Menggenggam Kesempatan Bersumbangsih

Jurnalis : Poppy Tanaka (He Qi Utara 1), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara 1)


Pelatihan Relawan Abu Putih komunitas He Qi Utara 1 & 2 pada 22 September 2019 diikuti oleh 149 orang peserta.

Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 tahun 2019 diadakan di ruang Fu Hui Ting, Jing Si Hall lantai 2, PIK, Jakarta Utara pada tanggal 22 September 2019. Dihadiri oleh relawan dari He Qi Utara 1 sebanyak 90 peserta, He Qi Utara 2 dengan 59 peserta, 18 mentor, dan 52 orang panitia. Pelatihan dimulai dengan sharing dari Anie Wijaya tentang Praktik Budaya Humanis dalam Berkegiatan. Anie menerangkan bahwa praktik budaya humanis adalah perilaku pada saat berkegiatan.

“Praktik budaya humanis ini dapat dilihat dari penampilan dan tata krama dari semua relawan. Karena keindahan dalam satu kelompok bergantung dari pelatihan diri setiap individu dalam kelompok tersebut,” tukas Anie. Ia juga mengingatkan relawan saat memakai seragam agar selalu berbudaya humanis karena membawa nama baik Master Cheng Yen dan Tzu Chi. Selain itu juga agar membuat Empat Ramuan Tzu Chi, yaitu Bersatu Hati (He Xin), Harmonis (He Qi), Saling Menyayangi (Hu Ai), dan Bergotong Royong (Xie Li), serta meminum empat sup mujarab, yaitu berpuas diri, bersyukur, penuh pengertian, dan berlapang hati.

Dengan mengonsumsi “empat ramuan dan empat sup mujarab Tzu Chi” diharapkan para relawan dapat menjalankan budaya humanis Tzu Chi dengan baik. Anie juga mengimbau para relawan agar selalu melatih diri dengan memulai segala sesuatu dari diri sendiri.


Ng Siu Tju (kelima dari kiri) sharing mengenai korban gempa Palu serta mengimbau semua relawan yang hadir agar menggenggam kesempatan bersumbangsih.


Suriadi sharing mengenai rumah sakit Tzu Chi dari yang pertama di Hualien hingga di Indonesia.

Pelatihan dilanjutkan dengan sharing mengenai perkembangan bantuan rumah untuk Palu. Seperti yang telah kita ketahui, tahun lalu terjadi gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah. Tzu Chi Indonesia turun ke lapangan untuk membantu pascabencana, dari membagikan santunan, makanan dan minuman, barang kebutuhan sehari-hari, dan juga selimut dari Taiwan. Tim medis TIMA pun ikut bersumbangsih. Selanjutnya Tzu Chi menggalang dana untuk membangun 3000 rumah untuk Palu.

Ada sebagian rumah yang sudah selesai dibangun sehingga relawan Tzu Chi berangkat ke Palu untuk melakukan verifikasi tahap pertama kepada penduduk yang layak untuk tinggal di rumah-rumah yang sudah dibangun. Relawan yang melakukan verifikasi pada 24 - 26 Agustus 2019 lalu, hadir untuk sharing tentang kegiatan tersebut. Mereka adalah Tommy Cendana, Sudarman Koh, Tan Surianto, Alex Salim, Ng Siu Tju, dan Andre Zulman dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia. Mereka berbagi kisah tentang kondisi di Palu saat ini dan cerita-cerita yang telah mereka dengar saat mewawancarai warga.

Ng Siu Tju bercerita mengenai Ibu Suudia Ramli. Ibu Suudia Ramli sesaat sebelum terjadi gempa hendak ke Pantai Talise untuk menghadiri sebuah hajatan. Ia mengajak anak, suami dan adiknya untuk ikut, tetapi mereka tidak mau pergi dan memilih tinggal di rumah. Ibu Suudia Ramli pun pergi sendiri dan ternyata kegiatan tersebut sangat meriah. Ia pun bermaksud pulang dan ingin membujuk anak, suami dan adiknya untuk ikut melihat perayaan tersebut. Namun dalam perjalanan pulang, terjadi tsunami. Saat ia tiba di depan rumah, rumahnya sudah hilang akibat likuifaksi. Ibu Sudiaramli pun sangat sedih dan sejak itu ia mengalami depresi hampir selama tiga bulan.


Di sela-sela break, relawan berkeliling membawa kotak dana mengumpulkan donasi dari peserta untuk pembangunan bantuan rumah di Palu.

Mendengar cerita Ibu Suudia Ramli yang pilu, Siu Tju teringat kata-kata Master Cheng Yen. “Tubuh ini tidak kekal, tetapi jiwa kebijaksanaan bisa berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Jadi gunakanlah tubuh yang orang tua kita berikan ini untuk berbuat kebajikan dan bersumbangsih, genggamlah setiap saat,” tutur Siu Tju disertai keharuan yang mendalam.

Siu Tju sadar betapa pentingnya mendengarkan dharma, karena saat verifikasi warga dibutuhkan ketulusan hati untuk mendengar, ketenangan hati, tutur kata yang halus, dan kebijaksanaan dalam membuat keputusan. Siu Tju bersyukur karena selama ini sering ikut Xun Fa Xiang (menghirup keharuman dharma) yang melatihnya untuk berpikir jernih dan hati yang tenang.

Sharing terakhir dibawakan oleh Suriadi tentang Misi Kesehatan. Suriadi bercerita tekad Master Cheng Yen membangun rumah sakit, kendala-kendala yang dihadapi, serta tekad murid-muridnya untuk mewujudkan pembangunan rumah sakit. Pada tahun 1986, selesailah pembangunan rumah sakit Tzu Chi pertama yaitu di Hualien. Hingga saat ini sudah ada 6 rumah sakit Tzu Chi di Taiwan. Di Indonesia sendiri ada satu di Cengkareng, yang awalnya poliklinik dan kini sudah berubah menjadi Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi.


Charlie, relawan He Qi Utara 1 dalam sesi sharing peserta, menyatakan bertekad untuk  menggenggam kesempatan bersumbangsih dalam masyarakat.

Selain RSCK Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, saat ini Tzu Chi Indonesia juga tengah membangun rumah sakit di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Rumah sakit ini difasilitasi dengan teknologi canggih, menerapkan konsep pelestarian lingkungan, dan didukung tenaga-tenaga medis yang kompeten di bidangnya dan berbudaya humanis. Dalam sharing-nya Suriadi berpesan kepada relawan untuk menggenggam kesempatan bersumbangsih dalam pembangunan Tzu Chi Hospital dengan menjadi penggalang hati (dana) dan menjadi relawan pemerhati rumah sakit.

Pelatihan ditutup dengan sharing peserta pelatihan, salah satunya Charlie dari He Qi Utara 1. “Materi pelatihan hari ini bagus, yang paling berkesan adalah sharing dari Palu. Tzu Chi adalah satu wadah yang komplit, semuanya ada. Yang dibutuhkan relawan sebenarnya adalah turun untuk bersumbangsih dalam kegiatan,” ucapnya. Di depan hadirin ia pun bertekad untuk menggenggam erat setiap ada kesempatan bersumbangsih.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Menggenggam Kesempatan Bersumbangsih

Menggenggam Kesempatan Bersumbangsih

27 September 2019
Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 tahun 2019 diadakan di ruang Fu Hui Ting, Jing Si Hall lantai 2, PIK, Jakarta Utara pada tanggal 22 September 2019. Dihadiri oleh relawan dari He Qi Utara 1 sebanyak 90 peserta, He Qi Utara 2 dengan 59 peserta, 18 mentor, dan 52 orang panitia.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -