Eye Loupe Youth

Jurnalis : Angela Nur Cahaya (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Mie Li , Suviana, Beverly, Deon (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)

Mengawali kegiatan kamp, peserta diajak untuk bermain games agar suasana menjadi lebih cair sekaligus untuk perkenalan. 

Bersyukur merupakan rasa yang muncul untuk menghargai apa yang kita miliki. Namun tidak banyak yang benar-benar memahami rasa syukur itu sendiri. Biasanya bersyukur hanya bisa diucapkan, namun tindakannya belum mencerminkan seseorang yang memiliki rasa syukur dan terima kasih. Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengupas tentang bersyukur dalam kegiatan kamp Tzu Shao selama sehari yang digelar di kantor Tzu Chi pada 24 Juli 2016.

Kegiatan yang diberi istilah One Day Camp Tzu Shao ini mengangkat tema “Eye Loupe Youth” yaitu melihat segala sesuatu fenomena yang terjadi menggunakan kaca pembesar dalam hal ini Tzu Chi. Melalui kegiatan ini, para generasi muda Tzu Chi diharapkan dapat memahami bahwa masih banyak orang yang benar-benar membutuhkan bantuan di luar sana. Dengan Tzu Chi setiap insan dapat melihat secara nyata dan turun langsung bersumbangsih meringankan penderitaan orang lain.

Kamp misi pendidikan ini adalah kali pertama diadakan. Animo peserta dan relawan pun sangat tinggi, sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan lancar. “Ini sama sekali belum pernah mengadakannya jadi saya harus mempersiapkannya dari nol,” ujar Hokky Tandean, koordinator kegiatan. Penjaringan peserta pun dilakukan secara online. Sebanyak 20 peserta yang turut bergabung dalam kamp ini.

Pukul 08.30 WIB peserta mulai berdatangan, mereka melakukan pendaftaran ulang sekaligus dibagi masing-masing kelompok. Tepat pukul 09.15 WIB kegiatan dilaksanakan dengan memberikan penghormatan kepada Master. Mengawali kegiatan ini, peserta diajak utnuk bermain games agar suasana menjadi lebih cair sekaligus untuk perkenalan.


Sebanyak 20 peserta mengikuti kegiatan kamp Tzu Shao selama sehari yang digelar pada tanggal 24 Juli 2016.


Salah satu relawan, Purwanto memberikan materi tentang hal ini, bersyukur. Ia meminta sebagian peserta untuk maju ke depan memberikan pendapat tentang rasa bersyukur.

Belajar Bersyukur

Setiap orang tentunya pernah mengalami kekurangan atau pun kelebihan. Kedua hal ini bisa saja tidak kita alami jika kita memiliki rasa syukur. Salah satu relawan, Purwanto memberikan materi tentang hal ini, bersyukur. Untuk memahami lebih mendalam makna sesungguhnya bersyukur, Purwanto meminta 10 peserta mengungkapkan hal apa yang membuat mereka bersyukur. Kesepuluh peserta kamp pun memberikan masing-masing pendapatnya. “Saya bersyukur karena sampai saat ini masih diberi kesehatan,” ujar Cindy. Selain Cindy, berbagai macam argumen juga diungkapkan peserta yang lain.

Dalam kamp ini peserta juga diajak untuk memahami tentang daur ulang pelestarian lingkungan. Dengan daur ulang, setiap orang sudah berkontribusi untuk menyelamatkan bumi. Materi ini pun disampaikan oleh Beverly. “Kalau bukan dimuai dari diri sendiri dari siapa lagi,” tegas Beverly. Banyak cara untuk menyelamatkan bumi, bukan hanya mendaur ulang barang bekas namun kita juga dapat melakukannya melalui pola makan vegetaris. Karena dengan bervegetaris bukan hanya menyelamatkan bumi tetapi juga menyayangi makhluk hidup.

Selain materi dan pengenalan Tzu Chi, peserta juga diajarkan tentang cara makan yang berbudaya humanis.


Wiyzhien (kiri), pembina Tzu Shao memberikan apresiasi yang luar biasa kepada para Tzu Shao yang sudah bersungguh hati melancarkan kegaitan ini.

Pengenalan tentang Tzu Chi juga disampaikan pada kamp ini, sehingga peserta bisa mengenal lebih dekat Tzu Chi dan memahami misi-misinya. “Saya merasa senang bisa mengikuti kegiatan ini, karena banyak pelajaran yang saya dapat, kalau ada kegiatan seperti ini lagi saya pasti akan ikut,” ungkap Cindy salah satu peserta.

Di penghujung kegiatan, para peserta bersama-sama berdoa agar semua makhluk dapat terbebas dari segala penderitaan, dan bumi bebas dari segala bencana. Wiyzhien, pembina Tzu Shao memberikan apresiasi yang luar biasa kepada para Tzu Shao yang sudah bersungguh hati melancarkan kegaitan ini. “Acara berlangsung dengan lancar, rasanya plong tidak ada beban,” ungkap Wiyzhien. “Saya ingin membimbing Tzu Shao untuk mengadakan acara ini juga karena kita enggak ada Tzu Ching,” tukasnya. Ia berharap dengan sering mengadakan kegiatan seperti ini bisa merangkul lebih banyak Bodhisatwa Tzu Shao untuk bersumbangsih. Kegiatan pun diakhiri dengan foto bersama. 


Artikel Terkait

Eye Loupe Youth

Eye Loupe Youth

29 Juli 2016

Kali pertama Tzu Shao mengadakan kegiatan kamp selama sehari yang diikuti sebanyak 20 peserta pada tanggal 24 Juli 2016. Melalui kegiatan ini, para generasi muda Tzu Chi diharapkan dapat memahami bahwa masih banyak orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -