Membentangkan Jalan Kebajikan untuk Menyambut Harapan

Jurnalis : Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Amir Tan, Erik Wardi, Lidyawati (Tzu Chi Tebing Tinggi)


Penarikan selubung merah oleh 20 orang tamu kehormatan secara serentak menandai diresmikannya Cetiya Dharma Agung yang juga merupakan sebuah harapan yang baru bagi para umat Buddha binaan di lapas.

Bodhisatwa di dunia tanpa mengenal lelah terus membentangkan jalan kebajikan yang penuh cinta kasih untuk membimbing semua makhluk berjalan ke arah yang benar. Setelah membentangkan jalan cinta kasih, baru terbentuk jalinan jodoh. Demikian juga jalinan jodoh yang terbentuk antara relawan Tzu Chi dengan Lembaga Pemasyarakatan Tebing Tinggi. Sejak menyumbangkan 25 matras sebagai alas tidur dan bantal bagi anak-anak usia 9 sampai 17 tahun yang menjadi warga binaan di lapas tersebut. Dengan wajah yang polos dan dihiasin senyuman, anak-anak menyambut kedatangan relawan dengan hangat.


Penandatanganan prasasti peresmian Cetiya Dharma Agung oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.

Bapak Theo Adrianus, Amd.IP, S.H, M.H, Kalapas Tebing Tinggi kemudian menunjukkan kepada relawan sebuah ruangan yang tertulis Cetiya Dharma Agung yang terletak di dalam sel tahanan. Untuk menuju ke cetiya tersebut, harus melewati beberapa sel tahanan. Bapak Theo menjelaskan kepada relawan bahwa cetiya tersebut sebenarnya belum layak untuk dijadikan tempat ibadah bagi warga binaan Buddhis, khususnya bagi wanita. Hal itu karena letaknya yang di dalam sel dan sampai sekarang tidak ada pembinaan rohani dari pemuka agama Buddha. Inilah yang membuat relawan membantu pembangunan sebuah cetiya yang sederhana namun layak dipakai oleh warga binaan Buddhis sebagai sarana untuk mengembangkan potensi kebajikan dan nilai kehidupan mereka.

“Jadi tujuan kami mendirikan cetiya ini untuk memberikan tempat beribadah yang nyaman dan pembinaan moral spiritual agar ada perubahan pada diri warga binaan lapas setelah bebas,” ucap Wardi, relawan Tzu Chi Tebing Tinggi.


Para tamu undangan ikut dalam rangkaian acara peresmian Cetiya Dharma Agung.

Akhirnya pada Januari 2019, dilakukan kegiatan peletakan batu pertama pembangunan cetiya. Setelah berjalan kurang lebih 3 bulan pembangunan, akhirnya pada Senin, 15 April 2019 menjadi hari yang penuh kenangan dimana Cetiya Dharma Agung Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi diresmikan secara langsung oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly. Hadir pula 500 tamu undangan yang terdiri dari berbagai elemen dan umat beragama. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Forkopimda (Muspida), tokoh agama, tokoh masyarakat, anggota Sangha, utusan dari wadah atau Majelis Keagamaan Buddha, pengurus Wihara Sekota Tebing Tinggi, dan juga pimpinan yayasan sosial kemasyarakatan memenuhi lapangan Lapas. Sekitar 33 relawan yang berasal dari Tebing Tinggi, Laot Tador, Medan, dan Siantar juga merasakan sukacita dan bersemangat dalam mempersiapkan kegiatan tersebut.


Penampilan isyarat tangan dari siswa Kelas Budi Pekerti dengan lagu Ciak Chai Siong Kai Chan.

Acara yang dimulai pada pukul 09.00 pagi ini berjalan dengan lancar dan meriah, dimana terdapat tarian Melayu untuk menyambut kedatangan Menteri Hukum dan HAM beserta rombongannya, dilanjutkan dengan barongsai yang mengiringi tamu kehormatan hingga ketempat upacara. Acara dibuka secara kenegaraan, dilanjutkan dengan acara peresmian dengan menandatangi Prasasti oleh Menteri Hukum dan HAM serta menarik selubung tirai merah yang diiringi dengan isyarat tangan La Che Xiang Qian Jin. Dengan sama-sama mengucapkan He Xin (bersatu hati), He Qi (saling harmonis), Hu Ai (saling mengasihi), dan Xie Lie (bergotong royong), 20 orang tamu kehormatan menarik pita merah secara serentak. Lambaian tirai merah yang melayang turun dengan indah, diiringi dengan tepukan tangan dari ratusan orang menandai sebuah harapan yang baru bagi para warga Buddhis binaan lapas.

Selanjutnya pengguntingan pita oleh Menteri, Bhikku Sangha, dan Ketua Tzu Chi Medan Mujianto, dan membuka pinta utama cetiya secara bersama-sama. “Di beberapa tempat yang besar sudah ada wihara, seperti di Jakarta. Tapi di banyak daerah belum ada, maka kami melihat kalau di lapas itu ada warga binaan yang beragama Buddha seharusnya di tempat itu didirikan (tempat ibadah). Saya juga mengajak Tzu Chi untuk melakukan survei dimana tempat yang membutuhkan wihara bisa dibantu,” harap Yasonna Laoly.


Umat Buddha binaan lapas juga mengadakan kebaktian bersama yang dipimpin oleh Bhikkhu Sangha.

Dalam kegiatan tersebut juga diserahkan cenderamata berupa buku Master Cheng Yen Teladan Cinta Kasih kepada Menteri dan tamu lainnya. Tidak ketinggalan siswa Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tebing Tinggi juga mempersembahkan sebuah isyarat tangan dengan judul Ciak Chai Siong Kai Chan yang bermakna pola makan vegetaris sangat sehat dan melindungi bumi.

Acara diakhiri dengan makan bersama dimana para tamu undangan disuguhi makanan vegetaris. Di samping itu relawan juga memperkenalkan konsep pelestarian lingkungan dengan menggunakan tempat makan yang ramah lingkungan sehingga bisa dipergunakan kembali oleh tamu undangan dan warga binaan. Setelah makan bersama, warga buddhis binaan lapas mengadakan kebaktian bersama yang dipimpin oleh Bhikkhu Sangha.

Menyelamatkan satu orang berarti menyelamatkan satu keluarga. Dengan membebaskan belenggu keserakahan, kebencian, dan kebodohan, maka cinta kasih dan welas asih baru bisa terbangkitkan.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Membentangkan Jalan Kebajikan untuk Menyambut Harapan

Membentangkan Jalan Kebajikan untuk Menyambut Harapan

22 April 2019

Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi meresmikan pembangunan Cetiya Dharma Agung Lapas Kelas IIB Tebing Tinggi. Tempat ibadah yang sederhana ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk mengembangkan potensi kebajikan dan nilai kehidupan para umat Buddha binaan di lapas.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -