Eka Tjipta Widjaja di Mata Orang Terdekatnya

Jurnalis : Metta Wulandari, Yuliati, Fotografer : Arimami Suryo A, Henry Tando


Sesi talkshow berjudul Papa Saya bersama keempat putra Eka Tjipta Widjaja dipandu oleh Chia Wen Yu dalam acara Memorial service for Mr. Eka Tjipta Widjaja, Minggu 3 Maret 2019.

Acara untuk mengenang Alm. Eka Tjipta Widjaja, Penasihat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia diadakan di Aula Jing Si lantai 3, PIK, Jakarta Utara, pada Minggu 3 Maret 2019. Acara yang berlangsung dengan penuh kasih sayang dan keharuan itu dihadiri oleh 638 tamu, terdiri dari keluarga, sahabat, direksi dan karyawan Sinar Mas, serta relawan Tzu Chi. Melengkapi kenangan, empat putra Alm. Eka Tjipta Widjaja: Teguh Ganda Wijaja, Indra Widjaja, Sukmawati Widjaja, dan Franky Oesman Widjaja juga hadir untuk bersama-sama mengenang almarhum.

Di balik kesuksesan Eka Tjipta Widjaja dalam berbisnis dan melakukan kegiatan sosial, empat putranya tentu mempunyai kacamata tersendiri dalam memandang sang ayah. Dalam sesi talkshow berjudul Papa Saya bersama keempat putra Eka Tjipta Widjaja, Chia Wen Yu mencoba bertanya tentang sosok Tiger Father tersebut kepada anak-anaknya.

“Sejak kecil, ayah adalah sandaran kami yang paling kukuh. Beliau adalah sosok yang penuh cinta kasih sekaligus tegas. Ayah sangat memandang penting pendidikan kami. Beliau mengajarkan kami prinsip dalam berinteraksi dengan orang dan menangani masalah. Beliau juga menjadi teladan nyata bagi kami,” ungkap Teguh Ganda Widjaja.


Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan Pak Eka sehingga Tzu Chi bisa membantu masyarakat luas hingga saat ini.

“Ya…, Pak Eka terlihat seperti Superman,” timpal Sukmawati Widjaja. “Memang pada masa kecil beliau (hidup) miskin, tetapi dengan kemauan dan kedisiplinan akhirnya bisa meraih kesuksesan. Dengan julukan Tiger Father, beliau juga tegas, galak. Tapi terhadap mama dan anak perempuan, beliau selalu soft. Beliau juga selalu memperhatikan keluarga,” lanjut Sukmawati.

“Pak Eka itu sosok yang disiplin dan keras. Apabila mempunyai satu tekad, tekad tersebut akan terus dijalankan,” kata Indra Widjaja.

Seperti ketika tahun 2002, ketika banjir melanda Jakarta. Saat itu Eka Tjipta Widjaja baru saja menjalani tiga operasi besar. Namun, mendengar dampak yang ditimbulkan akibat banjir dan banyaknya warga yang hidup memprihatinkan, di bawah ajakan Tzu Chi, Eka Tjipta Widjaja tidak mengindahkan nasihat dan larangan dari keluarga dan dokter. “Beliau terjun ke tengah lingkungan yang kotor dan berbau tidak sedap untuk membersihkan air kotor dan lumpur. Beliau menjadi pelopor untuk berdana dan menyumbangkan barang, bahkan mengajak pengusaha setempat untuk turut mengulurkan tangan,” tambah Teguh menggambarkan sosok ayah yang sangat peduli kepada semua.

Sementara itu, Franky Oesman Widjaja, anak kedelapan Eka Tjipta Widjaja mempunyai pelajaran yang tidak berbeda. “Saya anak paling kecil. Saya beruntung bisa tinggal bersama papa dan mama, jadi belajar banyak dari papa. Papa itu jenius, integritasnya tinggi, beliau pintar menganalisa dan mengambil keputusan, melihat peluang dan mengambil resiko. Beliau juga warm,” katanya.


Dalam sambutannya, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma menceritakan jodohnya dengan Tzu Chi yang diajak oleh Pak Eka.

Anak-anak Eka Tjipta Widjaja juga mengaku merasa beruntung mempunyai ayah yang yang bisa dijadikan teladan dalam menjalani kehidupan. Apalagi teladan tersebut tidak hanya dalam soal bisnis saja. Eka Tjipta Widjaja juga mendidik anak-anak mereka untuk mempunyai jiwa cinta kasih yang sama sepertinya.

“Dulu sebelum pensiun, beliau sempat khawatir akan merasa kesepian karena anak dan cucu semua sibuk. Namun anak dan cucu semua sering berkumpul. Kami semua mempunyai jiwa bakti pada orang tua. Itu karena Pak Eka yang mendidik kami dengan sangat baik. Apabila untuk orang lain saja cinta kasih kita bisa timbul, tentu pada keluarga sendiri cinta kasih itu pun sangat besar,” kenang Sukmawati Widjaja.

Kagum dengan sosok ayah yang sempurna baginya, Sukmawati bertekad untuk terus melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh sang ayah. “Hari ini saya ingin melanjutkan apa yang Papa lakukan di Tzu Chi. Saya akan aktif lagi,” ungkapnya disambut tepuk tangan oleh para tamu.

Selalu Menjadi Teladan

Bukan hanya bagi keluarga, bagi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, keberadaan sosok Eka Tjipta Widjaja merupakan sosok yang sangat penting. Chia Wen Yu, relawan Komite Tzu Chi yang 27 tahun menjadi sekretaris Eka Tjipta Widjaja menjelaskan bahwa Eka Tjipta Widjaja memberikan dukungan penuh kepada Tzu Chi. “Pada zaman itu, tahun 1993 ketika awal Tzu Chi berdiri, tidaklah mudah bagi sebuah yayasan yang berasal dari luar negeri untuk berkembang di Indonesia. Tetapi Pak Eka walaupun seorang Kristiani bersedia duduk sebagai penasihat kami,” kata Wen Yu.


Acara yang berlangsung dengan penuh kasih sayang dan keharuan itu dihadiri oleh 638 tamu, terdiri dari keluarga, sahabat, direksi dan karyawan Sinar Mas, serta relawan Tzu Chi.

Wen Yu juga merasa bersyukur karena banyak pelajaran yang diperoleh dari sosok Pak Eka. “Banyak titik-titik kenangan Pak Eka terhadap saya yang sangat mempengaruhi saya. Walaupun saya sudah pensiun dari Sinar Mas, semangat Pak Eka harus rajin bekerja, harus menggenggam waktu, disiplin, banyak membaca sampai sekarang saya tetap menjalankannya,” ungkap Wen Yu.

Demikian pula sebelum mempunyai Aula Jing Si, Eka Tjipta Widjaja meminjamkan sebuah kantor di gedung ITC Mangga Dua seluas 1.000 m2, termasuk Kantor DAAI TV Indonesia. Kantor itu dipinjamkan selama 14 tahun hingga tahun 2012. Berbagai kontribusi lainnya telah dilakukan oleh Eka Tjipta Widjaja. Salah satunya proyek pembagian beras Tzu Chi sebanyak 80.000 ton yang mendapat bantuan dari 7.000 karyawan Sinar Mas. Saat itu relawan Tzu Chi di Indonesia belumlah banyak. Franky O. Widjaja dan Daud Darsono mengomandoi proyek tersebut.

Demikian pula dengan proyek pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, dimana Pak Eka mengajak rekannya, Sugianto Kusuma untuk bergabung dengan Tzu Chi.

“Walaupun sebelumnya saya sudah mengenal Tzu Chi, tapi saya bisa ikut bekerja Tzu Chi karena Pak Eka,” ujar Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia. “Saya diajak Pak Eka waktu banjir Jakarta tahun 2002. Beliau tanya saya, ‘kamu mau nggak jadi Wakil Franky untuk proyek ini (pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng)’? Saya tidak pikir panjang langsung mengiyakan. Mulailah dari sana kami bekerja Tzu Chi sampai sekarang,” kata Sugianto Kusuma.


Sugianto Kusuma, Franky O. Widjaja, dan Eka Tjandranegara menyanyikan lagu berjudul Da An (Jawaban) dalam acara untuk mengenang Alm. Eka Tjipta Widjaja.

Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pun mengungkapkan rasa kehilangannya. Ia juga berterima kasih karena berkat dukungan dari Eka Tjipta Widjaja, Tzu Chi bisa membantu masyarakat luas hingga saat ini. “Sejak Tzu Chi Indonesia dimulai, beliau sudah mendukung kami. Integritas serta ketulusan beliau dalam bersumbangsih tentu sangat perlu kita hormati dan patut kita teladani,” tutur Liu Su Mei. “Meski Pak Eka telah tiada, beliau akan senantiasa kita kenang. Tentu semangatnya akan terus kita ingat, kita teladani,” lanjutnya.

Melekat dalam Ingatan

Dedikasi Eka Tjipta Widjaja dalam bersumbangsih membantu masyarakat yang membutuhkan begitu melekat dalam ingatan para karyawan dan relawan Tzu Chi. Seperti halnya Tawang Sotya Djati yang merupakan karyawan Sinar Mas sekaligus relawan Tzu Chi. Tawang bergabung di Sinar Mas sejak tahun 1997 dan dilantik menjadi komite Tzu Chi tahun 2017.

“Saya mempelajari komitmen dan integritas Pak Eka. Jadi beliau kalau sudah punya rencana, akan follow up sampai selesai sehingga komitmennya itu benar-benar menjadi sebuah karya yang besar. Beliau juga sangat berintegritas, memegang kepercayaan yang diberikan oleh orang lain,” ujar Tawang yang sudah 17 tahun menjadi relawan Tzu Chi.

Tawang merasa bersyukur menjadi bagian dari Sinar Mas, karena melalui Sinar Mas ia mengenal Tzu Chi. “Di mana kami bekerja sekaligus mendapat kesempatan untuk berbuat baik, berkegiatan sosial, berdonasi. Itu kesempatan yang sangat langka,” ucapnya. “Semoga siklus cinta kasih dan welas asih yang telah ditanamkan oleh Mendiang Pak Eka terus berlanjut hingga masa yang tak terhingga. Semoga kami di Sinar Mas bisa terus terlibat dalam menyalurkan dan memberi manfaat kepada sesama,” ungkap Tawang


Salah satu guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Pahru turut menghadiri acara ini. Ia sangat meneladani semangat Pak Eka dalam bersumbangsih.

Ada pula Pahru, salah satu guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang juga hadir dalam acara Memorial Service for Mr. Eka Tjipta Widjaja. Pahru mengenal sosok Eka Tjipta Widjaja dan bagaimana kontribusinya di Tzu Chi sejak ia bergabung di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

“Saya tahu dari awal tahun 2003 karena beliau ke sekolah bersama-sama kita. Hari ini kita belajar dari sosok seorang dermawan yang bijaksana, yang mau bersumbangsih dan terjun ke masyarakat berbagi cinta kasih,” ujar Pahru usai acara.

Tidak hanya belajar dari kedermawanan seorang Eka Tjipta Widjaja, Pahru yang datang bersama sembilan perwakilan dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi juga ingin meneladani jiwa besar Pak Eka. “Kita bisa teladanin dari bisnis, kerja kerasnya. Tapi yang paling penting beliau mau terjun ke bawah, teliti tahu semuanya dari yang terkecil hingga terbesar,” ungkapnya. “Kita berharap bisa meniru beliau sebagai sosok yang baik dan peduli kepada masyarakat.”

Selamat jalan Pak Eka Tjipta Widjaja. Kami, keluarga besar Tzu Chi akan selalu mengenang jasa kebaikan dan melanjutkan semangat menebar cinta kasih untuk sesama.


Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Eka Tjipta Widjaja di Mata Orang Terdekatnya

Eka Tjipta Widjaja di Mata Orang Terdekatnya

06 Maret 2019

Acara untuk mengenang Alm. Eka Tjipta Widjaja, Penasihat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia diadakan di Aula Jing Si lantai 3, Minggu 3 Maret 2019. Acara penuh kenangan dan keharuan itu dihadiri oleh 638 tamu, terdiri dari keluarga, sahabat, direksi dan karyawan Sinar Mas, serta relawan Tzu Chi.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -