Hunian Tetap yang Diidam-idamkan Sudah di Depan Mata
06 Maret 2019 |
Jurnalis : Khusnul Khotimah Fotografer : Anand Yahya |

Setelah
tiga bulan tak menyambangi lokasi rumahnya yang ditelan Likuifaksi, Idham kembali ke sana. Rumahnya yang hilang
tersebut ia tempati sejak tahun 2013.
Perlu
waktu beberapa saat bagi Idham menemukan letak rumahnya dulu, yang luluh lantak
akibat Likuifaksi. Tim Redaksi Tzu Chi
Indonesia mengikuti langkah kaki personel TNI ini menyusuri puing-puing
bangunan yang hancur di area Kelurahan Petobo, Kota Palu yang kini ditetapkan
menjadi zona merah atau zona berbahaya.
“Sudah
tiga bulan saya tak ke sini,” kata Idham sembari menarik napas dalam-dalam.
Likuifaksi
yang terjadi setelah gempa 7,4 skala Richter pada 28 September 2018 lalu telah
mengubah wajah Petobo. Sederhananya,
likuifaksi adalah proses hilangnya kekuatan tanah, daya dukung tanah, karena
proses pencairan atau pembuburan yang terjadi akibat efek guncangan gempa bumi.
Lumpur yang keluar dari dalam tanah seolah menelan bangunan di atasnya. Bentangan
sawah di Petobo bahkan berpindah tempat. Karena itu, menemukan letak rumah
sendiri menjadi sesulit itu.

Idham
menemukan Pakaian Dinas Harian (PDH) nya, namun enggan dibawanya pulang karena akan
mengingatkannya pada peristiwa 28 September 2018 lalu.
“Iya
ini di sini,” akhirnya. “Nah ini baju PDH saya, ini,” seru Idham.
Pakaian
Dinas Harian (PDH) berwarna hijau polos tersebut sedikit terbenam di tanah,
namun masih utuh. Tapi Idham enggan membawanya pulang.
“Saya
tidak mau teringat-ingat lagi peristiwa itu, saya tak mau bawa. Kalau teringat
lagi kejadian (bencana) waktu itu, aduh…,” katanya.
Kini
Idham bersama anak dan istrinya tinggal di hunian sementara (Huntara), masih di
Kelurahan Petobo, namun agak jauh dari area zona merah ini. Pihak Pemerintah
Kota Palu telah memvalidasi rumah Idham dan mengkategorikannya sebagai calon
penerima bantuan rumah tetap.

Pakaian
Dinas Harian (PDH) Idham yang masih utuh.
“Di
Huntara, di deretan saya, air masih minim karena belum lancar untuk sekarang. Kalau
saya ingin hunian tetap saja,” harapnya.
Menurut
Walikota Palu, Hidayat, proses validasi yang terakhir akan dilakukan oleh Kementerian
Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Kementerian Sosial
RI, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hasil validasi yang final
nantinya akan diperiksa lagi oleh tim dari Tzu Chi Indonesia sebagai pihak yang
membangunan hunian tetap ini.

Meski
bersyukur bisa tinggal di Huntara dibandingkan di tenda, bagaimanapun
kondisinya kurang nyaman. Panas di siang hari bisa menjadi semakin panas
mengingat atap rumah terbuat dari seng.
“Tzu
Chi Indonesia betul-betul ingin tahu siapa yang tinggal di sini, betul-betul
orang yang memerlukan dan betul-betul orang yang terdampak. Yang terdampak itu
13 kelurahan, ada 2 kelurahan yang kena likuifaksi itu yang akan direlokasi.
Artinya masyarakat yang betul-betul masuk di zona rawan bencana atau zona
merah, itu yang akan direlokasi di dua tempat,” kata Hidayat usai peletakan
batu pertama pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tadulako 1 dan 2, Senin, 4 Maret
2019.
Dengan
perjuangan yang cukup panjang, terkait penentuan lahan, peletakan batu pertama pembangunan
Perumahan Cinta Kasih Tadulako 1 dan 2 akhirnya terlaksana pada Senin, 4 Maret
2019. Beberapa perwakilan dari tiap hunian sementara diundang dalam acara ini
untuk melihat secara langsung wujud dari rumah yang pembangunannya akan segara
dilakukan. Namun Idham berhalangan hadir karena tengah bertugas.

Peletakan
batu pertama pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tadulako 1 yang terletak di
Kelurahan Tondo, tepatnya di belakang Kampus Universitas Tadulako, sementara
Perumahan Cinta Kasih Tadulako 2 berada di Kelurahan Duyu.
Dalam
satu perbincangan dengan Idham, personil TNI ini siap ditempatkan di hunian tetap mana saja, mau di Kelurahan Tondo, ataupun
Kelurahan Duyu. Ia sangat bersyukur, hunian tetap yang menjadi mimpi warga Palu
yang rumahnya hilang akibat gempa, likuifaksi dan tsunami sudah di depan mata.
“(Meski
lokasinya cukup jauh dari sini) buat kami tidak ada masalah. Kayak saya tentara ini kan ditempatkan
di mana saja ya harus siap,” ujarnya.
Salam dari Master Cheng Yen untuk
Warga Palu
Peletakan batu pertama pembangunan Perumahan
Cinta Kasih Tadulako 1 dan 2 mendapatkan perhatian yang sangat besar dari
Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Dalam isi suratnya yang dibacakan
oleh De Chen Shifu, Master Cheng Yen mengucapkan terima kasih kepada semua orang
di berbagai tempat di dunia yang menyambut seruannya untuk menggalang hati dan
dana. Dana yang terhimpun bagaikan butiran beras yang memenuhi lumbung serta
tetesan air yang membentuk sungai.

Perumahan
Cinta Kasih Tadulako yang dibangun oleh Tzu
Chi Indonesia bekerja sama dengan Eka Tjipta Foundation dan Indofood Group ini
akan dilengkapi dengan fasilitas umum seperti sekolah, klinik, dan tempat
ibadah.
“Hari ini, relawan Tzu Chi datang ke Palu untuk menghadiri
upacara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.
Mereka mewakili seluruh insan Tzu Chi Indonesia, Taiwan, dan seluruh dunia
untuk menyampaikan perhatian dan doa yang teramat tulus. Tak lama lagi,
Perumahan Cinta Kasih ini akan rampung dan menjulang. Sarana dan prasarana di
dalamnya akan menenangkan jiwa, menenteramkan raga, dan memulihkan kehidupan warga
di sini.” (petikan
isi surat Master Cheng Yen).
Editor: Hadi Pranoto
Artikel dibaca sebanyak : 677 kali
Berita Terkait
Kirim Komentar