Berbagi Kebahagiaan dengan Baksos Kesehatan

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan (Tzu Chi Bandung)


Relawan Tzu Chi mendampingi Rahmat (67) yang tak kuat menahan tangis kebahagiaan setelah dioperasi katarak.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui misi kesehatannya terus memberi perhatian kepada masyarakat kurang mampu, dimana Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi berpandangan bahwa sumber kemiskinan bermula dari sebuah penyakit. Bahkan orang yang kaya sekalipun dapat menjadi miskin karena penyakit. 

Berdasarkan tekad untuk membantu sesama, pada 6 - 8 Desember 2019,  Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-130 untuk memberikan pengobatan bagi para pasien katarak, pterygium, sumbing, bedah minor, dan hernia.

Baksos kesehatan ini berlangsung di RS Unggul Karsa Medika (UKM) yang berlokasi di Taman Kopo Indah III Blok H-1, Mekar Rahayu, Margaasih, Kota Bandung. Sejak diumumkan selama 2 bulan sebelum kegiatan baksos kesehatan melalui media sosial serta spanduk yang disebar dibeberapa titik di Kota Bandung, antusias masyarakat yang mendaftar sangat besar. Tercatat ada 644 pasien yang mendaftar, melampui target yang tadinya diperkirakan hanya 500 pasien. Ini menjadi tanda bahwa di Kota Bandung masih banyak yang membutuhkan bantuan, khususnya dalam bidang kesehatan.


Relawan Tzu Chi dengan penuh senyum membantu menuntun setiap pasien yang telah dioperasi.


Para pasien katarak, mayor dan minor dengan sabar menunggu giliran operasi.

Seminggu sebelumnya, pada tanggal 30 November 2019 diadakan screening (pemeriksaan awal) kepada para pasien yang mengikuti kegiatan baksos, dan hasilnya tercatat ada 248 pasien yang dinyatakan lolos screening, terdiri dari 128 pasien katarak, 13 pterygium, 55 hernia, 10 bibir sumbing, dan 42 minor. 

Di hari pertama operasi (06/12/2019) dikhususkan bagi para pasien katarak. Di hari itu sebanyak 75 pasien berhasil dioperasi dengan baik dan lancar. Di hari kedua (07/12/2019), kegiatan operasi dilakukan kepada seluruh pasien. “Setelah dua hari pelaksanaan baksos kesehatan, kami nyatakan (baksos) berhasil dengan baik. Terima kasih kepada tim dokter yang telah bekerja dengan sepenuh hati, dan juga relawan Tzu Chi yang mendukung dengan sangat baik sehingga kegiatan ini menuai hasil yang manis,” kata dr. Koko Surjadi R. M., S.H., M.H.Kes, Direktur RS Unggul Karya Medika.


Para relawan Tzu Chi, Kepala Bidang Dokter Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Barat, Komisi Besar Arios Bismark, tokoh masyarakat, perwakilan Kodim, beserta para pasien penerima bantuan seusai pembukaan acara.

Tanggapan positif juga datang dari Kepala Bidang Dokter Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Barat, Komisi Besar Arios Bismark. Menurutnya jalinan kasih Polda Jabar dengan Tzu Chi dalam misi kemanusiaan telah terjalin sejak dahulu, dan hubungan baik ini hingga saat ini, serta ke depannya akan terus berlanjut. "Tzu Chi itu kegiatan sosialnya sangat banyak dan sangat peduli dengan masyarakat, pelayanannya penuh dengan hati,” ujar Arios.

Arios Bismark secara resmi juga membuka kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-130 dengan meninjau langsung kegiatan baksos serta secara simbolis menyerahkan sembilan bahan pokok (sembako) kepada perwakilan pasien dan keluarganya. Paket sembako berisi mi DAAI, beras cinta kasih, dan minyak goreng.


Relawan Tzu Chi mendampingi pasien yang ikut screening katarak Baksos Kesehatan Tzu Chi yang ke-130 di RS Unggul Karsa Medika Bandung.

Ketua Tzu Chi Bandung Djonni Andhella mengatakan jika jalinan jodoh ini sangat berharga, baik bagi para pasien maupun relawan. Mulai dari pendampingan pasien, sosialisasi Tzu Chi kepada pasien hingga membantu segala teknis persyaratan pasien selama baksos berlangsung. “(Relawan) menyebarkan cinta kasih sesuai dengan harapan Master Master  Cheng Yen, sehingga banyak pasien yang merasa tersentuh,” kata Djonni.

Kebahagiaan yang tak Ternilai
Penantian Rahmat (67) selama 12 tahun terbayar sudah dengan mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi. Kakek dengan 2 anak dan dikaruniai 4 cucu ini telah berhasil dioperasi katarak (mata sebelah kiri) oleh tim medis dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) di RS UKM, Bandung.


Tim Medis Tzu Chi dan Rumah Sakit UKM memeriksa dengan seksama setiap pasien yang datang mengikuti screening.

Semenjak istrinya meninggal, Rahmat mengadu nasib sebagai buruh kasar di Pasar Baru, Kota Bandung. Tahun 1986, Rahmat menikah kembali dan mulai meniti kehidupan dengan keluarga barunya. Di tahun 2007, gejala katarak mulai terasa Ia pun terpaksa meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh kasar. Rahmat pun berpikir keras untuk tetap dapat bertahan hidup. Ia kemudian memutuskan untuk berjualan kopi asongan dengan keuntungan 20 ribu hingga 30 ribu rupiah per hari, “Agak remang-remang kalau melihat, baca aja harus sangat dekat dan pusing kalau ada sinar suka sakit,” ungkap Rahmat sebelum dioperasi.

Menurut pengakuan Rahmat, sejak tahun 2007 ia kerap mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari keluarga barunya, dan nasibnya pun semakin terpuruk ketika diusir dari kediamannya di tahun 2016. Berbulan-bulan Rahmat hidup di jalanan. Di usia senjanya ia tetap berjualan kopi di depan minimarket. Beruntung ada seorang warga yang bersimpati padanya dan mengizinkannya untuk menetap di sebuah masjid di lingkungan tersebut. Kebetulan di lingkungan masjid ada kamar yang kosong untuk penjaga masjid. “Beliau sudah menetap di masijd ini tiga tahun lebih. Saya melihatnya kasihan karena hampir setiap hari saya melewati di mana ia berjualan kopi,” ungkap Dani, pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Fallah.


Para relawan Tzu Chi saling bekerja sama membantu pasien yang telah dioperasi untuk diantarkan ke ruang inap atau pemulihan.

Jalinan jodoh dengan Tzu Chi terjalin ketika Uncle T.Bob (sapaan harian), seorang aktivis yang memperhatikan Rahmat selama ia menetap di Masjid, mendaftarkannya sebagai pasien katarak. “Pak Rahmat seringkali tertukar uang kembalian ketika sedang berdagang,” kata Uncle T Bob. Rahmat sering mengeluhkan kondisi matanya.

Ketika dinyatakan lolos sebagai pasien katarak, Rahmat mengucap syukur karena penantiannya selama 9 tahun dapat terwujud. Setelah dioperasi dan melakukan kontrol satu hari setelah operasi, Rahmat terus mengucap syukur ketika tim medis membuka perban serta melihat kondisi mata kirinya. Seketika Rahmat pun mengucap syukur dengan penuh haru karena dapat melihat kembali. “Alhamdulillah.. , Alhamdulillah saya bisa lihat lagi,” ucap Rahmat senang.


Para pasien menunggu di ruangan yang telah disediakan untuk mendapatkan giliran operasi katarak dan pyterygium. Total ada 248 pasien yang berhasil dioperasi terdiri dari pasien katarak, pterygium, sumbing, bedah minor, dan hernia.

Rasa syukur yang ia panjatkan kerap kali terucap. Begitu pula dengan raut wajah serta tetesan air mata kegembiraan yang tak dapat disembunyikannya. Secercah harapan kini terbuka lebar. Di usianya yang telah senja semangat hidup Rahmat sangatlah besar. “Saya sangat berterima kasih kepada bapak-bapak ini (relawan Tzu Chi) yang sudah menolong saya. Setelah ini saya pengen balas budi kepada semua,” ungkap Rahmat dengan penuh haru.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Berbagi Kebahagiaan dengan Baksos Kesehatan

Berbagi Kebahagiaan dengan Baksos Kesehatan

10 Desember 2019

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada tanggal 6-8 Desember 2019 mengadakakan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-130 di RS Unggul Karsa Medika Bandung, Jawa Barat. Sebanyak 248 pasien katarak, pterygium, sumbing, bedah minor, dan hernia berhasil menjalani operasi.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -