Empati Berlabuh di Hati, Kebajikan Menyertai

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat), Fotografer : Ami Haryatmi (He Qi Barat)

Salah satu relawan Tzu Chi, Ridwan menenangkan oma Wiwik yang sedang menangis saat melihat para relawan datang mengunjungi mereka.

Tangis oma Wiwik meledak keras ketika Ridwan, salah seorang relawan Tzu Chi mencium tangan oma Tanti yang duduk di depan oma Wiwik. Tangis itu adalah tangis nelangsa karena oma Wiwik  teringat pada keluarga yang hampir tidak pernah mengunjunginya di Panti Jompo tempat dia dirawat. Air mata Oma Wiwik pelahan surut, ketika sentuhan lembut merangkul pundaknya, menghibur dan membisikkan kata penuh kasih. Ini adalah sepenggal kisah lara yang tergambar di panti jompo yang saat itu dikunjungi oleh relawan Tzu Chi Kebon Jeruk 1 dan Kebon Jeruk 3.

Kunjungan kasih merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh relawan pada hari Minggu ketiga setiap bulannya. Minggu, 15 Maret 2015, sebanyak 18 relawan dan calon relawan mengunjungi Panti Jompo Wisma Sahabat Baru, yang terletak di Jl. Sahabat Baru No. 39 Jakarta Barat. Panti ini dikelola oleh umat Katolik dari Gereja Maria Bunda Karmel, Jakarta barat. Wisma yang cukup nyaman itu  saat ini menampung 17 orang pasien dengan 9 orang perawat. Penghuni disebut pasien karena mereka adalah oma dan opa jompo yang menderita sakit.

Relawan juga memberikan perhatian kepada oma yang kurang sehat dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Pukul 09.00 pagi, para relawan telah sampai di Panti yang dikoordinatori oleh Mei Li Kosasih. Acara dikemas sangat sederhana, mengingat mereka tidak mampu berkegiatan fisik. Setelah mengucap salam,  serempak insan Tzu Chi berbaur secara kekeluargaan. Hampir semuanya tidak memiliki keluarga, maka insan Tzu Chi berusaha menempatkan diri sebagai pengganti keluarga bagi mereka. Rasa empati muncul dalam hati setiap insan Tzu Chi. Dengan tulus dan iklas mereka memberikan kasihnya kepada para penguhuni panti.  Para relawan juga membawa makanan dan roti untuk para oma dan opa. Lantas mereka menyuapi, memijit, dan membalurkan obat gosok kepada oma opa yang meminta. Di usia mereka yang makin senja, para oma dan opa makin manja karena sebenarnya disaat seperti inilah mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga.

Meskipun ada beberapa oma dan opa telah meninggal dan diganti oleh penghuni baru, namun kebersamaan itu terasa sangat hangat dan seolah reuni keluarga bahagia . Sebagian besar oma opa telah dikenal namanya oleh para relawan, sehingga  terasa lebih akrab. Disela-sela waktu, relawan juga menghibur para opa oma dengan membawakan Shou Yu (isyarat tangan) berjudul Xing Fu De Lien dipimpin oleh Inggriani Widargo. Gerakan diikuti tepuk tangan gembira dari semua yang hadir. Sebelum berpamitan, semuanya diajak bernyanyi. Yang tak kalah pentingnya,  angpau berkah dari Master Cheng Yen juga diberikan kepada oma dan opa. Hingga menjelasng siang, pukul 10.30 WIB acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Inggriani Widargo.

Dalam kunjungan kasih pada 19 Maret 2015 relawan menghibur dan mengajak bercanda para oma dan opa di panti.

Kegiatan semacam ini telah sering dilakukan, namun selalu saja menyisakan haru, bahagia, dan rasa syukur yang mendalam. Jacob Kosasih, seorang relawan baru yang datang bersama istrinya Lily Soegianto merasa ini adalah sesuatu yang sangat mengharukan dan membuka hati.

“Pengalaman yang sangat membuka mata dan hati. Bagi seorang professional seperti saya, semula saya pikir aktifitas sosial adalah mengarah kepada pemberian donasi. Mungkin ini adalah pikiran yang dimiliki oleh sebagian pebisnis/intelektual, karena kita melupakan bahwa kebutuhan  bagi mereka yang tidak beruntung bukan hanya sekedar pemberian materi, namun juga perhatian dan kasih,” ucap Jacob. “Saya merasa bahwa saya baru mulai belajar lagi, bagaimana membuka hati seluasnya kepada sesama dan bukan hanya memberikan donasi materi,” lanjutnya.

Lain halnya dengan Milka. Salah satu relawan yang tinggal di Apartemen Westmark ini dengan mata berkaca-kaca berkata, “Kita ini bersyukur, kita menjadi orang yang berkunjung dan memberikan cinta kasih bukan yang dikunjungi. Kita akan selalu datang berkunjung kan? Mereka benar-benar menunggu kita.”

Kegiatan kunjungan kasih ini akan terus diadakan. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, “Rasa syukur hendaknya diwujudkan dengan tindakan nyata.” Semoga kita akan teguh mengemban misi Tzu Chi dalam menebar cinta kasih dan menginspirasi banyak insan untuk melakukan kebajikan. Kebajikan akan serta merta bertumbuh apabila kita pandai berempati, mengerti apa yang dirasakan orang lain. Kita berharap semoga insan Tzu Chi mampu mengurangi air mata oma opa penghuni panti, di mana pun yang mereka kunjungi. 


Artikel Terkait

Empati Berlabuh di Hati, Kebajikan Menyertai

Empati Berlabuh di Hati, Kebajikan Menyertai

01 April 2015 Tangis oma Wiwik meledak keras ketika Ridwan, salah seorang relawan Tzu Chi mencium tangan oma Tanti yang duduk di depan oma Wiwik. Tangis itu adalah tangis nelangsa karena oma Wiwik  teringat pada keluarga yang hampir tidak pernah mengunjunginya di Panti Jompo tempat dia dirawat. Air mata Oma Wiwik pelahan surut, ketika sentuhan lembut merangkul pundaknya, menghibur dan membisikkan kata penuh kasih.
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -