Mataku Pelita Hidupku

Jurnalis : Jab Bon Kiun, Henny Yohannes (He Qi Utara 2), Fotografer : Jab Bon Kiun (He Qi Utara 2)


Aang melakukan pengecekan ulang kondisi matanya dengan ditemani relawan Tzu Chi.

Kamis, 21 November 2019 malam, Aang Gunawan (44) dengan didampingi istri dan keluarganya melakukan perjalanan menuju Rumah Sakit Bhayangkara Cianjur, Jawa Barat. Mereka hendak mengikuti Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-129 yang akan dilaksanakan di rumah sakit tersebut. Perjalanan dari Sindangbarang (tempat tinggalnya) sampai ke rumah sakit memakan waktu hampir 6 jam. Pukul 1 dinihari akhirnya Aang beserta keluarga sampai di lokasi. Karena masih pagi dan belum ada siapa-siapa akhirnya mereka memutuskan menginap di Markas Kodim Cianjur.

Keesokan harinya, Jumat pagi,  Aang didampingi istri datang ke lokasi Baksos Kesehatan Tzu Chi dan melakukan registrasi, serta pengecekan ulang karena hasil dari screening tanggal 16 November 2019, dimana hasilnya ternyata leukosit Aang terbilang tinggi. Pagi itu, Jumat 22 November 2019, Aang dibantu relawan Tzu Chi kembali melakukan pengecekan ulang, dan hasilnya ternyata masih tetap sama, kandungan leukosit Aang tetap tinggi.

Perasaan kecewa, sedih semua bercampur aduk di dalam dirinya. Melihat kondisi Aang seperti itu salah suster dari tim TIMA mencoba menenangkan Pak Aang, dan memintanya untuk pulang beristirahat dan berusaha untuk tetap tenang agar besok saat dilakukan tes lagi hasil leokosit bagus dan dapat melakukan operasi matanya.

Sang Anak Ikut Berjuang Demi Keluarga
Sebelum datang ke Baksos Kesehatan Tzu Chi, Aang sudah berobat kemana-mana, dan oleh rumah sakit disarankan melakukan operasi katarak, tetapi karena terbentur biaya niat itu belum  bisa terlaksana. Aang sebelumnya berprofesi sebagai tukang jual beli barang bekas (rongsokan) di Solokan Sari Sindangbarang, dengan penghasilan sekitar 7 - 9 juta perbulannya. Tetapi sudah dua tahun belakangan ini ia sudah tidak bisa bekerja karena kondisi matanya yang sudah tidak bisa melihat.


Setelah dinyatakan kondisinya belum memungkinkan untuk operasi, keesokan harinya Aang kembali melakukan pengecekan kondisi kesehatan untuk yang ketiga kalinya.


Tim Medis Tzu Chi sedang melakukan operasi katarak  dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-129 di RS Bhayangkara Cianjur, Jawa Barat.

Sudah tiga tahun mata Aang terkena katarak, berawal dari mata kirinya, kemudian mata kanannya. Saat ini biaya hidup mereka bergantung pada putra pertama-nya Abdulrahman (22), yang memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah demi membantu orang tua dan perekonomian keluarga. Melihat sang kakak, Yogi (20) putra kedua Pak Aang juga mengambil langkah yang sama dengan memutuskan untuk bekerja. Pak Aang sangat bersyukur karena memiliki anak-anak yang mengerti kesusahan orang tuanya, tidak seperti anak-anak lainnya yang suka meminta apa pun pada orang tuanya dan tidak mau bekerja.

Rasa Haru Satu Keluarga
Keesokan harinya, Aang dengan didampingi kedua putranya melakukan pengecekan ulang untuk ketiga kalinya. Dan akhirnya penantian Aang selama ini tidak sia-sia. Mendengar suster mengatakan hasil leukositnya bagus dan bisa melakukan operasi mata hari itu membuat terharu keluarga ini. "Awalnya saya sempat khawatir dan gelisah saat berada di dalam ruangan, karena setelah di tetesin obat mata, saya tidak dipanggil-panggil lagi oleh perawat. Cukup lama saya menunggu di dalam dan ternyata saya baru tahu bahwa perlu dokter spesialis yang mengerti masalah mata saya ini, karena saat itu kondisi katarak di mata saya sudah mempengaruhi saraf mata saya,” kata Aang, “saya bersyukur sekali dengan adanya Baksos Tzu Chi, karena ini adalah harapan yang saya tunggu-tunggu untuk dapat melihat kembali. Saat saya buta, hidup ini seperti tidak ada artinya lagi. Tetapi sejak hari ini semangat hidup saya pun tumbuh, dan saya ingin bisa bekerja lagi karena saya masih kuat dan ingin membahagiakan keluarga saya kembali."

 

Wajah bahagia keluarga setelah Pak Aang berhasil dioperasi.


Tim Medis Tzu Chi melakukan pemeriksaan ulang pascaoperasi untuk melihat keberhasilan katarak Ibu Salaman.

Kebahagian tidak hanya dirasakan oleh Aang saja, tetapi juga Enah (61), ibu kandung Aang juga ikut melakukan operasi katarak pada hari itu, Jumat, 22 November 2019. Tetapi karena khawatir dengan keadaan Aang, Enah tetap mendampinginya sampai selesai. "Saya sangat bahagia setelah mengetahui anak saya satu-satunya ini dapat berhasil melakukan operasi matanya, tidak sia-sia kami melakukan perjalanan jauh dan lelah untuk ke sini," ucap sang ibu kepada relawan.

Rasa bahagia juga menyelimuti istri Aang. "Saya sangat berterima kasih atas bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi di baksos kesehatan ini, mungkin ini balasan dari Yang Maha Kuasa karena (dulu) Pak Aang suka membantu orang. Waktu kami masih punya  mobil, suami saya ini suka mengantar orang-orang di kampung untuk berobat kalau ada pengobatan gratis," katanya.

Kebahagian Ibu Salaman
Selain Aang, pagi itu banyak pasien lainnya yang juga melakukan operasi, salah satunya Salaman (59) dari Kertasari. Hari ini beliau datang dengan didamping oleh kakaknya yang bernama Rasanah. Kedua mata Salaman sudah mengalami keburaman selama 8 tahun, dan 1 tahun belakangan ini sudah tidak bisa melihat lagi.

 

Relawan dengan penuh kehangatan mendampingi Ibu Salaman mulai dari proses pemeriksaan sampai setelah operasi.

Saat screening tanggal 16 November 2019, Salaman dirujuk untuk operasi pterygium, tetapi saat di ruang tunggu data Salaman dibaca oleh Eva, relawan Tzu Chi yang sering membantu di setiap kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi. Karena Eva Shijie membaca kedua mata ibu Salaman tidak bisa melihat lagi maka ia menyarankan untuk operasi katarak saja. Saat itu juga Salaman langsung dibawa ke laboratorium untuk dilakukan cek ulang, dan ternyata hasilnya oke untuk operasi katarak.

Operasi langsung dilakukan hari itu juga. Ibu Salaman sangat senang sekali “Awalnya saya masih mikir, saya ini jadi operasi atau tidak kok disuruh cek ulang lagi, masa iya saya datang ke sini sia-sia. Tapi ada satu relawan yang bilang ke saya ibu sudah di ruang tetes obat dan sudah pakai helm masa ngak jadi operasi sambil ketawa. Mendengar itu hati saya lega rasanya,” cerita Salaman.

Hari berikutnya Salaman datang lagi dan melakukan Post Op (pemeriksaan pascaoperasi). setelah dibuka perbannya ia sangat bersuka cita dan bersyukur karena sudah bisa melihat lagi, walaupun baru mata sebelah kirinya saja tapi beliau sangat bersyukur. “Akhirnya saya bisa melihat lagi setelah sekian lama doa saya terjawab, terima kasih Yayasan Budha Tzu Chi dan juga terima kasih kepada Ibu Eva yang telah membantu saya,” kata Salaman haru.    

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Mataku Pelita Hidupku

Mataku Pelita Hidupku

12 Desember 2019

Sudah tiga tahun mata Aang terkena katarak, berawal dari mata kirinya, kemudian mata kanannya. Saat ini biaya hidup mereka bergantung pada kedua anaknya yang memutuskan berhenti kuliah dan bekerja. Setelah dioperasi kataraknya (22/11/2019), Aang bertekad untuk kembali bekerja memperbaiki perekonomian keluarga.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -