Internasional: Bantuan Bagi Korban Banjir

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Lineth Brondial, Carolina Uy

fotoBerkat jerih payah para relawan Tzu Chi, sebanyak 1.400 paket pakaian bekas dibagikan pada setiap keluarga yang tinggal di pusat evakuasi di Malanday dan Sekolah Dasar H. Bautista.

Pada tanggal 24 dan 25 Juni, para relawan di Manila membagikan makanan dan pakaian kepada 7.000 orang di Metro Manila yang bergegas meninggalkan kediaman mereka akibat dilanda topan Meari. Mereka kembali ke area kota dimana mereka mengambil peranan besar dalam penanganan bantuan setelah topan Ketsana (Ondoy) melanda pada September 2009.

 

Lebih dari 500.000 orang menjadi korban bencana topan yang melanda Filipina pada tanggal 16 Juni. Relawan Tionghoa dan Filipina segera menolong Kota Marikina, kawasan Metro Manila, dimana mereka menyampaikan bantuan kepada korban topan Ketsana. Relawan di Marikina juga menyumbangkan waktu dan jasa mereka, meski mereka pun terkena musibah. Para relawan mendistribusikan lebih dari 5.000 vitamin - roti serta biskuit bermineral dan bervitamin, serta 1.800 mangkuk makanan vegetarian kepada keluarga yang rumahnya berada di dalam Sekolah Dasar H. Bautista, Nangka dan Mandalay pada tanggal 24 dan 25 Juni. Pada tanggal 25 Juni para relawan juga mendistribusikan 1.400 paket pakaian bekas kepada para pengungsi di Sekolah Dasar H. Bautista dan Malanday setelah mereka pulang ke rumah di Nangka.

Ketua Tzu Chi Filipina, Alfredo Li, memuji dedikasi relawan setempat di Marikina atas bantuan mereka yang tidak mengenal lelah dari segi waktu terhadap bancana seperti ini. "Jerih payah relawan setempat di Marikina sangat terpuji. Mereka menawarkan bantuan diri mereka sendiri meski mereka pun sesungguhnya perlu dibantu," ungkapnya. Di antara mereka ada Rochelle Abella yang berusia 31 tahun dan tinggal di Balubad desa kecil di Barangay Nangka, komunitas kurang mampu sepanjang sungai Marikina. Bersama relawan setempat lainnya, Anella membantu mengevakuasi tetanggannya dan mengawasi kondisi pengunsi di Sekolah Dasar Nangka sejak sore tanggal 23 Juni. "Kami ingin waspada terhadap situasi karena kami tidak ingin bencana terulang kembali. Saya pun khawatir dengan keluarga saya, tetapi inilah bagian dari sukacitaku melayani sesama karena itulah bagian dari janji saya menjadi relawan Tzu Chi," ujar Abella.

foto  

Keterangan :

  • Meski mereka terkena musibah topan Falcon, relawan Tzu Chi setempat di Kota Marikina dengan ikhlas meluangkan waktu dan semangat untuk membantu sesama yang tinggal di pusat evakuasi (kiri)
  • Anak-anak menikmati makanan cepat saji. (kanan)

Berhubung air mengalir deras ke jalan-jalan, para relawan setempat masih dapat mengenakan topi putih dan kaos abu-abu yang bersih sewaktu usaha penyelamatan, sepertinya itulah barang pertama yang mereka masukkan ke dalam tas sebelum meninggalkan rumah. Jerih payah mereka sangat dihargai oleh para korban bencana yang terus menerus mengungkapkannya pada para relawan yang menghibur mereka. "Yayasan Tzu Chi sudah membantu kami semenjak bencana Ondoy melanda kami 2 tahun silam. Saya rasa baik untuk memberikan sesuatu pada sesama melalui sumbangan saya," ujar Enrique Basubas yang berumur 56 tahun, pengemudi roda tiga yang secara teratur menyumbang untuk misi sosial dengan mengisi koin di celengan bambunya. Ia membawa keluarganya ke pusat evakuasi untuk menghindari air yang meluap dari Sungai Marikina beberapa meter dari rumah mereka di Tahap II Balubad di Barangay Nangka.

foto  

Keterangan :

  • Mengetahui kalau bantuan mereka sangat dibutuhkan, relawan Tionghoa dan Filipina dari Kota Marikina meninggalkan rumah mereka sementara untuk menyiapkan 5.000 roti dan biskuit kepada pengungsi.

Bencana Kebakaran
Saat hujan membanjiri jalan, Charmaine Manalo, seorang istri yang berusia 17 tahun yang sedang mengandung 2 bulan bersama anak pertamanya, sangat kecewa dengan segala kemusnahan akibat kebakaran sekitar pkl 09.30 malam pada 24 Juni. Kebakaran tersebut terjadi karena kecerobohan seorang warga yang menyalakan lilin sehingga enyebabkan tungku gas meledak, mencederai 15 rumah di Jl. Sitao di Barangay Malanday. "Kami sangat sedih menjadi korban banjir yang disebabkan oleh topan dan api pada saat bersamaan. Kita tidak dapat menyelamatkan apapun dari yang kita miliki," ujar Manalo. Ia bersama keluarganya berada di pusat evakuasi sewaktu terjadi kebakaran malam itu sehingga mereka tidak dapat menyelamatkan apapun dari rumah mereka.

Pengunsi lainnya, Melinda Nepomuceno yang berumur 46 tahun mengatakan, "kami berada di luar, kedinginan dan sangat lapar, saat Tzu Chi tiba memberikan kami makanan, mereka menolong banyak jiwa dengan kehadirannya. Ini adalah air mata ungkapan rasa terima kasih pada orang yang telah membantu kami, " tambahnya, saat ia menyeka air matanya.

Ketika Filipina dilanda angin topan dan angin puyuh, Tzu Chi dan para relawannya tidak berhenti membantu korban bencana. Yang dibutuhkan warga bukan hanya bantuan materi semata, tetapi juga perhatian dari hati yang penuh welas asih. (Sumber: www,tzuchi.org, tanggal 5 Juli 2011, diterjemahkan oleh: Susy Grace Subiono)

  
 

Artikel Terkait

Mengukir Bodhisatwa Dunia

Mengukir Bodhisatwa Dunia

14 Juli 2009 Para relawan Tzu Chi secara berkala diberi pelatihan dan pendalaman tentang misi dan visi Tzu Chi serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan setiap kegiatan. Melalui sesi-sesi pelatihan ini, relawan juga diharapkan bisa memetik pelajaran berharga dari sharing pengalaman relawan lainnya.
Menumbuhkan Benih Budi Pekerti

Menumbuhkan Benih Budi Pekerti

25 Februari 2015 Pagi itu di Minggu kedua Desember 2014, sedikit berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, karena kegiatan Qin Zi Ban (kelas Budi Pekerti) diadakan lebih awal dari yang seharusnya di minggu keempat.
Memulai Pagi dengan Lestari

Memulai Pagi dengan Lestari

02 Juni 2009 Sinar matahari belum merata menyapu permukaan jalan. Pohon-pohon besar yang tumbuh rindang di sepanjang jalan Perumahan Gading Serpong, Tangerang, Banten membuat cahaya matahari sulit untuk dapat menerobos masuk. Udara sejuk dan segar menambah semangat para pesepeda berkonvoi memacu sepedanya.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -