Berpacu dengan Waktu, Mengupayakan yang Terbaik untuk Bantu Penanganan Wabah Covid-19

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Arimami SA, Teddy Lianto


Ketika karyawan sedang libur tanggal merah memperingati Hari Suci Nyepi yang jatuh pada tanggal 25 Maret 2020, tim sekretariat Tzu Chi Indonesia masih berjibaku dengan tugas menyiapkan bantuan kebutuhan medis terkait penanganan wabah Covid-19.

Hingga 30 Maret 2020, Tzu Chi Indonesia telah menyalurkan 1.759.000 buah surgical mask atau masker, lalu 3.000 APD atau baju pelindung, kemudian 646.520 covid rapid test, serta 7 unit ventilator. Bantuan kebutuhan medis ini diterima oleh 185 rumah sakit dan puskesmas serta 17 institusi, baik di Jakarta maupun beberapa kota di Indonesia. Ini merupakan bantuan penanganan wabah Covid-19 tahap pertama dari Tzu Chi Indonesia yang berkolaborasi dengan para pengusaha di bawah naungan Kamar Dagang Indonesia (KADIN).

Penyaluran bantuan ini sendiri dimulai sejak 18 Maret 2020. Mulanya bantuan kebutuhan medis ini diserahkan langsung ke rumah sakit-rumah sakit atau instansi. Selain untuk menunjukkan kesungguhan Tzu Chi dalam men-support para tim medis yang berada di garda depan penanganan wabah, penyaluran secara langsung ini juga untuk meringankan pihak rumah sakit yang saat itu sudah sangat sibuk menangani pasien.

Namun seiring perkembangannya, permintaan bantuan ke Tzu Chi semakin banyak. Tim relawan yang bertugas menyerahkan langsung ke rumah sakit pun kewalahan. Apalagi jumlah relawan yang bisa keluar rumah juga tak banyak. Karena itu kemudian diputuskan sejak tanggal 23 Maret 2020, pihak rumah sakit atau institusi lah yang datang langsung ke Kantor Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara untuk mengambil barang bantuan.

Agar Barang Bantuan Segera Terkirim

Ketika sebagian karyawan sudah mulai bekerja dari rumah, tim sekretariat dan tim logistik Tzu Chi Indonesia berpacu dengan waktu.  Mereka tetap bekerja bahkan sampai malam mengupayakan agar bantuan kebutuhan medis yang sangat vital dan sulit dicari ini segera diterima oleh rumah sakit khususnya yang merawat pasien Covid-19.


Suriadi, Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia, tengah berbincang dengan Menteri Kesehatan RI, Dr. dr Terawan Agus Putranto saat menyerahkan bantuan medis di Kementerian Kesehatan.

Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia, Suriadi, yang mengomandoi tim sekretariat dan tim logistik pada penyaluran bantuan ini kiranya masih bisa bernafas dengan lega. Ia memiliki tim yang bisa diandalkan dan beberapa dari mereka selama ini sudah berpengalaman saat Tzu Chi menyalurkan bantuan bencana seperti banjir, gempa, bahkan tsunami.

“Kita kan mesti ada tim yang sudah teruji. Jadi ketika ada masa begini, kita sudah ada teman-teman yang bisa kita andalkan. Misalnya di logistik ada Edy dan Sariman, mereka kan juga sudah lama bekerja. Yang khusus laporan ke Taiwan (kantor pusat Tzu Chi) ada Erric. Kemudian yang bagian eksternal, hubungan surat dan lain-lain ada Andre. Yang untuk ke kantor penghubung ada Merry,” terang Suriadi.

Meski Tzu Chi Indonesia sudah sangat berpengalaman menyalurkan bantuan darurat bencana alam, namun penyaluran bantuan terkait wabah Covid-19 memiliki tantangan tersendiri. Bencana alam biasanya memiliki periode yang lebih jelas. Banjir misalnya, paling lama sepekan, setelah itu warga mulai membersihkan rumahnya masing-masing. Pada bencana dahsyat seperti yang terjadi di Palu yakni gempa, tsunami, juga likuefaksi sekaligus, Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi dalam waktu dua minggu secara intensif menurunkan bantuan medis, serta bantuan logistik. Setelah dua pekan, kurvanya menurun. Tapi wabah Covid-19 ini berbeda.

“Kalau wabah Covid-19 ini terus terang kita perlu menyiapkan rencana yang agak panjang untuk selalu siaga, ini saja kan belum puncak. Seperti sekarang, kita sudah jalan 10 hari tapi kita belum bisa pada posisi sedikit agak tenang, karena ini kan terus bertambah jumlahnya dan sampai kapan kita tidak ada yang tahu,” tambah Suriadi.

Kesibukan yang Membahagiakan


Marwan (kanan) usai menyiapkan BST atau berita serah terima untuk rumah sakit yang akan datang mengambil bantuan langsung ke Kantor Tzu Chi Indonesia. Ia juga memastikan barang yang akan diberikan sudah siap. 

Setelah masyarakat luas mengetahui bahwa Tzu Chi tengah menyalurkan bantuan kebutuhan medis, tim sekretariat pun bertambah sibuk. Dalam satu hari bahkan ada 1.500 email yang masuk, ada yang dari rumah sakit, ada juga warga yang cuma ingin menyampaikan informasi. Belum lagi telepon yang berdering.

“Kan awal-awalnya sebelum ada satu nomor yang bisa ditelepon, nomor kami semua tim eksternal sekretariat itu dibagikan oleh beberapa relawan. Kami ditelepon, dicari sama warga, bahkan ada yang jam 11 malam telepon minta bantuan,” kata Marwan Yaumal Akbar dari tim sekretariat.  

Tapi sejak ada nomer hotline khusus untuk pengajuan bantuan kebutuhan medis terkait virus corona, Marwan bisa lebih fokus menyiapkan BST atau berita serah terima untuk rumah sakit yang pada hari itu hendak mengambil bantuan yang telah disetujui sebelumnya. Marwan juga bisa fokus merekap bantuan yang masuk ke Tzu Chi.

Betapa kompleks tugas yang harus dibereskan Marwan, bahkan harus menginap di kantor, ada satu hal yang selalu berhasil membuatnya bersemangat. Yakni kesempatan untuk bisa berkontrubusi menolong masyarakat dari wabah yang sudah menjadi pandemi ini.

“Namanya bekerja di lembaga sosial pasti ada capeknya tapi selama kita bisa membantu sesama manusia, ada kebahagiaan tersendiri. Apalagi corona ini bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia juga rawan virus ini,” kata Marwan.


Hendra Loe saat mengatur pengiriman bantuan kebutuhan medis yang dikirimkan ke Kantor Tzu Chi Bali untuk RSUP Sanglah Denpasar. 

Masih di tim sekretariat ada Hendra Loe yang mendapatkan tugas untuk mengurus pengiriman bantuan ke kantor penghubung Tzu Chi di berbagai daerah. Ia juga membantu merekap rumah sakit atau instansi yang mengajukan bantuan.

“Namanya musibah pasti tidak ada yang membayangkan. Tapi ada adrenalin tersendiri mengerjakan bantuan untuk wabah seperti ini. Kami berpacu dengan waktu, mengupayakan yang terbaik buat semuanya,” ujar Hendra yang baru bekerja delapan bulan di tim Sekretariat Tzu Chi Indonesia.

Kesibukan juga mendera 13 orang di tim logistik. Edy sendiri berkutat di bagian administrasi untuk penerimaan dan pengeluaran barang bantuan.

“Jadi saya menerima order dari Suriadi shixiong, besok siapkan berapa masker atau APD, saya langsung menyiapkan dan letakkan di depan ruang logistik,” kata Edy yang tinggal di Cengkareng, Jakarta Barat. Edy yang telah bekerja di Tzu Chi hampir delapan tahun.

Ketika puncak-puncaknya permintan bantuan ke Tzu Chi, dalam sehari Edy bahkan bisa bolak-balik dari rumah ke kantor sebanyak tiga kali. Misalnya saja ketika sudah tiba di rumah, tak lama Edy menerima telepon bahwa akan ada pihak rumah sakit atau instansi yang akan mengambil barang bantuan ke Tzu Chi. Ia pun langsung bergegas kembali lagi ke kantor.

“Kadang sampai di kantor pukul empat pagi. Pernah juga bongkar barang sampai pukul 6 malam, lalu besoknya kami tim logistik datang ke sini pukul 3 dini hari karena rapid test kit datang,” kata Edy.


Selain menyiapkan barang yang sudah diminta oleh Suriadi, Edy (kanan) juga terkadang menerima telepon dari masyarakat yang ingin menyumbangkan barang bantuan melalui Tzu Chi. Kadang ada yang menyumbangkan air mineral, biskuit, susu dan bertanya apakah bisa diantarnya hari itu.

Meski sudah lama bertugas menyiapkan barang bantuan Tzu Chi, namun bagi Edy kali ini sungguh menantang.

“Iya lebih berat (dibanding bencana yang lain). Mesti stand by juga kan, trus wabah Covid-19 ini juga kitanya agak was-was, jangan sampai kita tidak jaga diri. Kalau tidak jaga diri yang kena teman-teman kita juga. Makanya juga saya selalu ingatkan ke teman-teman di tim logistik kalau pulang ya sudah jangan ke mana-mana, karena kalau tertular semua kan jadi tidak bisa kerja,” kata Edy.

Meski demikian menjalankan tugas dalam rangka membantu menangani wabah Covid-19 memunculkan rasa bersyukur di hati Edy akan kesempatan yang luar biasa ini.

“Bahagianya karena kita masih bisa bantu dalam upaya menangani wabah ini. Walaupun kita tidak keluar apa-apa, hanya tenaga saja. Harapan saya semoga epidemi Corona ini cepat selesai. Aktifitas kembali semula,” katanya.

Selanjutnya Bantuan Tahap Kedua

Bantuan tahap pertama penanganan wabah Covid-19 sudah selesai. Saat ini Tzu Chi Indonesia sedang menyiapkan bantuan tahap kedua dan tengah melakukan pengadaan barang yang mencakup APD atau baju pelindung, kacamata medis, ventilator dan masker N95. Itu artinya akan ada lagi kesempatan berharga untuk membantu masyarakat luas dan pemerintah menghadapi wabah Covid-19.

“Di tengah kesulitan seperti ini, sebenarnya kesempatan untuk membantu itu tidak banyak. Seperti saya nih kalau tidak bergabung dengan Tzu Chi, tidak ada kesempatan seperti ini, kita bisa apa sih. Cuma kita yang bergabung dengan yayasan yang punya track record baik, nama baik, kita yang bukan siapa-siapa bisa berkontribusi sebanyak ini. Itu kami merasa bersyukur sekali,” pungkas Suriadi.


Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Bantuan Tzu Chi Membangkitkan Semangat Tim Medis RSUD Kota Bogor

Bantuan Tzu Chi Membangkitkan Semangat Tim Medis RSUD Kota Bogor

22 Maret 2020

Bantuan kebutuhan medis dari Tzu Chi Indonesia membangkitkan semangat tim medis RSUD Kota Bogor yang stand by 24 jam dalam penanganan wabah Covid-19. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir saat menerima bantuan Tzu Chi berupa 50 buah baju isolasi (APD) dan 4.000 buah masker, Sabtu 21 Maret 2020.

5.000 Paket Sembako Tzu Chi Kembali Disalurkan untuk Masyarakat Terdampak Covid-19

5.000 Paket Sembako Tzu Chi Kembali Disalurkan untuk Masyarakat Terdampak Covid-19

30 September 2020

Sebanyak 5.000 paket sembako Tzu Chi kembali disalurkan kepada masyarakat kurang mampu yang terdampak pandemi Covid-19. Penyaluran bantuan ini melalui bakti sosial yang digelar di Markas Komando Resor Militer (Korem) 052/Wijayakrama, di Kelurahan Semanan, Kalideres Jakarta Barat, hari ini Rabu 30 September 2020.

Oase di Tengah Pandemi

Oase di Tengah Pandemi

11 Mei 2020
Seberapapun tak mudahnya menjalani hidup dengan keterbatasan, Pak Alis (65) tak pernah mengeluh. Sore itu, Pak Alis menerima paket bantuan sembako dari Tzu Chi yang dikirimkan lewat ojek online. Beberapa saat kemudian, relawan Tzu Chi datang untuk memberikannya THR. Beban berat di pundaknya pun berkurang, ia sungguh bersyukur.
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -