Mereka Perlu Uluran Tangan Kita

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)


Angelia, adik kecil datang bersama keluarga, salah satu pengunjung Glodok Mall, tersenyum saat memasukkan lembaran cinta kasihnya.

Sudah sebulan lamanya sebagian besar korban bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala masih tinggal di tenda darurat. Selama itu pula insan Tzu Chi seluruh dunia turut menggalang dana demi bisa membantu meringankan penderitaan para korban. Di Indonesia, sejak akhir Oktober 2018, secara serentak insan Tzu Chi dari setiap komunitas melakukan penggalangan dana. Penggalangan dana itu ada yang di pasar tradisional, pusat perbelanjaan, sekolah, dan tempat-tempat lain yang ramai didatangi orang.

Di komunitas He Qi Pusat sendiri, penggalangan dana telah dilakukan pada awal bulan November, selama dua hari berturut-turut, 3-4 November 2018. Penggalangan dana ini dilakukan di tiga titik yang berbeda yakni di Gedung ITC Mangga 2, kawasan Pademangan Barat, dan Pancoran, Glodok. Sejak pagi hingga menjelang petang, insan Tzu Chi di komunitas Jembatan Lima, Jakarta Barat  tidak kenal kata lelah. Mereka terbagi di beberapa titik di kawasan Pancoran, Glodok. Glodok Mall, sepanjang jalan raya, dan Vihara Dharma Bhakti.

Tidak hanya para ibu rumah tangga yang datang bersama keluarga untuk berdana, terlihat juga beberapa pengguna mobil berhenti sejenak mengulurkan tangan sambil memasukkan lembaran cinta kasih ke kotak dana yang dipegang oleh salah satu insan Tzu Chi. Kemudian ada juga pejalan kaki yang lalu lalang di sepanjang jalan Pancoran, dan juga tukang becak.


Herman yang datang bersama istrinya, salah satu pengunjung di Glodok Mall turut bersumbangsih bagi korban Palu dan Lombok.


Beberapa pengguna jalan yang menggunakan mobil berhenti sejenak, pejalan kaki yang lalu lalang di sepanjang jalan Pancoran, dan juga tukang becak bersumbangsih ke kotak dana Tzu Chi.

Adik kecil, bernama Angelia, bersama kakak kandung dan ibunya keluar dari pusat perbelanjaan Glodok Mall, menuruni tangga sambil berdana. Hanya dalam hitungan detik, Angelia berlari kecil sambil naik tangga, kembali memasukkan lembaran cinta kasih untuk kedua kalinya.

Salah satu relawan bertanya “Kenapa adik kecil memasukkan dananya sampai dua kali?” Angel hanya tertawa kecil. Dengan langkah buru-buru menuruni tangga menghampiri keluarganya yang sudah menunggunya di bawah sana, karena ibu dan saudaranya sudah mau meninggalkan lokasi tersebut.

Sementara itu Herman (32) datang bersama istrinya. “Sering lihat berita, relawan Tzu Chi sering datang membantu bila ada bencana melanda. Tzu Chi selalu berada di tempat bencana. Saya hanya memberi sedikit saja untuk membantu mereka juga,” ucap Herman, warga Teluk Gong. Ia berharap korban bencana segera pulih dari trauma.

Di gerbang pintu Vihara Dharma Bhakti, berdiri dua insan Tzu Chi mengajak pengunjung vihara, pengguna jalan, pejalan kaki dan penjaga toko untuk ikut mengulurkan tangan membantu para korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Lombok. Linda (39), Salah satu pemilik toko sembako yang sudah berdiri 13 tahun silam di seberang Vihara Dharma Bhakti, memanggil dua relawan Tzu Chi. Tanpa ragu-ragu, Linda memasukkan lembaran cinta kasih ke dalam kotak dana Tzu Chi. Berselang beberapa menit kemudian, ibunda Linda berjalan menghampiri insan Tzu Chi yang sedang berdiri di depan gerbang pintu Vihara Dharma Bhakti.


Wang Ih Qiu, ingin menyemangati para korban bencana agar segera pulih dan kembali seperti dulu, melalui penggalangan dana.


Tanpa ragu-ragu, Linda berdana ke dalam kotak dana Tzu Chi.

“Senang membantu dan sering menolong orang. Bila ada musibah di mana saja, hati ini ingin bantu,” kata Linda.

Ketika salah satu insan Tzu Chi menjelaskan tujuan penggalangan dana adalah untuk membangun 3.000 unit rumah di Palu dan Lombok, membuat Linda kembali memanggil dua insan datang ke tokonya. Linda kembali memasukkan dana cinta kasihnya untuk kedua kalinya ke kotak dana Tzu Chi.

Selain bertugas menggalang dana di tempat yang ramai pengunjung, ada beberapa relawan yang berjalan di sepanjang jalan Pancoran. Sambil membawa kotak dana, insan Tzu Chi mengajak orang-orang sekitar berdana bagi Palu dan Lombok. Salah satunya, Wang Ih Qiu (72), warga Kemenangan 5, bercerita bahwa anaknya adalah seorang relawan Tzu Chi dan cucunya juga salah satu murid kelas budi pekerti Tzu Chi.

“Kita tahu bila relawan Tzu Chi membawa kotak dana, pasti ada kejadian musibah dimana? relawan galang dana apa? Seperti di Palu dan Lombok, gempa begitu dahsyat, kita lihat begitu kasihan. Bila kita berada d posisi korban bencana, kita itu bagaimana?” cerita Wang Ih Qiu (72), ingin menyemangati para korban bencana agar segera pulih dan kembali seperti dulu.

Asen (35), salah satu pemilik toko makanan kecil mengeluarkan lembaran uang sambil memanggil insan Tzu Chi yang kebetulan lewat di depan tokonya. “Hanya dana kecil, ingin membantu mereka saja,” jelas Asen, maksud ia berdana.


Asen, salah satu pemilik toko makanan kecil, mengeluarkan lembaran cinta kasih sambil memanggil insan Tzu Chi yang kebetulan lewat di depan tokonya.


“Kacian.” jawaban singkat yang keluar dari mulut mungil Angel, seorang anak kecil berumur 12 tahun.

Saat hendak memasuki salah satu gang kecil, di mana ada beberapa insan Tzu Chi menyebut “Peduli Palu dan Lombok, Bangun 3000 unit rumah.” Apho (nenek-red) Angel berhenti sambil mengeluarkan lembaran dari dompetnya, dan meminta Angel memasukkan dana tersebut ke kotak dana. “Kacian,” jawaban singkat yang keluar dari mulut mungil Angel, seorang anak kecil berumur 12 tahun.

Salah seorang pejalan kaki bersama istrinya, saat sedang melewati jalan Pancoran, langsung memasukkan dana ke kotak dana. “Sedih. Mau membantu saja,” ujar Sandy (58), warga Mangga Besar, yang sore itu keluar bersama istrinya sekedar ingin membeli makanan siap saji.

Penggalangan dana untuk pembangunan 3.000 unit rumah di Palu dan Lombok juga menjadi perhatian Lukman Wahid (58), Lurah Glodok. Baginya, walau sebagai salah satu pejabat di pemerintah dengan segala peraturan, namun bila ada kegiatan yang bersifat sosial, harus memberikan dukungan seperti izin penggalangan dana ini.

“Yang penting tujuannya untuk kepentingan masyarakat banyak. Galang dana ini adalah kegiatan sosial, yang harus kami dukung. Apalagi ini untuk korban bencana, yang kita harus sama-sama rasakan walaupun hanya mengeluarkan suatu surat. Memberikan pengertian kepada masyarakat agar mereka tergugah untuk melaksanakan kegiatan sosial ini,” ungkap Lukman Wahid.

Sandy, warga Mangga Besar, bersama istrinya menjadi salah satu penggalang dana pembangunan 3.000 unit rumah di Palu dan Lombok.


Lukman Wahid (lima dari kanan) mengharapkan para korban dapat lebih semangat lagi.

Lukman Wahid berharap para korban pasca bencana gempa dan tsunami segera terobati. “Mudah-mudahan masyarakat yang kita beri bantuan ini, akan terobati. Apa yang mereka rasakan sekarang, belum selesai traumanya. Walaupun kita bangun kembali rumahnya, memberikan bantuan moral (uang), tetapi untuk menghilangkan trauma, rasa ketakutan, kita harus menanamkan rasa kepercayaan diri kepada mereka hingga mereka bisa tumbuh dan bangkit secara perlahan-lahan dan kembali seperti sebelum bencana,” pungkas Lukman Wahid, yang juga menyerahkan hasil penggalangan dana yang digalang dari karyawan yang bekerja di kantor kelurahan Glodok.

Editor: Stefanny Doddy


Artikel Terkait

Mereka Perlu Uluran Tangan Kita

Mereka Perlu Uluran Tangan Kita

12 November 2018
Sejak pagi hingga menjelang petang, insan Tzu Chi komunitas Jembatan Lima, Jakarta Barat tidak lelah menggalang dana bagi korban bencana di Palu, Sigi dan Donggala. Mereka terbagi di beberapa titik di kawasan Pancoran, Glodok. Glodok mall, sepanjang jalan raya, dan Vihara Dharma Bhakti. 
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -