Internasional: Kembar Siam Filipina

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

fotoDelapan bulan umur bayi kembar siam: Carmelette dan Carmel yang kini telah sehat dan siap untuk pulang setelah operasi pemisahan tubuh mereka yang berjalan sukses.

Pada tangal 18 Agustus silam, dua bayi kembar siam asal Filipina pulang dengan ibu mereka setelah dipisahkan dalam sebuah operasi selama tujuh jam dan tiga bulan untuk pemulihan di RS Tzu Chi Hualien. Operasi ini adalah operasi pemisahan kesembilan yang dilakukan oleh dokter bedah di Taiwan, kasus kedua di Rumah Sakit Tzu Chi, dan kasus pertama yang melibatkan kembar siam dengan penggabungan anus. Operasi itu telah mengubah kehidupan si kembar sehingga mereka dapat menjadi anak normal untuk pertama kalinya.

Persiapan Matang
Carmel Rose dan Rose Carmelette Molit tiba di Taiwan pada tanggal 31 Maret 2010. Saat lahir, tulang belakang si kembar menyatu, berbagi daerah lingkar 36 cm, termasuk sekitar 2,5 cm dari saraf yang menciptakan Y— bentuk di dasar punggung mereka. Operasi itu prosedur yang rumit dan berbahaya, yang memerlukan tim medis sejumlah 20 orang, yang meninjau setiap langkah prosedur dan bertemu 10 kali sebelum menyatakan bahwa gadis-gadis itu cukup sehat untuk mencoba pengoperasian tersebut.

Pada tanggal 8 April, sebelum operasi , bayi kembar itu menjalani prosedur pembesaran jaringan, pembuatan anus kedua dan kandung kemih dan menjalani pemeriksaan ultrasonik. Tim medis pun mencoba mempraktekkan kepada boneka operasi khusus. Haiqi Peng, direktur bedah anak RS Tzu Chi Hualien berkata, "Pada saat kami melakukan operasi uji coba, kami telah mencoba pada semua teknik yang berbeda. Prosedur kami sangat jelas pada setiap langkah dan kami telah melakukan evaluasi menyeluruh."

Operasi dimulai pada pukul 09.18 WIB tanggal 5 Juni, ketika Peng melakukan pemotongan pertama.Setelah menghapus perangkat pembesaran jaringan, tim bedah mengambil alih dan mulai bagian paling sulit dari prosedur ini. Kemudian spesialis neurologis membantu untuk memisahkan tulang belakang, kemudian para ahli bedah mengambil alih lagi, memisahkan anus, kolon dan perineum. Prosedur pemisahan berlangsung selama empat setengah jam.

Sebagai langkah terakhir, ahli bedah kosmetik bekerja untuk menutupi bekas luka anak-anak. Pada pukul 16.45 WIB, prosedur itu selesai setelah tujuh jam lamanya, bagi semua orang—ibu, staf medis, dan relawa—itu adalah akhir dari sebuah kecemasan panjang dan mereka pun bisa bernapas lega.

Ketika dua gadis terbangun setelah operasi, mereka tiba-tiba menemukan diri mereka berbeda dengan apa yang telah mereka sebelumnya. Perasaan mereka tidak enak. Menurut Lin Meifen, Kepala Perawat di Bagian Pusat Pediatrik rumah sakit, "Setelah pemisahan, anak-anak yang pernah berbagi dalam satu tubuh itu merasa sangat tidak aman dan  perasaan itu  benar-benar baru bagi mereka. Mereka tidur sebentar, lalu bangun tiba-tiba, seolah-olah setengah dari mereka ada yang hilang, dan mereka mulai menangis."

Bagi  staf di Rumah Sakit Tzu Chi Hualien, itu adalah operasi kedua untuk memisahkan kembar siam dan yang pertama di mana kasus mereka bergabung di panggul. Untuk pertama kalinya, gadis-gadis itu mampu mengubah diri mereka sendiri dan akan segera mengambil langkah-langkah pertama mereka ke dunia luas sebagai pribadi. Ruizhen Zhang, seorang dokter di Bagian Pediatri mengatakan bahwa bagi anak gadis, pemisahan awal adalah hal yang sangat baik," jelasnya. Pertumbuhan mereka akan lebih baik karena pada bulan keenam atau ketujuh mereka akan dapat duduk sendiri. Hal ini memberikan mereka kesempatan lebih untuk latihan dan stimulasi sehingga mereka akan dapat makan dan mencerna lebih baik juga."

Menciptakan Suasana Kekeluargaan
Kedua bayi kembar tiba di Taiwan dengan ibu mereka Emile pada tanggal 31 Maret 2010. Ini adalah kunjungan pertama mereka ke negeri asing, di mana mereka tidak bisa berbicara bahasa setempat. Keberhasilan operasi pun belum dapat dijamin 100%. Mereka penuh ketakutan dan kecemasan. Para dokter, perawat dan sukarelawan di rumah sakit melakukan apa saja untuk membuat mereka merasa diterima dan memiliki rasa kekeluargaan. Mereka menghiasi kamar anak-anak dengan mainan warna-warni dan hal-hal lain untuk dapat digunakan, seperti kereta dorong, dan memberikan susu formula bubuk. 
Si kembar tidak kuat dalam cuaca yang panas. Emile meminta para relawan untuk membantu. Mereka menyediakan kain halus untuk digunakan sebagai penutup badan ketika tidur. Zhang, relawan Tzu Chi Jixue mengatakan bahwa Emile bekerja sangat keras. "Dia mencuci popok mereka sampai putih bersih. Dia luar biasa. Dia mencuci pakaian mereka semua dengan tangan dan menggantungnya agar cepat kering."

Dengan berat delapan kilo, ahli gizi memperhatikan pola makan mereka. Perawat memotong rambut mereka beberapa kali selama musim panas. Semua orang merawat anak-anak ini seolah-olah anak mereka sendiri. Emile berada di sisi putrinya setiap menit; ia menyimpan buku harian selama kunjungannya dan sering menulis surat kepada keluarganya di rumah. Relawan Jianlan Li mengatakan bahwa Emile menulis banyak surat sehingga keluarganya akan tahu bagaimana keluarga itu sementara dia ada di sini. "Mereka jauh di Filipina, jadi dia yang memberi informasi perkembangan anak-anaknya di sini"

Setelah empat bulan pergi dari kampung halaman, Emile sangat merindukan rumah dan keluarganya. Ketika ia tahu tanggal ia akan pulang, dengan penuh semangat dia menelepon keluarganya dengan kabar baik. Wajahnya yang dipenuhi dengan rasa takut dan khawatir kemudian  berubah menjadi kegembiraan. "Para relawan Tzu Chi sangat baik hati," katanya.

Sebelum mereka meninggalkan Hualien, staf rumah sakit mengadakan perayaan perpisahan untuk Ibu dan dua anak perempuannya, mereka menyiapkan kue untuk mereka. Kemudian ketiganya mengunjungi Master Cheng Yen di Griya Perenungan. Salah satu bayi  itu duduk dengan nyaman dalam pelukan Master Cheng Yen. Master memberi mereka berkah dan mengingatkan Emile untuk berhati-hati menjaga kesehatan mereka. Master Cheng Yen memberikan hadiah sebuah amplop merah, sebagai simbol berkah dan dengan harapan bahwa si kembar akan tumbuh bahagia dan sehat ketika mereka pulang ke rumah. Mata Emile dipenuhi air mata kebahagiaan. Dia tidak bisa mengungkapkan rasa terima kasihnya dalam kata-kata dan melihat ke depan untuk masa depan yang cerah. (Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh: Riani Purnamasari/He Qi Utara)
  
 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Budaya Humanis Kehidupan

Suara Kasih: Budaya Humanis Kehidupan

22 Juni 2010
Sekolah Dasar Tzu Chi di Chiangmai, Thailand member satu teladan yang sangat menarik. Meski para siswanya masih duduk di bangku SD, namun pada Hari Guru setiap tahunnya mereka selalu memberikan hormat dengan tulus, penuh tata krama, dan sopan santun kepada para guru mereka.
Belajar Berani dan Mandiri

Belajar Berani dan Mandiri

14 September 2015
Minggu pagi, 6 September 2015 di Gedung Gan En Lt.3, Aula Jing si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara  kembali terdengar riuh suara anak-anak usia 6-8 tahun. Mereka adalah siswa/i kelas budi pekerti  (Qin Zi Ban) yang diadakan sekali dalam setiap bulannya.
Bersungguh Hati Mendalami Ajaran Jing Si

Bersungguh Hati Mendalami Ajaran Jing Si

19 Juni 2018
Para relawan Tzu Chi Batam bersama-sama menyalin Sutra Makna Tanpa Batas yang merupakan sumber Ajaran Jing Si. Peserta yang ikut serta dalam Kelas Menyalin Sutra mencapai 95 orang.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -