Meski Difabel, Iswahyudi Mampu Bertahan di Tengah Pandemi

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya, Videografer: Chandra S.

Pandemi yang melanda Indonesia seolah tak mau mengerti bahwa periuk nasi harus terus terisi. Wabah ini telah banyak mengubah kehidupan seseorang sebagai dampaknya. Tak sedikit orang yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Namun, ada cerita dari orang-orang difabel di negeri ini yang pantang menyerah dan terus berusaha di tengah pandemi untuk terus dapat hidup. Kelompok rentan yang masih dianggap minoritas di negara ini selalu punya cara untuk bertahan hidup di tengah kesulitan yang semestinya tak mereka hadapi.


Tiga orang relawan Tzu Chi datang mengunjungi rumah Iswahyudi (58) di Perumahan Graya Asri Cikarang Timur dengan membawa paket sembako pada 22 Juni 2020. Iswahyudi adalah penerima bantuan Tzu Chi sejak 2018 hingga kini.

Tak ada yang istimewa dari sebuah rumah di ujung Jalan Cisanggiri perumahan Graha Asri Cikarang Timur. Pemilik rumahnya sedang asik bicara dengan penjual barang bekas rongsokan. Iswahyudi (58) nama pemilik rumah itu. Di sisi kanan rumahnya ia membuka workshop service elektronik. Ada kipas angin, kulkas, Air Condicioner (AC), microwave, radio tape, dan barang elektronik lainnya.

Iswahyudi (58), difabel fisik (amputasi kaki kanan) warga perumahan Graha Asri Cikarang Timur adalah salah seorang survivor di kala pandemi COVID-19. Ia hidup bersama anak dan cucu yang tinggal bersamanya setelah satu tahun lalu sang istri wafat karena sakit.


Di workshop service elektroniknya para relawan berbincang mengenai kesehatan, keluarga, dan pekerjaan Iswahyudi di masa pandemi.

Sehari-hari Iswahyudi bekerja dengan memperbaiki barang-barang elektronik dari warga sekitar atau ia membeli barang rongsokan untuk ia perbaiki lalu dijual kembali.

“Ada hambatan dalam pekerjaan, ketika saya membeli barang-barang rongsokan, ada beberapa barang itu ternyata tidak bisa diperbaiki, jadinya saya bilang ke pemasok barang rongsokan untuk bersabar kalau beberapa barang sudah terjual saya akan tampung lagi,”cerita Iswahyudi.

Iswahyudi pantang berpangku tangan, pun saat pandemi tengah melanda, sejak Jabodetabek mencanangkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hambatan dalam mobilitas disebabkan keadaan fisik yang terus mendera tidak menyurutkan semangatnya terus bekerja. “Memang sejak korona ini orang yang mau service sangat kurang, kalau yang beli ada saja, sambil saya service” ujar Iswahyudi.

Rabu, 22 Juli 2020, tiga orang relawan Tzu Chi Cikarang yang dikoordinasi oleh Herty Chai mengunjungi rumah Iswahyudi yang tengah berpacu dengan tumpukan barang-barang elektronik rusak. Mereka memberikan paket sembako untuk Iswahyudi, penerima bantuan Tzu Chi di masa pandemi Covid 19.

“Selamat pagi Pak, apa kabar?” sapa relawan Tzu Chi.

Alhamdulillah sehat, Bu,” jawab Iswahyudi.

“Ini kita bawakan sedikit bingkisan sembako dari Yayasan Buddha Tzu Chi, semoga bermanfaat untuk Bapak dan keluarga,” ujar Herty.

Alhamdulillah terima kasih, Bu…. terima kasih sekali,” sahut Iswahyudi.  


Iswahyudi menerima paket sembako dari Yayasan Tzu Chi. Paket ini diberikan langsung oleh tiga orang relawan Tzu Chi Cikarang yang selalu mendampingi Iswahyudi pada masa Iswahyudi kesulitan.

Iswahyudi adalah penerima bantuan Tzu Chi sejak Desember 2018 lalu hingga saat ini. Ia kehilangan kaki kanannya akibat kecelakaan motor yang terjadi pada 2015 lalu. Kaki kanannya hancur terlindas truk tanah. Menurut pengakuannya, dokter sudah berupaya untuk menyelamatkan kaki kanannya namun tak dapat tertolong dan harus segera diamputasi mulai dari bawah lutut kanan.

“Tiga bulan setelah amputasi, perasaan saya hancur sekali, bingung mau kerja apa, karena saya harus terbiasa dengan satu kaki saya ini. Beruntung keluarga saya, istri saya, anak-anak saya menguatkan saya agar saya tabah dan kuat menghadapi kondisi saya ini. Berkat dukungan keluarga, saya termotifasi untuk bangkit menjani dengan semangat baru,” kenang Iswahyudi.

Tiga tahun pascaoperasi, Iswahyudi beraktivitas dengan menggunakan alat bantu tongkat. Ia tak dapat bekerja lagi di kantor lamanya. Pada suatu hari, kulkas di rumahnya rusak, Iswahyudi membawanya ke tukang service di dekat rumahnya. Iswahyudi tertarik untuk belajar memperbaiki barang-barang elektronik. Beruntung, pemilik usaha service elektronik ini mau mengajarkan Iswahyudi.

“Boleh saya belajar memperbaiki barang-barang elektronik di sini,” tanya Iswahyudi. “Silakan dengan senang hati,” ujar pemilik jasa service elektronik. “Dari situ, setiap hari saya belajar, sekitar tiga, empat hari saya rutin datang untuk belajar di tempat service itu, pertama saya perbaiki kulkas, kipas angin, setrika, dan AC,” kenang Iswahyudi.


Iswahyudi sedang memperbaiki kipas angin. Butuh penyesuaian dalam beraktivitas menggunakan kaki palsu.

Sejak saat itu ia meminta izin ingin membuka jasa service barang elektronik di rumah. Keinginan Iswahyudi ini disambut positif oleh kawannya itu, justru kawannya itu menawarkan jika ada barang yang sulit ia bersedia membantu. “Kalau ada kesulitan, bawa aja barangnya ke sini,” ujar si pemilik service elektronik.

Di bulan Desember 2018, Iswahyudi mendapat informasi dari seorang tetangganya yang menginformasikan ada sebuah yayasan yang dapat membantu pengadaan kaki palsu. Iswahyudi disarankan untuk datang ke kantor Tzu Chi di ITC Mangga Dua untuk mengajukan bantuan kaki palsu.

Pengajuan ini direspon sangat cepat oleh relawan Tzu Chi Cikarang. Awal Januari 2019, Herty dan relawan Tzu Chi Cikarang mensurvei kediaman Iswahyudi.

“Memang ketika kita survei Pak Iswahyudi ini sangat membutuhkan kaki palsu, lalu kita putuskan untuk bantu dan kita bawa ke Yayasan Peduli Tuna Daksa di wilayah Sunter,” tutur Herty.

“Syukur Alhamdulillah saya dapat dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi semangat saya makin timbul untuk berjuang melanjutkan hidup, terima kasih sekali untuk relawan Tzu Chi,” ujar Iswahyudi.

Belajar dari Semangat Iswahyudi


Iswahyudi sehari-hari berada di ruang workshopnya tempat berbagai macam barang elektronik bekas yang bisa ia perbaiki dan ia jual kembali.

Herty Chai adalah relawan Cikarang yang mendampingi Iswahyudi untuk pembuatan kaki palsu. Herty sangat bahagia melihat semangat Iswahyudi saat ini. “Perubahannya sangat bagus, Pak Iswahyudi ini orangnya sangat pintar, dia mampu memperbaiki barang-barang yang sudah rusak, contohnya kipas angin. Orang lain kalau kipas anginnya rusak langsung dibuang, itu sangat tidak ramah lingkungan, nahhh Pak Iswahyudi ini bisa service kipas angin ini dan bisa dipakai kembali, hal ini sejalan dengan misi pelestarian lingkungan Tzu Chi,” ujar Herty.

Di masa pandemi ini orang yang sevice barang elektronik memang menurun, namun Iswahyufi tak kehabisan akal, ia coba memanfaatkan lahan di sisi rumahnya untuk berkebun menanam sayuran.

“Ini juga cukup bagus ya di masa pandemi ini service elektronik sepi, dia coba bercocok tanam sayuran yang menghasilkan juga, namun di masa pandemi ini Tzu Chi juga membantu biaya hidupnya walaupun Rp. 300 ribu dan di bulan Mei kita dari relawan Cikarang swadaya lagi memberikan dana Rp. 300 ribu,” ungkap Herty.

Di akhir kunjungan ini Herty mengungkapkan sangat bersyukur dan beruntung sekali karena diberi kesempatan untuk membantu Iswahyudi yang sedang dalam kesusahan. “Saya sangat bahagia bisa menjadi relawan Tzu Chi, bisa membantu banyak orang, seperti Pak Iswahyudi ini, saya banyak belajar dari Pak Iswahyudi dia bisa bangkit dan mampu bangkit dari keterpurukan mentalnya, ini sangat sulit,” tegas Herty.

Kita sebagai manusia harus tetap semangat menjalani hidup, ketika terjadi musibah pada diri kita atau dalam keluarga, kita harus cepat bangkit dan jangan putus asa, semua pasti ada jalan keluarnya dari masalah yang sulit sekalipun.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -