Menjalin Toleransi Antar Umat Beragama

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Jumat, 19 Juli 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi ,mengadakan acara buka puasa bersama. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 200 staf yang merupakan gabungan dari staf Yayasan Buddha Tzu Chi, DAAI TV Indonesia, guru Sekolah Tzu Chi Indonesia, dan juga para staf serta seniman bangunan PT. Pulau Intan.

Bagi Yayasan Buddha Tzu Chi, keberagaman bukanlah satu perbedaan. Perbedaan suku, agama, warna kulit, dan lain sebagainya dianggap sebagai kekayaan dan pemersatu yang mempererat satu sama lain. Master Cheng Yen sendiri mengutarakan bahwa sebagai insan Tzu Chi harus memegang teguh prinsip budaya humanis yang salah satunya adalah Zun Zhong (Menghormati). Hal inilah yang diwujudkan oleh Tzu Chi Indonesia, menghormati perbedaan yang ada dengan mengadakan satu kegiatan buka puasa bersama. Dilaksanakan pada Jumat 19 Juli 2014 di kantin Aula Jing Si. kegiatan buka puasa bersama dihadiri oleh lebih dari 200 staf yang merupakan gabungan dari staf Yayasan Buddha Tzu Chi, DAAI TV Indonesia, guru-guru Sekolah Tzu Chi Indonesia, dan para staf serta seniman bangunan dari PT. Pulau Intan.

Kegiatan buka puasa bersama bukan hanya berisikan acara makan-makan namun juga ada penuangan celengan bambu, juga tausiah (siraman rohani) yang dibawakan oleh Kyai H. Oman Syahroni. Dalam tausiahnya, pimpinan pondok pesantren Terpadu khairul Ummah, Kapuk Muara ini mengungkapkan bahwa toleransi antarumat beragama di Tzu Chi sangat tinggi, kepedulian terhadap sesama juga tidak perlu diragukan lagi. Ia juga mengungkap bahwa hasil kerja Tzu Chi selama ini bukanlah hasil kerja semata-mata satu orang saja. Melainkan semua bagian saling bekerjasama sehingga bisa membangun dan membantu masyarakat. “Saya lihat ini luar biasa, ini satu kebanggan bagi saya, di mana di sini terlihat adanya kasih sayang yang terjalin yang tidak membedakan apa itu agama, suku, ras, dan sebagainya tapi adanya kasih sayang satu kesatuan dan persatuan. Dan ini yang harus dibudayakan, dilestarikan bahkan kalau bisa ditransfer ke tempat-tempat yang lain supaya bisa mengikuti Tzu Chi,” ujarnya.

Kegiatan buka puasa bersama juga diisi oleh acara penuangan celengan yang dilakukan oleh peserta yang hadir. Penuangan ini diawali oleh para ketua panitia pelaksana kegiatan buka puasa bersama juga CEO DAAI TV.

Dari tausiah yang diberikan oleh Kyai H. Oman Syahroni tersebut bisa diambil satu kesimpulan bahwa kita semua bisa semakin belajar untuk tidak egois dan bahwa kita saling membutuhkan serta saling membantu dan mendukung. Masyarakat yang semakin cerdas tentunya sudah mengetahui bahwa apabila kita membeda-bedakan agama (atau hal lainnya) ternyata membuka pintu perpecahan, kita jangan lihat perbedaan yang penting bagaimana dalam berbeda kita bisa bersatu.

Selain memberikan tausiah, Kyai H. Oman Syahroni juga merasa takjub dengan kegiatan penuangan celengan bambu. Ia tidak menyangka bahwa dari semua yang hadir ternyata telah membawa celengan masing-masing yang berisi kepingan koin hasil tabungan mereka untuk sama-sama dituangkan dalam kegiatan buka puasa bersama ini. “Memang keberadaan Tzu Chi bukan hanya untuk kalangan tertentu, tapi seluruh manusia yang ada di dunia. Tzu Chi ini begitu hebat rasa sayangnya, berbagi dan lain sebagainya yang lebih menakjubkan lagi adalah ada yang namanya celengan bambu,” tuturnya.

Penuangan celengan merupakan wujud beramal, selain itu celengan merupakan bentuk cinta kasih yang bisa datang dari mana saja, termasuk dari satu hal kecil seperti kepingan uang receh.

“Celengan bambu ini harus ditularkan dan diwariskan ke tempat yang lain. Tentunya ini sangat positif dan memang dianjurkan, bukan hanya oleh Tzu Chi saja, tentunya untuk umat islam. Dalam ajaran islam selama kita mau membantu saudaranya maka tuhan akan membantu dia. Dalam satu surat dikatakan bahwa, “Apabila kau memberikan nafkah pada orang yang kurang mampu, maka kau akan dijamin nafkahnya oleh Yang Maha Kuasa. Celengan ini sangat luar biasa, saya sendiri takjub luar biasa,” jelasnya.

Ketua penyelenggara kegiatan buka puasa bersama, Winarso, mengaku senang karena kegiatan ini berhasil dilaksanakan. Dirinya yang bukan merupakan seorang muslim tidak merasa keberatan, bahkan malah merasa senang karena kegiatan semacam ini merupakan salah satu simbol keberagaman  dan kasih universal yang bisa diwujudkan. “Kegiatan ini membuat hati lega dan senang karena nilai kebersamaan dan saling hormat menghormati serta toleransi yang ada disini dapat terwujud. Karena itu kegiatan ini harus kita syukuri dan kita harus memaknai bahwa dengan adanya perbedaan kita tetap bisa bersatu,” ujar Winarso. “Kami semua mengajak seluruh insan untuk bersama-sama bersatu padu saling hormat menghormati, saling bekerjasama, saling mengayomi tanpa suatu pertentangan apalagi sampai menimbulkan permusuhan,” pesannya.

Sebelum melakukan buka puasa bersama, mereka terlebih dahulu melakukan doa berbuka yang dipimping oleh Kyai H. Oman Syahroni (memakai peci hitam), pemimpin pondok pesantren Terpadu khairul Ummah, Kapuk Muara.


Artikel Terkait

Cinta Kasih Menginspirasi Gan En Hu

Cinta Kasih Menginspirasi Gan En Hu

23 Juli 2014
Untuk menunggu waktu berbuka, relawan Tzu Chi mengisi acara dengan sharing Gan en Hu, Shou Yu, dan juga drama. Selain relawan, beberapa orang Gan En Hu juga mempersembahkan gerakan isyarat tangan “Satu Keluarga”.
Cinta Kasih dalam Kebersamaan

Cinta Kasih dalam Kebersamaan

24 Mei 2019

Dalam menyambut bulan suci Ramadan ini, relawan He Qi Utara 1 mengadakan buka puasa bersama dengan para siswa kelas budi pekerti di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke.

Kebersamaan dalam Buka Puasa Bersama TIMA, RSKB, dan Tenaga Pendidik

Kebersamaan dalam Buka Puasa Bersama TIMA, RSKB, dan Tenaga Pendidik

06 Juli 2015
“Terima kasih kepada anggota TIMA, RSKB, dan tenaga pendidik. Tak terasa sudah satu tahun berlalu sejak kita melakukan buka puasa bersama dan sangat bersyukur kita dapat melewati satau tahun dengan damai. Mudah-mudahan kita bisa melakukan hal serupa di tahun yang akan datang,” ujar Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi, Liu Su Mei.
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -