Menyatukan Energi Positif di Aula Jing Si Bandung

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Anand Yahya, Halim Kusin (He Qi Barat 1), Galvan (Tzu Chi Bandung), Elysa Wu (He Qi Utara 2)


Siswa-siswi SMK Kian Santang Bandung dengan sempurna mengibarkan bendera Merah Putih, Tzu Chi, dan Buddhist dalam peresmian Aula Jing Si Bandung.

Aula Jing Si, sebuah bangunan kokoh dan megah yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, Bandung, Jawa Barat telah diresmikan bersama 369 insan Tzu Chi asal Bandung, Jakarta, Batam, Palembang, Padang, Lampung, Pekanbaru, Singkawang, dan Biak pada Minggu, 3 November 2019. Diawali dengan pengibaran bendera merah putih dan diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dibawakan oleh sepuluh siswa-siswi SMK Kian Santang Bandung. Menyusul kemudian pengibaran bendera Tzu Chi di sebelah kiri dan bendera Buddhist di sisi kanan.

Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Santang, Tati Murlyati yang datang mendampingi siswa-siswinya sangat senang bisa menjadi saksi sejarah dalam peresmian Aula Jing Si Bandung ini. “Tiga bulan sebelumnya (kami) diberitahu gedung ini akan diresmikan. Pihak Tzu Chi (Bandung), Ali Handisanjaya dan Marlius meminta bantuan kami untuk mengibarkan bendera. Ini sangat luar biasa. Anak-anak menjadi bangga,” kata Tati Murlyati terharu dan menyambut baik undangan ini. SMK Kian Santang ini pernah menjadi tempat kegiatan bakti sosial pengobatan pada akhir tahun 2018 kemarin.


Kepala Sekolah Kian Santang, Tati Murlyati yang datang mendampingi siswa-siswinya, sangat senang bisa menjadi saksi sejarah dalam peresmian Aula Jing Si Bandung.


Turut hadir juga memberikan dukungan bagi rumah batin Tzu Chi Bandung, H Oded Muhammad Danial, S.A.P, Walikota Bandung (berbaju merah).

Turut hadir memberikan dukungan bagi rumah batin insan Tzu Chi Bandung adalah Walikota Bandung H. Oded Muhammad Danial, S.A.P. Telah genap satu tahun ia mengemban tugas sebagai Walikota Bandung, dan ia ingin terus melakukan kerjasama yang baik dengan relawan Tzu Chi Bandung, “Saya mau terus berkolaborasi dengan Tzu Chi. Ternyata kolaborasi ini alhamdullilah bisa menghadirkan berbagai kebaikan bagi masyarakat Kota Bandung,” katanya sambil mengucapkan terima kasih kepada Tzu Chi, “tujuannya adalah membantu masyarakat yang membutuhkan. Sudah banyak program-program yang telah dilaksanakan dalam bentuk bakti sosial, kesehatan, maupun pelestarian lingkungan yang sudah kita kerjakan secara bersama-sama. Semoga ke depannya bisa terus berkolaborasi sehingga bisa lebih besar memberi manfaat positif bagi masyarakat Kota Bandung.”

Keluarga Besar Tzu Chi Berkumpul Bersama
Like Hermansyah, relawan Komite Tzu Chi yang juga Ketua He Qi Pusat sangat terharu melihat banyak Bodhisatwa Tzu Chi dari berbagai kota datang berkumpul untuk memberikan dukungan bagi Tzu Chi Bandung. “Beberapa hari yang lalu, saya datang ke Bandung, saya merasa dingin, karena cuaca Bandung memang dingin. Tetapi beberapa hari ini, kenapa saya merasa panas. Saya pelajari, rupanya energi dari insan Tzu Chi yang luar biasa membuat rumah ini menjadi berjiwa, berenergi positif. Begitu besarnya energi positif insan Tzu Chi, menggugah langit turut mendukung,” kata Like Hermansyah yang berjanji akan terus mendukung dan membimbing insan Tzu Chi Bandung.


Susanto Pirono (tengah), Ketua Tzu Chi Biak ikut mendukung kehadiran Aula Jing Si Bandung.


Like Hermansyah sangat terharu melihat banyak relawan Tzu Chi dari berbagai kota yang datang berkumpul memberikan dukungan bagi Tzu Chi Bandung.

Salah satu kota yang turut hadir dalam peresmian Aula Jing Si Bandung adalah Biak. Sebanyak 4 relawan Komite Tzu Chi dari ujung timur Indonesia (Papua) ini turut memberikan dukungan. Biak adalah satu pulau yang terdapat banyak kabupaten. Sarana transportasi antar daerah harus melalui darat dan udara, sehingga Susanto Pirono (65), Ketua Tzu Chi Biak merasa agak kesulitan untuk mendirikan Aula Jing Si di sana. Beliau justru berfokus untuk mendirikan Klinik Tzu Chi di sana. Namun di Biak sudah ada Kantor Penghubung Tzu Chi Biak yang memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat, sekaligus tempat berkumpul para relawan Tzu Chi Biak. “Kita mau membangun sebuah klinik dengan kapasitas sesuai dengan kondisi daerah. Karena kita lihat di sana memang sangat banyak orang sakit, tetapi untuk pengobatannya sangat minim,” tegas Susanto Pirono, yang saat ini sedang menggalang dana untuk mewujudkan pembangunan klinik. Rencana pembangunan klinik ini telah mendapat restu dari Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma.

“Kita melihat Jing Si Tang ini luar biasa. Mudah-mudahan ke depan Tzu Chi Bandung tambah sukses, tambah maju, dan tambah banyak relawan yang ikut bergabung di dalamnya,” harap Susanto Pirono. Susanto yang hadir bersama istrinya yang juga relawan Komite Tzu Chi Yenny The berharap relawan yang tergalang itu nantinya harus lebih kokoh dan bersatu dalam Dharma. “Seperti Master Cheng Yen pernah katakan bahwa berbuat kebajikan sesuai dengan kemampuan. Kebahagiaan tak ternilai akan didapat bila kita melakukan kebajikan bagi banyak orang,” kata Susanto.

Jejak Sejarah Pembangunan Aula Jing Si Bandung
Tzu Chi Bandung sudah berdiri selama 15 tahun, dan ini bukanlah sebuah perjalanan yang mudah hingga akhirnya memiliki rumah sendiri. Rumah ini mendapat dukungan dari pimpinan Tzu Chi Indonesia: Liu Su Mei (Ketua) dan Sugianto Kusuma (Wakil). “Aula Jing Si adalah sebuah tempat berkumpulnya keluarga besar, tempat menggalang Boddhisatwa, dan tempat untuk menyucikan hati manusia. Semoga setelah Bandung memiliki Aula Jing Si ini dapat membantu lebih banyak orang, melakukan lebih banyak hal dan memberi perhatian kepada orang yang membutuhkan,” kata Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia di hadapan relawan Tzu Chi Bandung.


Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia berharap, “Semoga setelah Bandung memiliki Aula Jing Si, ini dapat membantu lebih banyak orang, melakukan lebih banyak hal lagi dan memberi perhatian kepada orang yang membutuhkan.”


Ketua Tzu Chi Bandung Djonni Andhella berharap insan Tzu Chi Bandung terus bersatu hati menjalankan visi dan misi Tzu Chi.

Adanya Aula Jing Si Bandung menjadi wadah untuk berkumpul bersama untuk terus berkembang. Tujuan pembangunan rumah batin ini juga untuk membantu masyarakat yang membutuhkan lebih luas lagi. “Bandung sudah memiliki rumah batin sekarang, kita harus mengajak lebih banyak relawan terlibat di dalamnya. Bagaimana jalan dan jejak langkah kita menjadi contoh dan teladan supaya mereka tergugah untuk berbuat baik. Ini saatnya, rumah ini menjadi wadah berbuat kebajikan,” kata Djonni Andhella (72), Ketua Tzu Chi Bandung. Djonni berharap insan Tzu Chi Bandung terus bersatu hati untuk menjalankan misi dan visi Tzu Chi.

Pembangunan Aula Jing Si ini tentunya memerlukan seseorang yang bisa membantu mengontrol dan mengawasi pembangunannya, mulai dari tanah kosong hingga bangunan berdiri kokoh. Orang itu adalah Harun Lam (66). Selain mengontrol dan mengawasi, Harum Lam juga terlibat dalam mendesain, mendekorasi pembangunan Aula Jing Si Bandung dan menyusun budget keuangan dalam pembelian aksesories pendukung lainnya. Selama perencanaan pembangunan Aula Jing Si Bandung, tak lepas dari konsultasi antara Harum Lam, Herman Widjaja (Ketua Tzu Chi Bandung saat itu), Djonni Andhella, dan Liu Su Mei, selaku Ketua Tzu Chi Indonesia


Selain mengontrol pembangunan Aula Jing Si Bandung, Harum Lam juga terlibat dalam proses desain, dekorasi, dan menyusun budget keuangan dalam pembelian aksesories pendukung lainnya.

“Pada waktu itu Tzu Chi Bandung masih meminjam tempat, belum memiliki “rumah” sendiri,” kata Herman Widjaja. Ia juga mengatakan jika ini memang jodohnya Master Cheng Yen dengan tanah ini. Selain strategis, juga berada di jalan raya. “Tadinya sudah cari ke tempat lain tapi tidak cocok. Banyak hambatan, hingga akhirnya dapat tanah di sini,” jelas Harum Lam. Selain itu, menurut Harum Lam, hambatan juga datang dari dana yang terbatas sehingga pembangunan membutuhkan waktu hampir empat tahun lamanya.

Harum Lam berharap dengan adanya Aula Tzu Chi Bandung ini relawan Tzu Chi Bandung terus bertambah sehingga energi positifnya juga bertambah besar. “Bangunan ini juga dapat bermanfaat bagi banyak orang, bukan hanya bagi insan Tzu Chi saja,” tegas relawan yang dilantik komite pada tahun 2005. Baginya Aula Jing Si Bandung adalah kado buat Master Cheng Yen, “Waktu pulang ke Taiwan, disetujui sama Master Cheng Yen. Saat itu Master lihat dan titip ke saya untuk baik-baik melakukannya,” terang Harun Lam. Ia percaya bila kita berbuat sesuatu yang baik, walau kita menemukan kesulitan pada masa pembangunan, pasti akan ada jalan dan berjodoh dengan orang baik untuk bersumbangsih.

Kekuatan Mengatasi Kesulitan
Bermula pada tahun 2003, jalinan jodoh Tzu Chi di Bandung berawal dari kegiatan pembagian beras cinta kasih selama enam bulan (8.000 ton) untuk dibagikan ke wilayah Jawa Barat, seperti Purwakarta, Bekasi, Cianjur, Sukabumi, Subang, Sumedang, Cirebon, Tasik, dan Ciamis. “Dari ini, banyak sekali sudah kita merekrut relawan untuk kegiatan pembagian beras cinta kasih. Dari sanalah embrio Tzu Chi itu mulai tumbuh,” kata Herman Widjaja menceritakan latar belakang hadirnya Tzu Chi Bandung.


Maria Tania Lawu (69), Ali Handisanjaya dan Ruchiyat Kurniadi mendapat dukungan Like Hermansyah dan Livia Lie dalam menyiapkan acara peresmian ini.

Adalah suatu amanah, keinginan dan niat mempunyai rumah sendiri. “Dengan rumah sendiri, kita lebih leluasa, dan berkembang lebih besar. Gedung berlantai 5, tentunya banyak kegiatan yang bisa kita lakukan. Walaupun tidak mudah menggalang dana untuk gedung ini, namun adanya niat dan tekad membuat kita akhirnya memiliki rumah ini,” ujar Herman Widjaja yang berharap penerusnya, Djonni Andhella dapat mengembangkan Tzu Chi Bandung lebih besar dan maju lagi.

Banyak mengalami kesulitan pada masa pembangunan rumah batin, Herman Widjaja percaya dimana ada tekad, pasti ada jalan. “Banyak kesulitan yang kita alami. Berkat donatur, kita bisa bangun gedung Jing Si yang indah dan megah ini,” kenang Herman Widjaja yang terus giat meng-update kegiatan Tzu Chi kepada para donatur, melakukan pendekatan dengan pengusaha tentang sepak terjang Tzu Chi sebagai sebuah yayasan sosial yang bisa bertanggung jawab atas dana yang digunakan sesuai dengan fungsinya.

Berpegang pada misi Master Cheng Yen, seorang diri bisa mendirikan dunia Tzu Chi. “Kita harus tahu, Master Cheng Yen mampu. Kita jangan putus harapan,” tegas Herman. Seperti yang Master Cheng Yen katakan, “Dengan hati yang ikhlas, lakukan dengan hati yang senang.” 


Herman Widjaja (67), yang pernah menjadi Ketua Tzu Chi Bandung selama 15 tahun ikut memukul gong di acara peresmian Aula Jing Si Bandung. Berdirinya Aula Jing Si Bandung ini salah satunya adalah berkat kerja keras Herman Widjaja.

Di balik lancar, rapi, dan khidmatnya acara peresmian Aula Jing Si Bandung, Maria Tania Lawu (69), Ali Handisanjaya, dan Ruchiyat Kurniadi adalah relawan Tzu Chi Bandung yang dipercaya untuk mengemban tanggung jawab besar ini. Ketiganya juga mendapatkan dukungan dari Like Hermansyah dan Livia Lie untuk menyatukan hati dan pikiran mereka dalam mengatasi segala kesulitan dalam acara peresmian Aula Jing Si Bandung ini. Seperti diceritakan oleh Maria Tania Lawu, yang bertanggung jawab pada konsumsi, pelayanan, dan pembagian suvenir. Ia selalu berkoordinasi dengan baik dengan relawan-relawan Tzu Chi lainnya, termasuk dari Jakarta. “Semoga semua berjalan lancar sesuai dengan kehendak Master Cheng Yen, Aula Jing Si (Bandung) ini bisa menjadi rumah batin insan Tzu Chi sekaligus tempat penggalangan dan kegiatan relawan,” kata Maria, yang bergabung menjadi relawan sejak tahun 2006.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -