Mengasah Bahasa, Mempraktikkan Budaya Humanis

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

doc tzu chi indonesia

SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng mengadakan kegiatan Mandarin Day dengan menampilkan lomba isyarat tangan diikuti murid kelas 1 dan 2 pada Selasa, 27 Februari 2018.

Mandarin Day menjadi kegiatan rutin tahunan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Hal ini dilakukan untuk mengasah, melatih termasuk mencari bakat-bakat murid yang bisa bahasa Mandarin dan mempraktikkan budaya humanis yang telah mereka pelajari dalam bentuk perlombaan. Masing-masing anak setiap unit sekolah wajib memilih satu jenis perlombaan.

Unit SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng memilih perlombaan menyanyi, isyarat tangan, Kata Perenungan Master Cheng Yen untuk kelas 1-2; lomba menyanyi, isyarat tangan, bercerita untuk kelas 3-5; dan lomba menghias mading pada kelas masing-masing untuk kelas 6. Persiapan latihan pun telah dilakukan sejak Januari lalu.

“Mereka dilatih wali kelas dan guru mandarin untuk membantu pelafalannya,” ucap Hetty Handayani, koordinator kegiatan (27/2/2018).

Lebih kurang sebanyak 800 murid SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng mengikuti kegiatan ini. Lima anak tiap kelasnya (kelas 3-5) mengikuti perlombaan bercerita. “Ini perbedaannya, (lomba) bercerita tahun sebelumnya hanya cerita saja, tahun ini dalam bentuk drama, menyanyi juga tidak hanya menyanyi tapi ada gerakannya,” ujar Hetty yang juga guru bahasa Mandarin SD Cinta Kasih Tzu Chi.

Tak Menyangka Dapat Juara

Salah satu kelas 4 SD Cinta Kasih Tzu Chi senang bukan kepalang ketika kelas mereka disebut salah satu juri, Laoshi Junaidi saat membacakan juara lomba bercerita. Pasalnya kelas ini jarang sekali bisa menyabet juara. Dalam lomba bercerita ini terdapat tiga juri yang menilai penampilan mereka dari segi bahasa Mandarin maupun budaya humanis yang mereka bawakan.

doc tzu chi indonesia

Selain lomba isyarat tangan dan menyanyi, murid kelas 3-5 SD Cinta Kasih Tzu Chi mengikuti lomba bercerita yang dikemas dalam bentuk drama.

doc tzu chi indonesia

Laoshi Junaidi (kanan) bersama dua juri lainnya memberikan penilaian pada lomba bercerita di ruangan multimedia SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.

“Poin penilaiannya ada praktik budaya humanis yang paling utama,” ujar Laoshi Junaidi. “Mandarin lafalnya tepat, gaya, ekspresi harus cocok. Jangan sampai dia ngomong apa gayanya apa. Properti juga mendukung,” lanjutnya.

“Dan juara pertama diraih oleh kelas 4D,” ucap laoshi Junaidi lantang.

Sontak lima srikandi dari kelas ini pun bahagia tak terkira. Mereka maju ke atas panggung untuk menerima hadiah yang sudah terbungkus rapih. Keluar ruangan lomba mereka langsung berlari membawa peralatan tempur mereka serta hadiah yang diterimanya menuju kelas yang berada satu lantai dengan ruangan lomba. Di dalam kelas mereka merayakan kemenangan, saling berpelukan karena haru.

“Aku senang dan bangga. Ini juara 1 dan pertama kali ngrasain juara 1,” ucap Jessica bahagia. “Nggak nyangka, deg-degan pas tampil tapi akhirnya menang,” sahut Angel. “Bisa banggain guru dan kelas,” kata Angie menimpali.

doc tzu chi indonesia

Salah satu juri, Mei Rong menyerahkan hadiah kepada kelas 4D yang menyabet juara 1 lomba bercerita.

doc tzu chi indonesia

Chelsea Felicia (depan) merasa senang bisa ikut dalam perlombaan menyanyi lagu bahasa Mandarin berjudul Peng You.

Dalam lomba bercerita ini, kelas empat mendapatkan topik tentang kehidupan di hutan yang dihuni guru monyet, monyet kecil, dan tupai. Suatu hari terdapat sang pemburu yang berburu di hutan. Melihat sang pemburu, binatang-binatang tersebut bersembunyi. Sang pemburu pun jatuh terperosok di dalam lubang yang dalam. Karena cinta kasih mereka, guru monyet, monyet kecil, dan tupai segera menolong. Beberapa hari kemudian guru monyet dan monyet kecil mengunjungi rumah sang pemburu. Tak disangka sang pemburu justru melempar batu ke kepala guru monyet. Monyet kecil kemudian membawa gurunya untuk mencari pertolongan kepada tupai, namun tak keburu dan guru pun meninggal. Sebelum meninggal, guru monyet berpesan agar membawa pemburu ke jalan yang benar. Menerima pesan tersebut, monyet kecil dan tupai setiap hari mengirimkan buah dan diletakkan di depan pintu sang pemburu. Meski awalnya sang pemburu tidak mengetahui dari mana asal buah-buahan tersebut, lama-lama ia mengetahuinya. Monyet kecil dan tupai pun menceritakan semuanya kepada sang pemburu. Sejak saat itu pemburu bertekad tidak akan berburu lagi.

Dalam bercerita ini, kontingen dari kelas 4D beranggotakan Christal berperan sebagai guru monyet, Angel sebagai monyet kecil, Jessica sebagai tupai, Brenda sebagai pemburu, dan Angie sebagai narator. Kelima anak ini berlatih setiap ada waktu untuk latihan.

“Kami berlatih sekitar seminggu itu pun kadang-kadang. Kami berusaha untuk menang dan pada akhirnya kami bisa menang, kami bangga karena semua berlatih dengan keras,” ucap Brenda tersenyum.

Meskipun topik yang mereka bawakan sama dengan kelas lainnya namun banyak kreatifitas yang disuguhkannya. “Bedanya gerakan, suara, nada, ekspresi, sopan santunnya,” ujar Christal. Selama tampil pun mereka menggunakan bahasa Mandarin dengan suara lantang. Meski banyak yang merasa bahasa Mandarin susah, namun tidak bagi kelima anak imut ini. “Yang penting tetap berusaha, percaya diri, jangan malu-malu, harus tangguh,” tukas Brenda.

Sementara itu di ruangan lain, ratusan anak kelas 1 dan 2 SD Cinta Kasih Tzu Chi mengikuti lomba menyanyi, isyarat tangan, dan kata perenungan. Salah satunya Chelsea Felicia dari kelas 1B. Ia bersama 13 teman sekelasnya menampilkan lomba menyanyi lagu berjudul Peng You. Meski tak mendapatkan juara, namun bisa turut tampil dan disaksikan teman-teman yang lain memberikan kebahagiaan tersendiri baginya.

“Senang karena ikut lomba. Tadi ada lomba menyanyi, isyarat tangan, kata perenungan. Saya ikut menyanyi aja,” ucap Chelsea. Dalam perlombaan menyanyi ini memang tidak hanya menampilkan suara emas masing-masing namun juga diiringi gerakan tangan. “Latihan satu bulan, latihannya menyanyi dulu baru gerakannya terakhir,” ujar ketua kelas 1B SD Cinta Kasih Tzu Chi ini.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Mengasah Bahasa, Mempraktikkan Budaya Humanis

Mengasah Bahasa, Mempraktikkan Budaya Humanis

28 Februari 2018
Mandarin Day menjadi kegiatan rutin tahunan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Hal ini dilakukan untuk mengasah, melatih termasuk mencari bakat-bakat murid yang bisa bahasa Mandarin dan mempraktikkan budaya humanis yang telah mereka pelajari dalam bentuk perlombaan.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -