Memori 13 Tahun Lalu

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Arimami S.A, Willy Ong (He Qi Barat), Henry Tando

Drama musikal tentang kisah perjuangan anak-anak bantaran Kali Angke dalam menggapai masa depan yang lebih cerah dipentaskan sebanyak dua sesi (pagi dan siang) pada 30 Januari 2016.

Drama musikal yang mengangkat kisah perjuangan anak-anak bantaran Kali Angke dalam menggapai masa depan yang lebih cerah mengingatkan kembali akan kenangan belasan tahun silam, bagaimana perjalanan hidup warga yang tinggal di bantaran Kali Angke, mulai dari banjir besar pada tahun 2002, normalisasi Kali Angke, hingga bertemu dengan insan Tzu Chi dan tinggal di Perumahan Cinta Kasih. Jalinan jodoh baik inilah yang mengantarkan warga bantaran Kali Angke mendapatkan penghidupan yang berbeda, bahkan tidak sedikit anak-anak yang berhasil menggapai asa mereka.

Drama berdurasi tiga jam yang digelar sebanyak dua sesi (pagi dan siang) pada 30 Januari 2016 di Aula Jing Si Lt. 3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara ini memberikan kesan tersendiri bagi mereka yang menikmatinya. Chia Wen Yu, relawan komite Tzu Chi memberikan apresiasi positif adanya pementasan ini. “Sangat appreciate, mereka bisa berinisiatif menampilkan (drama) dan berkontribusi untuk rumah sakit,” ujar Wen Yu. “Saya juga lihat dari penampilan anak-anak, mereka live semua tidak pakai rekaman, luar biasa mainnya. Yang terpenting bukan di penampilan, tapi dalam prosesnya, guru-guru mereka bersatu hati,” imbuhnya. Ia juga mengaku terharu atas keberhasilan para guru yang sudah berhasil mendidik dengan baik.

Bagi relawan pendamping pendidikan, Bao Bing, drama yang dipentaskan ratusan murid ini membuatnya tersentuh. “Anak-anak punya percaya diri yang tinggi untuk pentas. Dulu tidak berani untuk tampil di depan umum, sekarang sudah berani menyanyi, menari, dan bermain drama,” ungkap Bao Bing. Dengan adanya pementasan drama ini, Bao Bing merasa ini merupakan kegiatan positif yang mereka lakukan. “Anak-anak bisa menampilkan potensi diri mereka masing-masing, dan mereka bisa lebih berpikir positif,” ujarnya. Ia juga berharap dengan proses latihan yang cukup lama ini antara siswa dan guru bisa saling mengenal satu sama lainnya dan lebih akrab di lingkungan sekolah.

Hasil penjualan tiket pementasan drama musikal yang digelar di Aula Jing Si Lt. 3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara akan didonasikan untuk pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia.

Drama ini diikuti lebih kurang 400 murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dari berbagai unit sekolah.

Suksesnya acara pementasan drama di hadapan ratusan penonton setiap sesinya ini membuat sutradara yang merupakan guru kesenian SMP Cinta Kasih Tzu Chi, Pathet Paksi Manyura merasa terharu. “Saya sangat terharu karena 400 siswa kita, katakanlah jerih payah kita selama berbulan-bulan ini kemarin, kita tebus hari ini. Anak-anak suka para penonton juga senang, kita melihat mereka juga terhibur. Ini menjadi suatu kebanggaan sendiri bagi kami tentunya, terutama saya,” ungkap Paksi.

Drama yang Memotivasi

Drama musikal kisah nyata ini menarik perhatian para pengunjung yang menyaksikan pementasan ini, salah satunya Linda. Setelah menerima  pesan elektronik (whatsapp messenger) tentang pementasan drama musikal ini, ia mengajak anak-anaknya untuk menyaksikannya. Mereka pun menikmati kisah perjuangan anak-anak bantaran Kali Angke dalam menggapai masa depan yang lebih cerah ini. “(Dramanya) bagus, kelihatan nature,” ujar wanita 38 tahun ini. Melalui drama ini, ia bisa melihat kehidupan warga bantaran Kali Angke dulu dan sekarang yang sudah mengalami banyak perubahan. “Yayasan (Tzu Chi) ini bisa membawa perubahan kehidupan yang begitu dahsyat, dari yang tidak ada apa-apa jadi memiliki kehidupan yang baik yang bisa jadi seseorang yang berguna bagi nusa dan bangsa,” ungkap Linda, “(mereka) jadi panutan bagi orang-orang di luar sana supaya menjadi motivasi.”

Pathet Paksi Manyura (kiri bawa bunga) dan relawan pendamping pendidikan, Bao Bing (bawa bunga) menerima bunga dari sekolah sebagai bentuk apresiasi.

Ratusan pengunjung memenuhi kursi yang disediakan untuk menyaksikan drama musikal yang berdurasi 3 jam ini.

Linda pun memberikan apresiasi atas pementasan drama yang hasil penjualan tiketnya didonasikan untuk pembangunan Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Pasalnya, ini membentuk karakter baik pada anak dalam bersumbangsih. “Saya lihat acara ini saya senang. Mereka bisa mencari dana sendiri tanpa harus minta langsung ke donatur, tapi dari usaha menampilkan kreativitas,” ujar wanita yang tinggal di Taman Semanan Indah, Jakarta Barat ini. Ia juga berharap untuk anak-anaknya yang juga menonton drama ini agar terinspirasi dan bersyukur dengan apa yang dimiliki. “Supaya anak-anak sadar betapa bahagianya mereka, semua kebutuhan ada. Semoga mereka menjadi anak yang menghargai semua yang ada, tidak menyia-nyiakan makanan, pakaian dan mainan, karena masih banyak orang yang di bawah yang tidak memilikinya,” kata Linda. “Yang perlu disadari adalah roda terus berputar, anak-anak harus mengerti kehidupan ini,” tambahnya.

Santi Untario, putri sulung Linda terlihat menikmati penampilan teman sebayanya. “Keren, amazing mereka bisa menari bagus banget, acting juga sama. Mereka kreatif,” ucap siswi SMP Narada School ini. Tidak hanya menyaksikan penampilan drama ini, Santi juga belajar banyak hal melalui pementasan ini. “Maknanya bahwa kita jangan meremahkan apa pun. Kita harus saling membantu, seperti yang ditampilkan banyak orang yang tinggalnya di tepi kali dan dibantu fasilitas yang lebih baik, sehingga mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” papar Santi.

Linda (tengah) bersama putrinya, Santi Untario dan keluarganya turut menyaksikan drama kisah nyata ini.

Susan mengaku terharu dengan kedua anaknya yang turut mengambil bagian dari pementasan ini.

Lain halnya dengan Susan yang juga hadir pada pementasan drama ini untuk mengenal sebagian sejarah Tzu Chi dan pementasan buah hatinya yang tergabung dalam tim drama. “Adanya drama musikal ini sangat bagus, jadi ada pandangan untuk anak-anak yang mungkin dari Kali Angke gitu, jadi mereka juga tetap bisa menggapai masa depan dan cita-cita mereka,” ungkap Susan, “karena memang acara ini ditujukan bukan untuk kepentingan sendiri ya, ini untuk pembangunan rumah sakit dan saya rasa bagus sekali.”

Ia mengaku terharu dengan kedua anaknya yang turut mengambil bagian dari pementasan ini. “Terharu juga senang, kita lihatnya sudah besar gitu, tiba-tiba kita lihat mereka tampil di depan orang banyak kan senang juga,” ujarnya sembari tersenyum bangga. Susan berharap buah hatinya kelak menjadi anak yang memiliki kepribadian yang baik dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. “Yang terpenting jadi anak yang baik, bisa membantu orang lain dan  berbakti kepada orang tua,” harapnya.


Artikel Terkait

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -