Kunjungi Tzu Chi Indonesia, Anggota AIESEC Tambah Wawasan Lingkungan
07 Februari 2020 |
Jurnalis : Khusnul Khotimah Fotografer : Arimami SA, Khusnul Khotimah |

Sebanyak
12 anggota AIESEC terjun langsung
memilah sampah daur ulang di Depo Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi
PIK. Tak cuma dari Indonesia, sebagian dari mereka ada yang dari Bahrain,
Malaysia, India, Jerman, Korea, dan Tiongkok.
Pernah dengar tentang AIESEC? Ituloh
organisasi kepemudaan internasional, wadah buat para mahasiswa mengembangkan
potensi kepemimpinan mereka. Nah AIESEC
ini sudah ada di 126 negara. Salah satunya di Indonesia, termasuk di kampus Universitas
Prasetiya Mulya.
Kebetulan
AIESEC di kampus Prasetiya Mulya punya program yang namanya Wildlife Expedition. Sebuah program yang
punya misi membangun kesadaran masyarakat sekitar tentang lingkungan dan
bagaimana cara melestarikannya. Selain getol
mengadakan kegiatan bertema lingkungan, mereka juga terus meningkatkan wawasan
lingkungan mereka. Kemarin, Kamis 6 Februari 2020, mereka berkunjung ke Tzu Chi
Indonesia yang sudah cukup dikenal sebagai organisasi yang menjalankan misi pelestarian
lingkungan secara konsisten.

Michael Mandalay (kedua dari kiri) mengatakan kunjungan ini pastinya membangun kesadaran
ia dan teman-temannya untuk lebih berwawasan lingkungan seperti mengurangi
penggunaan plastik, dan juga mulai bervegetaris.

Hudoyo Teguharja yang biasa dipanggil Thomas Shibo menjelaskan jenis-jenis
sampah yang dapat dipilah.
Selain
jadi lebih tahu tentang Tzu Chi, 12 anggota AIESEC ini juga diajarkan memilah
sampah daur ulang di Depo Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi PIK. Hudoyo Teguharja (63), relawan dari Komunitas He
Qi Utara 1 yang biasa dipanggil Thomas Shibo juga menjelaskan jenis-jenis sampah yang dapat dipilah
dan bagaimana kategorinya.
“Seharian
ini yang paling menarik buat saya adalah pemilahan sampah daur ulang. Selama
ini kan kita sering bicara tentang recycle,
tapi tempat recycle sendiri kami
tidak tahu di mana. Dan proses recycle
bagaimana, itu juga kami tidak tahu. Jadi hari ini kita sempat melakukan
pemilahan sampah botol plastik, yang harus dipilah tutupnya dan botol
plastiknya,” kata Michael Mandalay.

Sonja
Fatehi, dari Goethe University, Frankfurt Am Main, Jerman tampak serius memilah
botol plastik.
Kepada para mahasiswa yang peduli lingkungan ini, Thomas Shibo juga menjelaskan sejak kapan sih Tzu Chi menggalakkan pelestarian lingkungan.
Pada Agustus 1990, Master Cheng Yen mulai memberikan ceramah berseri tentang
“Sebuah Hidup yang Penuh Berkah”. Dalam ceramah itu Master Cheng Yen
mengimbau para relawan untuk melestarikan lingkungan, menggalakkan pemilahan
sampah, daur ulang dan pemanfaatan limbah, serta menghargai energi.
“Di akhir ceramah itu, ketika relawan bertepuk tangan, Master
Cheng Yen mengatakan, ‘Gunakanlah kedua tangan kalian yang sedang bertepuk
itu untuk melestarikan lingkungan.’ Sejak saat itulah, Tzu Chi menggalakkan
pelestarian lingkungan,” jelasnya.
Kegiatan
Tzu Chi dalam hal
pelestarian lingkungan, tambah Thomas, ada tiga, yakni kampanye gaya
hidup pelestarian
lingkungan, mengumpulkan
donasi dari sampah daur
ulang, dan menggunakannya untuk kegiatan sosial, lalu juga mengembangkan pusat
pendidikan pelestarian
lingkungan. Saat ini Tzu
Chi Indonesia sudah punya 24 Depo Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan, serta 46
titik pemilahan.

Para anggota AIESEC ini dijelaskan tentang awal mula Tzu Chi di Indonesia
dan apa saja yang sudah dilakukan.
Sonja
Fatehi, dari Goethe University, Frankfurt Am Main, Jerman merasa terkesan
dengan misi pelestarian lingkungan yang dijalankan oleh Tzu Chi. Bahkan ia
mengungkapkan ketertarikannya menjadi relawan pelestarian lingkungan. Bagi
Sonja, melakukan pemilahan sampah daur ulang merupakan wujud nyata mencintai
bumi.
“Saya
sangat senang bisa berkunjung ke Tzu Chi Indonesia. Ini adalah pengalaman yang
menyenangkan, termasuk saat pilah sampah daur ulang. Saya juga sangat salut
bagaimana Tzu Chi dapat menjalankan misi-misi kemanusiaannya di Indonesia,”
kata Sonja.

Anggota
AIESEC juga membawa pulang celengan bambu Tzu Chi sebagai wadah untuk melakukan
dana kecil amal besar setiap hari.
Dalam
waktu dekat, tepatnya pada 9 Februari 2020 mendatang, AIESEC di kampus
Prasetiya Mulya bakal melakukan misi pembersihan pantai di Pulau Pari,
Kepulauan Seribu. Karena itu bagi anggota AIESEC ini, kunjungan ke Tzu Chi ini memberikan
banyak bekal bagi mereka.
“Harapan
kami ilmu yang didapat di sini bisa diterapkan ketika kami mengumpulkan sampah
di Pulau Pari nanti dan bisa memilahnya,” tambah Michael Mandalay asal
Indonesia.
Editor: Metta Wulandari
Artikel dibaca sebanyak : 644 kali
Berita Terkait
Kirim Komentar