Mengajak Para Pelajar agar Mencintai Bumi

Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)


Sebanyak 380 siswa mendengarkan dengan serius apa yang disampaikan Tony Honkley.

Bumi merupakan rumah bagi kita semua. Dan dewasa ini bumi sudah tidak bersahabat karena pemanasan global akibat ulah manusia,   salah satunya semakin banyak pemakaian produk-produk yang tidak bisa terurai namun dibuang begitu saja sehingga mengotori lingkungan dan merusak bumi.

Penyumbang sampah biasanya berawal dari alasan agar lebih efisien atau memudahkan pemakainya, termasuk di dalamnya para pelajar. Untuk itu Selasa, 13 Agustus 2019, lima relawan Tzu Chi Medan bersama tiga orang relawan Tanjung Morawa mengadakan sosialisasi mengenai Pelestarian Lingkungan dan manfaatnya dalam mengurangi global warming di Sekolah Dharma Bhakti di Lubuk Pakam. Acara ini diikuti 380 pelajar dari jenjang SMP dan SMA beserta beserta 19 guru.


Tony Honkley menjelaskan tentang manfaat Pelestarian Lingkungan dalam kehidupan nyata serta penyebab pemanasan global yang salah satunya penggunaan barang yang sulit terurai.


Kepala Sekolah Menegah Atas Imelda Fransiska mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah mengingatkan akan pentingnya pelestarian lingkungan.

Sesampainya  relawan di Sekolah Dharma Bakti, para pelajar sudah berkumpul di lapangan sekolah, sehingga tanpa menunda waktu, Tony Honkley menyapa para guru dan pelajar sebagai awal dimulainya sosialisasi pelestarian lingkungan hari itu. Dengan menggunakan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari, Tony Honkley menjelaskan ke anak-anak faktor-faktor yang menyebabkan pemanasan global. Salah satunya penggunaan barang yang sulit terurai dan membutuhkan waktu sangat lama.

Lima barang yang yang membutuhkan waktu yang lama untuk terurai, di antaranya;

  1. Styrofoam, membutuhkan satu juta tahun untuk terurai di lingkungan tempat pembuangan sampah yang tanpa cahaya dan tanpa udara.
  2. Botol kaca, juga membutuhkan satu juta tahun untuk bisa terurai dan dengan mendaur ulang botol kaca, kita sudah menghemat energi pembuatannya yang bisa menyalakan lampu 100 watt selama 4 jam.
  3. Botol plastik, membutuhkan setidaknya 450 tahun untuk terurai, maka dianjurkan ke para pelajar untuk membawa botol minum yang bisa digunakan berkali-kali.
  4. Kaleng aluminium, yang membutuhkan waktu selama 200 tahun untuk bisa terurai.
  5. Baterai, tidak peduli baterai jenis apa yang kita gunakan, setiap kali kita membuang satu baterei ke tempat sampah, berarti kita berkontribusi pada milyaran baterai yang akan ditimbun setiap tahunnya. Inilah yang sering relawan sarankan untuk menggunakan baterai yang bisa diisi dayanya kembali.

Tony Honkley juga mengimbau kepada para murid untuk berpedoman pada 5R di dalam pelestarian lingkungan, yaitu Rethink, Reuse, Repair, Reduce dan Recycle.

“Di dalam mendukung pelestarian lingkungan, maka Tzu Chi Medan wilayah Medan Timur menyediakan tempat untuk menampung barang-barang warga Lubuk Pakam yang sudah tidak dipakai lagi yang kita namakan titik point pengumpulan barang daur ulang dan hari ini titik point tersebut kita resmikan,” Sujono selaku koordinator peresmian titik point mengatakan.

 

Sebagai tanda diresmikannya titik point pengumpulan barang daur ulang, maka relawan dan para guru serta para siswa memasukkan barang yang tidak dipakai lagi ke tempat pengumpulan (green point).

Setelah mendengar penjelasan Tony Honkley, salah satu siswa bernama Jovinto terinspirasi untuk ke depannya tidak membuang sampah sembarangan dan akan memakai barang yang bisa dipakai ulang seperti memakai botol minum dan memakai sapu tangan dari pada memakai tissue.

Begitu juga Nicholas. “Setelah mendengar tentang 5R, salah satunya adalah Rethink maka ke depannya jika saya ingin membeli sesuatu, saya harus bertanya pada diri sendiri, apakah barang yang ingin saya beli itu butuh atau ingin. Kalau karena ingin maka saya akan batalkan membeli barang tersebut karena keinginan seseorang tiada batasnya,” ujarnya.

Sekolah Dharma Bakti sendiri selalu mendukung program-program yang ditawarkan Tzu Chi, seperti Celengan SMAT (Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi) dan sosialisasi tentang pelestarian lingkungan, serta diresmikannya titik pengumpulan barang daur ulang. Imelda Fransiska, Kepala Sekolah SMA Dharma Bakti dengan antusias menyambut program pelestarian lingkungan ini.

 

Foto bersama relawan dengan para guru Sekolah Dharma Bakti Lubuk Pakam.

“Terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah mengingatkan kita semua untuk sama-sama menjaga bumi tercinta ini demi kehidupan kita di masa depan. Untuk itu mulai sekarang kita harus mengurangi atau meminimalisir bahkan meniadakan penggunaan bahan-bahan  yang merusak lingkungan. Harapan saya, ke depannya anak-anak sekolah Dhama Bhakti bisa menjadi duta pelestarian lingkungan hidup,” tutur Imelda.

Para relawan berharap semoga apa yang mereka sampaikan hari itu bermanfaat dan dapat dipraktikkan para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang disampaikan Master Cheng Yen bahwa “Sekadar mengetahui saja tidaklah cukup, namun harus dapat mempraktikkannya dalam tindakan nyata.”

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Mengajak Para Pelajar agar Mencintai Bumi

Mengajak Para Pelajar agar Mencintai Bumi

15 Agustus 2019
Para relawan Tzu Chi Medan dan relawan Tanjung di Morawa mengadakan sosialisasi mengenai Pelestarian Lingkungan dan manfaatnya dalam mengurangi global warming di Sekolah Dharma Bhakti di Lubuk Pakam. Acara ini diikuti 380 pelajar dari jenjang SMP dan SMA beserta beserta 19 guru. 
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -