Liburan yang Humanis

Jurnalis : Yuliati , Fotografer : Yuliati, Henry Tando

Summer camp 2015 paket 1 diakhiri dengan acara tea ceremony. Anak-anak diajarkan untuk menyuguhkan teh dan menyuapi orang tua sebagai bentuk rasa bakti dan sayang pada tanggal 12 Juni 2015.

Liburan sekolah adalah saat-saat yang ditunggu kebanyakan para siswa. Karena disaat inilah mereka memiliki waktu lama untuk bermain di rumah sesuka hati atau bahkan berwisata bersama keluarga. Namun tidak untuk anak-anak yang mengikuti kegiatan summer camp yang diadakan oleh Tzu Chi University Continuing Education Center (TCUCEC).

“Kegiatannya seru, seneng ikut summer camp,” ungkap Feliko, salah satu peserta summer camp paket 1 ini. Bocah kelas lima Sekolah Tzu Chi Indonesia ini begitu antusias mengikuti setiap sesi setiap harinya, sehingga keterampilan apapun yang diikutinya dengan cepat terselesaikan. Jika tidak mengerti, ia pun segera menanyakan kepada guru, sehingga tidak ada kata tidak tuntas. Ia mengaku saat liburan sekolah, jika tidak diisi dengan wisata ia bermain games di ipad. “Di sini banyak teman-teman baru, banyak kegiatan. Tadi cooking class bikin bakpao. Sekarang jahit bikin sepatu (kotak pensil),” kata Feliko saat ditanya kegiatan hari kedua.

Mengasah Keterampilan Anak

Marina, salah satu guru yang mengajar di TCUCEC juga turut berpartisipasi dalam memberikan keterampilannya pada kegiatan summer camp ini. Ia mengajarkan cara menjahit untuk membuat kotak pensil berbentuk sandal dalam sesi Boneka Flanel. “Mereka tadi belajar untuk bikin sandal (kotak pensil) , mereka melatih motorik halusnya. Di sini kita menerapkan logicnya mereka, cara berpikir mereka,” ujar Marina, “Dengan langkah (jahit) keluar masuk bolak baliknya ada yang nangkep ada yang enggak. Kita kasih sandalnya dua untuk melatih motorik halus, daya tangkap, dan pengertian dia”.

Setiap pelajaran yang diberikan memiliki tujuan masing-masing, dan pada summer camp ini materi yang diberikan pun membekali anak agar memiliki keterampilan-keterampilan nantinya. Marina pun mendukung kegiatan yang diberikan kepada anak-anak untuk mengisi libur mereka. Terlebih ketika melihat semangat anak-anak yang tinggi. “Mereka kerjainnya dengan antusias, sibuk semua meskipun ada yang agak pelan,” tuturnya. Ia pun berharap apa yang anak-anak pelajari saat summer camp bisa bermanfaat kelak. “Mudah-mudahan mereka tidak lupa, karena ini basic untuk mereka di kemudian hari. Harapan saya ketika diminta sesuatu ada dan bisa,” ujarnya tersenyum.

Dalam kegiatan ini diberikan pula kelas merangkai bunga. Feliko dengan cermat merangkai satu persatu bunga sesuai yang diajarkan lao shi.


Marina (tengah) mengajari anak-anak cara menjahit kotak pensil bentuk sandal dalam sesi boneka flannel.

Summer camp yang diikuti sebanyak 61 anak pada paket 1 yang diadakan selama seminggu dari tanggal 8-12 Juni 2015. Kegiatan ini pun akan berlanjut hingga sebulan ke depan. “Ini summer camp yang pertama, dalam hal ini murid bisa belajar banyak materi. Supaya anak-anak dalam liburan bisa belajar lebih banyak pelajaran yang berbeda, menambah pengalaman, dan memberi pengalaman baru,” ujar Rosvita Widjaja, Wakil Pemimpin TCUCEC.

Dalam summer camp ini juga dilakukan secara pararel yang dibagi dalam 4 kelas berdasarkan rentang usia, 2 kelas usia 4-6 tahun dan 2 kelas usia 7-12 tahun. “Kita bagi dalam 2 supaya kelas tidak terlalu banyak murid karena nggak fokus dan tidak maksimal. Kita tetap menjaga mutu,” ucap Yen Ling, sapaan akrab Rosvita. Berbagai materi yang bertujuan untuk menggali potensi anak pun diberikan di kegiatan ini. “Di sekolah materi sudah banyak diberikan, (materi) kita lebih ke keterampilan dan games dan ditambah budaya humanis biar anak-anak mengikuti dan tahu budaya humanis Tzu Chi,” tambahnya.

Juga ada kelas dengan rentang usia 4-6 tahun dalam acara summer camp ini. Mereka juga diajarkan keterampilan menggambar, mewarnai, mengecat, dan lain-lain.


Selain kelas usia 7-12 tahun, anak-anak 4 – 6 tahun juga diadakan acara penutupan summer camp. Mereka mengalungkan kalung hasil karya mereka kepada orang tua.

Memang selain mengasah motorik anak-anak, juga diajak untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang tua dengan menyuguhkan teh dan menyuapi makanan kepada mereka. Sehingga Tzu Chi pun mengundang orang tua supaya bisa melihat karya anak mereka dalam acara penutupan summer camp paket 1 ini. “Ada tea ceremony sebagai wujud terima kasih kepada orang tua, anak-anak kasih teh. Biar orang tua dan anak lebih dekat,” tukas Yen Ling. Selain mengajarkan budaya humanis, juga diadakan galang hati melalui celengan bambu yang dibagikan pada hari pertama. Anak-anak pun mengisi celengan masing-masing setiap hari hingga pada hari terakhir mereka tuang bersama-sama. “Kita mengajak mereka bersumbangsih membantu yang lain dengan menyisihkan uang mereka, dengan uang sendiri kekuatannya lebih kecil namun dengan banyak orang kekuatannya lebih besar,” ujarnya. Celengan pun dibawa ke rumah untuk melanjutkan cinta kasih mereka.

Kegiatan Hari Libur yang Positif

Salah satu orang tua murid yang hadir dalam acara penutupan Summer Camp 2015, Lusan memberikan tanggapan positif dengan adanya kegiatan yang bermanfaat ini. Ia tahu ada kegiatan summer camp dari saudaranya yang juga ikut kegiatan serupa. Kedua anaknya, Richard dan Jessica pun didaftarkan untuk mengisi kegiatan bermanfaat ini. “Acara ini bagus sih, anak-anak suka. Kalau pulang mereka cerita semuanya (kegiatan) seru. Biar anak-anak ada kegiatan dan tahu bagaimana di sini,” ujar Lusan. Menurutnya, selain keterampilan yang diajarkan juga diajarkan tentang budi pekerti pada anak. “Anak-anak diajarin berbuat kebajikan, anak-anak minta baju-baju nggak terpakai mereka ke orang lain. Anak-anak nurut, kitanya senang,” imbuhnya.

Lusan (tengah merah) dan Dewi bersama-sama menghadiri acara penutupan summer camp. Mereka senang dengan kegiatan yang diikuti anaknya dalam mengisi liburan.

Lusan juga mengaku merasakan kedekatan anak dengan orang tua melalui acara penyuguhan teh yang merupakan pengalaman pertamanya. “Ini (penyuguhan teh) salah satu cara patuh kepada orang tua, saya senang aja ya jadi lebih dekat (dengan anak),” katanya. Bahkan Richard yang selalu antusias selama summer camp ingin lanjut ikut ke paket berikutnya. “Anak-anak malah minta nambah untuk Summer Camp, “ ucap ibu tiga anak ini. Lusan pun berharap melalui kegiatan ini anak-anaknya menjadi anak yang patuh kepada orang tua.

Selain Lusan, Dewi (37) juga memiliki tanggapan serupa. Setiap liburan sekolah anaknya, Dewi selalu mencari tempat-tempat summer camp hingga akhirnya berjodoh dengan Tzu Chi. “Buat ngisi liburan. Kegiatan di sini bagus, tidak hanya keterampilan doank tapi ada budi pekerti. Saya inginnya memang ada pelajaran budi pekerti juga,” ungkap ibu dua anak ini. Tidak hanya Dewi, anaknya pun merasa senang dengan kegiatan yang diikutinya pada summer camp kali ini. Dewi juga sependapat dengan Tzu Chi yang mengajarkan berbagi kepada orang lain. “Itu (celengan bambu) saya setuju, nanti penuh balikin ke sini,” ujar ibu yang tinggal di Pademangan, Jakarta Utara ini.

Artikel Terkait

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -