Internasional: Baksos Kesehatan Gigi ke-110

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

fotoSebagai bentuk balas budinya, Pabio memberikan beberapa karung barang daur ulang yang dikumpulkannya dari para tetangganya ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.

Di bawah paparan sinar Matahari, tanggal 18 Mei 2011 para relawan Tzu Chi Manila, Filipina, mengadakan baksos kesehatan gigi yang ke-110 di Binondo. Baksos ini melayani 82 pasien yang tinggal di kawasan tersebut. Para pasien ini adalah warga kurang mampu yang tidak dapat menjangkau biaya perawatan gigi yang tinggi. Para relawan membuka klinik di Gedung Maxim, milik seorang warga Filipina keturunan Tionghoa yang meminjamkan gedung itu untuk depo pelestarian lingkungan Tzu Chi.

Tujuh dokter gigi, dibantu oleh 9 orang asisten yaitu para murid dari Foundation’s Livelihood Training Program, melayani para pasien dengan sungguh-sungguh. Sejumlah 29 pasien mendapat pelayanan cabut gigi, 20 pasien tambal gigi, 27 pasien mendapat pemeriksaan kesehatan, dan 6 pasien diperiksa untuk pembuatan gigi palsu. Klinik mulai dibuka pada pukul 10 pagi hingga pukul 3 sore dan didukung oleh 41 relawan. Mayoritas pasien ini baru pertama kali mengikuti baksos kesehatan Tzu Chi. Setelah mengikuti pelayanan, mereka semua tersenyum puas.

Erlina Cedeno yang berusia 41 tahun, membawa serta keenam anaknya dalam baksos ini. Ia merasa bersyukur setelah mengikuti baksos kesehatan untuk pertama kalinya. Erlina mendengar tentang baksos ini dari seorang relawan Filipina keturunan Tionghoa, dan kemudian bergegas membawa anak-anaknya menuju lokasi baksos yang kebetulan tidak jauh dari tempat tinggalnya. Erlina dan anak-anaknya mendapat pelayanan pemeriksaan dan pembersihan gigi. “Kami benar-benar bahagia dapat mengikuti baksos ini,” katanya, “Di klinik biasa, biaya cabut gigi sebesar 200 peso dan untuk pembersihan gigi 400 peso. Kami tidak akan mampu menanggungnya sekaligus. Daripada digunakan untuk membersihkan gigi, kami lebih baik menggunakan biaya itu untuk membeli makanan. Terima kasih pada Tzu Chi karena kini kami dapat tersenyum lebar memamerkan gigi kami.”

Pasien lain yang juga baru pertama kali mengikuti baksos kesehatan gigi Tzu Chi adalah Ronnie Baquiram (40 tahun). Ia mendapat perawatan untuk giginya yang rusak. Sepanjang wawancara ia tersipu dan mengatakan bahwa dokter gigi telah memberikan pelayanan pengobatan yang sangat baik dan membuatnya merasa nyaman. “Saya sangat gembira karena merasa gigi saya sudah lebih baik. Terima kasih banyak pada para dokter gigi dan Tzu Chi yang telah memberi kesempatan pada saya untuk menjadi peserta baksos ini,” katanya.

foto  

Keterangan :

  • Melalui baksos kesehatan gigi ini, para relawan Tzu Chi Filipina berharap dapat mengajak lebih banyak warga sekitar Binondo untuk terlibat dalam program pelestarian lingkungan.

Dalam kegiatan tersebut, para relawan menceritakan kisah Tzu Chi kepada para pasien. Kisah itu tentang bagaimana Tzu Chi dimulai oleh Master Cheng Yen, juga tentang kegiatan daur ulang yang digalakkan oleh Tzu Chi untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan kerusakan. “Tiga minggu lalu kami mulai menggunakan sebagian gedung ini sebagai pusat pelestarian lingkungan Tzu Chi di Binondo, karena kami telah mendapat izin dari pemilik gedung ini,” kata Xu Bi Yuan, seorang relawan, “Selama dua minggu pertama, warga di sini merespon dengan sangat baik ajakan kami untuk menjaga bumi. Mereka membawa berkantong-kantong barang daur ulang yang mereka kumpulkan. Kami mengirimkan barang-barang tersebut ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan Pusat Pelestarian Lingkungan di Sta. Mesa.”

Selama baksos berlangsung, 4 relawan dan staf Tzu Chi mengunjungi rumah Pabio (56 tahun) yang telah lama menjadi donatur daur ulang. Ia mulai melibatkan diri dalam program lingkungan ini setelah menerima bantuan pengobatan untuk putrinya, Mary Ann (sekarang berusia 24 tahun). Saat itu putrinya menderita TBC perut, yang dideritanya sejak tahun 2003. “Setidaknya inilah cara saya untuk membalas bantuan yang kami terima dari Tzu Chi dan dari teman-teman saya,” katanya, “Jika bukan berkat mereka, Mary Ann mungkin telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.”

Pabio yang beragama Katolik ini berkata bahwa ia berterima kasih pada Tzu Chi dan relawan Filipina –rata-rata merupakan keturunan Tionghoa– yang terus memberikan bantuan pada banyak orang tanpa mempedulikan ras dan bangsa mereka. “Tzu Chi adalah berkat bagi kami karena ia telah menyentuh kehidupan kami sehingga menjadi lebih baik.” Ia berterima kasih juga pada teman-temannya sesama warga gedung ini yang terus-menerus membantunya sejak tahun 2003. Pabio biasanya bekerja sebagai penjaga keamanan di salah satu gedung di daerah ini, sehingga terciptalah jalinan hubungan baik di antara mereka. Para tetangganya membantunya mengumpulkan sampah daur ulang untuk disumbangkan pada Tzu Chi. Ia berharap semakin banyak orang yang mendukung misi Tzu Chi, yang mana akan membantu lebih banyak orang dan membuat dunia semakin indah.

Para relawan berharap bahwa baksos kesehatan gigi ke-110 ini akan mengundang lebih banyak lagi warga sekitar Binondo untuk terlibat dalam program pelestarian lingkungan, seperti program serupa di wilayah lain Metro Manila.

  
 

Artikel Terkait

Merajut Kembali Tali Silaturahmi

Merajut Kembali Tali Silaturahmi

18 Agustus 2015 Dalam rangkaian bulan Syawal, Hari Raya Idul Fitri berlalu satu bulan yang lalu, dan persiapan menyambut hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70, Agustus 2015. Bertempat di lapangan Brimob RW 007 Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara, keluarga besar relawan komunitas He Qi Timur bergiat menjalin silaturahmi, salah satunya dalam bentuk kegiatan halal bihalal bersama warga Cilincing pada 15 Agustus 2015 yang bertempat di lapangan Brimob RW 007 Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara.
Menuang Berkah

Menuang Berkah

09 November 2016

Relawan Tanjung Balai Karimun mengadakan penuangan celengan secara door to door ke rumah warga yang memiliki celengan bambu Tzu Chi di Baran (Enam Bersaudara), Tanjung Balai Karimun pada 5 November 2016.

Suara Kasih: Mewariskan Kebijaksanaan

Suara Kasih: Mewariskan Kebijaksanaan

21 Juni 2011
Karena menyadari ketidakkekalan hidup dan usianya yang sudah lanjut, ia mulai mencari jalan hidup yang benar. Ia memutuskan untuk bergabung di Tzu Chi. Karena itu, pada tahun 2004, ia menjual usahanya kepada orang lain.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -