunjungan kasih. Namun berpegang pada panggilan hati dan komitmen yang mendasari laku selama mengemban misi Tzu Chi, hujan lebat tak menyurutkan langkah untuk tetap melakukan kunjungan kasih ke Wisma Sahabat Baru, di Duri Kepa Jakarta Barat yang dihuni oleh 18 orang oma dan opa penderita sakit.

Para relawan Tzu Chi sadar bahwa kunjungan mereka sangat dinantikan oleh oma dan opa di wisma tersebut. Kunjungan untuk berbagi rasa, sedih kesepian maupun syukur bahagia itu dilakukan pada Minggu, 2 Februari 2020, dengan koordinator Ami Haryatmi bersama 9 orang relawan Tzu Chi wilayah Kebun Jeruk, Jakarta Barat lainnya.


Indhiyah Purnamisari memandu kegiatan kunjungan kasih.

Kunjungan yang masih dalam suasana Hari Raya Imlek itu dibuka oleh Indhiyah Purnamisari yang akrab disapa Indhi sebagai pemandu acara dengan sapaan berbahasa Mandarin yang fasih. Dilanjut dengan ucapan selamat tahun baru Imlek dari para relawan, doa bersama, dan senam ringan sehingga oma opa bisa menghafal gerakan dan bisa mengulangnya setiap pagi untuk kesehatan raga.

Setelah berolahraga para relawan membagikan jeruk untuk mereka.

“Jeruk yang berwarna indah ini adalah lambang berkah keemasan, semoga menjadi berkah bagi kita semua ya...,” ucap Indhi sambil bersama-sama membagikan jeruk dan camilan.


Oma Iqoh yang telah lupa segalanya, namun masih ingat bagaimana berbagi sukacita dengan orang lain dengan buah jeruk yang diterimanya.

Relawan tidak sekadar membagikan jeruk namun menyertainya dengan latihan sensorik yaitu mengajarkan mengupas jeruk berbentuk bunga, hal itu dilakukan mengingat sebagian besar tangan oma dan opa sudah mengalami kelemahan saraf sensorik. Mereka juga melakukan permainan yang merangsang daya ingat dan refleks berpikir. Ternyata sebagian dari mereka masih baik daya ingatnya.

Dari semua yang dilakukan dengan tulus, berupa penghiburan bagi oma opa yang sedih, haru maupun canda dan permainan ceria membuahkan rasa bahagia bagi pemberi maupun penerima. Sejatinya kebutuhan dasar manusia salah satunya adalah berbagi rasa, entah sukacita, sepi, sedih, maupun bahagia.

Seperti potret kecil yang dihadirkan oleh Oma Iqoh saat relawan membantu mengupas jeruk, Oma pendiam yang hanya bisa berbahasa Sunda itu berkata, “Sok atuh, sok atuh mangga Neng. Kangge eneng,” ucap oma Iqoh berulang kali sambil menyodorkan separuh jeruknya. Ucapan oma berarti mempersilakan relawan untuk memakan jeruk bersamanya. Relawan yang semula tak mengerti, menolak dan tetap menyuapkan pada Oma Iqoh, tiba-tiba Oma Iqoh menggeleng dan meneteskan air mata. Barulah relawan sadar bahwa oma ingin berbagi jeruk dan ingin menikmatinya bersama.


Novie, tim DAAI TV larut dalam mendengarkan kisah oma dan opa dalam berbagi sukacita bahagia.

Oma yang telah banyak lupa tentang segalanya itu mampu tersenyum dan berkata dalam bahasa sunda, “amiiis pisan nyaak (maniiis sekali yaaa?).” Ia juga berguman lirih dalam bahasa Sunda yang kira-kira artinya, oma senang karena relawan juga bisa merasakan manisnya jeruk bersamanya.

Di sela berbagi oleh-oleh dan permainan, relawan Tzu Chi bukan sekadar beramah tamah, namun dengan tulus penuh kasih mendengarkan keluh sepi sedih atau kisah cerita syukur bahagia dari mereka. Tidak hanya para relawan yang larut dalam suasana tersebut. Novie, tim DAAI TV pun nampak larut dalam rasa haru, tulus berbagi kasih dan bahagia.

Selain saling berbagi kasih antar semua yang hadir, oma opa juga menerima tanda cinta berupa selendang yang menghangatkan leher, minyak gosok yang menghangatkan tubuh, dan angpao berkenaan dengan hari raya Imlek. Tak lupa juga sedikit angpao berkah bagi para pengurus wisma yang luar biasa pengabdiannya dalam merawat oma dan opa.


Yani Adikarta mewakili relawan memberikan angpao berkah kepada para pengurus panti yang tulus mengabdi untuk mengurus oma dan opa.

Acara diakhiri dengan isyarat tangan lagu Satu Keluarga. Semua nampak bahagia, demikian pula Indhi sebagai pemandu acara. “Bagi saya kunjungan ini bukan hanya berbagi kasih dan rasa bahagia tapi juga mengingatkan saya untuk mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan. Dengan melihat kondisi oma dan opa di sini, saya lebih bisa memaknai perputaran kehidupan. Maka di saat ada kesempatan, saya berusaha berbakti kepada orang tua dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain,” ungkap Indhi.

Apapun yang dilakukan dengan tulus, akan membuahkan manfaat dan rasa bahagia bagi pemberi maupun penerima. Sejatinya kebutuhan dasar manusia salah satunya adalah berbagi rasa, entah sukacita, sepi, sedih, maupun bahagia. Seperti kisah kecil yang dihadirkan oleh Oma Iqoh yang telah banyak lupa tentang segalanya, namun ada hal yang mutlak baginya bahwa, ketika berbagi dan orang lain tidak menerimanya dia meneteskan air mata dan ketika berbagi orang lain menikmatinya dia tersenyum bahagia. Maka berbahagialah kita yang mampu berbagi dan ada orang lain yang menerimanya.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Berbagi Berbagai Rasa Bersama

Berbagi Berbagai Rasa Bersama

06 Februari 2020

Kunjungan Kasih ke Wisma Sahabat Baru, bukan sekadar kunjungan secara jasmani, namun kunjungan dengan hati yang tulus untuk berbagi rasa bahagia, dengan mendengarkan keluh sepi sedih atau bersama menciptakan rasa syukur bahagia karena dikunjungi layaknya keluarga.

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -