Hunian Tetap yang Diidam-idamkan Sudah di Depan Mata

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Anand Yahya


Setelah tiga bulan tak menyambangi lokasi rumahnya yang ditelan Likuifaksi,  Idham kembali ke sana. Rumahnya yang hilang tersebut ia tempati sejak tahun 2013.

Perlu waktu beberapa saat bagi Idham menemukan letak rumahnya dulu, yang luluh lantak  akibat Likuifaksi. Tim Redaksi Tzu Chi Indonesia mengikuti langkah kaki personel TNI ini menyusuri puing-puing bangunan yang hancur di area Kelurahan Petobo, Kota Palu yang kini ditetapkan menjadi zona merah atau zona berbahaya.

“Sudah tiga bulan saya tak ke sini,” kata Idham sembari menarik napas dalam-dalam.

Likuifaksi yang terjadi setelah gempa 7,4 skala Richter pada 28 September 2018 lalu telah mengubah wajah Petobo. Sederhananya, likuifaksi adalah proses hilangnya kekuatan tanah, daya dukung tanah, karena proses pencairan atau pembuburan yang terjadi akibat efek guncangan gempa bumi. Lumpur yang keluar dari dalam tanah seolah menelan bangunan di atasnya. Bentangan sawah di Petobo bahkan berpindah tempat. Karena itu, menemukan letak rumah sendiri menjadi sesulit itu.


Idham menemukan Pakaian Dinas Harian (PDH) nya, namun enggan dibawanya pulang karena akan mengingatkannya pada peristiwa 28 September 2018 lalu.

“Iya ini di sini,” akhirnya. “Nah ini baju PDH saya, ini,” seru Idham.

Pakaian Dinas Harian (PDH) berwarna hijau polos tersebut sedikit terbenam di tanah, namun masih utuh. Tapi Idham enggan membawanya pulang.

“Saya tidak mau teringat-ingat lagi peristiwa itu, saya tak mau bawa. Kalau teringat lagi kejadian (bencana) waktu itu, aduh…,” katanya.

Kini Idham bersama anak dan istrinya tinggal di hunian sementara (Huntara), masih di Kelurahan Petobo, namun agak jauh dari area zona merah ini. Pihak Pemerintah Kota Palu telah memvalidasi rumah Idham dan mengkategorikannya sebagai calon penerima bantuan rumah tetap.


Pakaian Dinas Harian (PDH) Idham yang masih utuh.

“Di Huntara, di deretan saya, air masih minim karena belum lancar untuk sekarang. Kalau saya ingin hunian tetap saja,” harapnya.

Menurut Walikota Palu, Hidayat, proses validasi yang terakhir akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat  (PUPR) bersama Kementerian Sosial RI, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hasil validasi yang final nantinya akan diperiksa lagi oleh tim dari Tzu Chi Indonesia sebagai pihak yang membangunan hunian tetap ini.


Meski bersyukur bisa tinggal di Huntara dibandingkan di tenda, bagaimanapun kondisinya kurang nyaman. Panas di siang hari bisa menjadi semakin panas mengingat atap rumah terbuat dari seng. 

“Tzu Chi Indonesia betul-betul ingin tahu siapa yang tinggal di sini, betul-betul orang yang memerlukan dan betul-betul orang yang terdampak. Yang terdampak itu 13 kelurahan, ada 2 kelurahan yang kena likuifaksi itu yang akan direlokasi. Artinya masyarakat yang betul-betul masuk di zona rawan bencana atau zona merah, itu yang akan direlokasi di dua tempat,” kata Hidayat usai peletakan batu pertama pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tadulako 1 dan 2, Senin, 4 Maret 2019.

Dengan perjuangan yang cukup panjang, terkait penentuan lahan, peletakan batu pertama pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tadulako 1 dan 2 akhirnya terlaksana pada Senin, 4 Maret 2019. Beberapa perwakilan dari tiap hunian sementara diundang dalam acara ini untuk melihat secara langsung wujud dari rumah yang pembangunannya akan segara dilakukan. Namun Idham berhalangan hadir karena tengah bertugas.


Peletakan batu pertama pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tadulako 1 yang terletak di Kelurahan Tondo, tepatnya di belakang Kampus Universitas Tadulako, sementara Perumahan Cinta Kasih Tadulako 2 berada di Kelurahan Duyu.

Dalam satu perbincangan dengan Idham, personil TNI ini siap ditempatkan di hunian  tetap mana saja, mau di Kelurahan Tondo, ataupun Kelurahan Duyu. Ia sangat bersyukur, hunian tetap yang menjadi mimpi warga Palu yang rumahnya hilang akibat gempa, likuifaksi dan tsunami sudah di depan mata.

“(Meski lokasinya cukup jauh dari sini) buat kami tidak ada masalah. Kayak saya tentara ini kan ditempatkan di mana saja ya harus siap,” ujarnya.

Salam dari Master Cheng Yen untuk Warga Palu

Peletakan batu pertama pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tadulako 1 dan 2 mendapatkan perhatian yang sangat besar dari Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Dalam isi suratnya yang dibacakan oleh De Chen Shifu, Master Cheng Yen mengucapkan terima kasih kepada semua orang di berbagai tempat di dunia yang menyambut seruannya untuk menggalang hati dan dana. Dana yang terhimpun bagaikan butiran beras yang memenuhi lumbung serta tetesan air yang membentuk sungai. 


Perumahan Cinta Kasih Tadulako yang dibangun oleh Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Eka Tjipta Foundation dan Indofood Group ini akan dilengkapi dengan fasilitas umum seperti sekolah, klinik, dan tempat ibadah. 

“Hari ini, relawan Tzu Chi datang ke Palu untuk menghadiri upacara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Mereka mewakili seluruh insan Tzu Chi Indonesia, Taiwan, dan seluruh dunia untuk menyampaikan perhatian dan doa yang teramat tulus. Tak lama lagi, Perumahan Cinta Kasih ini akan rampung dan menjulang. Sarana dan prasarana di dalamnya akan menenangkan jiwa, menenteramkan raga, dan memulihkan kehidupan warga di sini.” (petikan isi surat Master Cheng Yen).


Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Hunian Tetap yang Diidam-idamkan Sudah di Depan Mata

Hunian Tetap yang Diidam-idamkan Sudah di Depan Mata

06 Maret 2019

Perlu waktu beberapa saat bagi Idham menemukan letak rumahnya, yang luluh lantak  akibat likuifaksi. Tim Redaksi Tzu Chi Indonesia mengikuti langkah kaki personel TNI ini menyusuri puing-puing bangunan yang hancur di area Kelurahan Petobo, Kota Palu yang kini ditetapkan menjadi zona merah atau zona berbahaya.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -