Pelajaran tentang Sopan Santun

Jurnalis : Augustina (Tzu Chi Medan) , Fotografer : Lukman, Liani (Tzu Chi Medan)

Guru, murid, dan relawan pendamping melakukan meditasi untuk menenangkan diri sebelum memulai kelas. Tujuan kegiatan hari ini adalah untuk mengajarkan kata perenungan Master Chen Yen dan budi pekerti kepada anak-anak.

Diawali dengan donasi buku-buku Master Cheng Yen di Sekolah Putra Bangsa Berbudi pada 16 April 2018, jalinan jodoh dengan Tzu Chi Medan terus berlanjut. Pada 10 Maret 2019, Merry Sudillan, relawan Tzu Chi mengenalkan Pendidikan yang diterapkan di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu You Ban Medan dan disambut baik oleh Chairuddin Kuslan, pengurus di Sekolah Putra Bangsa Berbudi. Chairuddin Kuslan dan dua guru dari sekolah juga telah bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi Medan.

Pembelajaran perdana dimulai pada 19 Mei 2019 dengan tema Bakti, karena bulan Mei pekan kedua diperingati sebagai Hari Ibu Internasional. Mengusung tema Sopan Santun sebagai pembelajaran berikutnya, pada tanggal 1 September 2019, relawan Tzu Chi Medan melakukan kunjungan keduanya yang dihadiri oleh 86 murid dan 31 guru sekolah Putra Bangsa Berbudi.


Drama adegan 1, siswa yang akan mengambil paksa pulpen temannya dan adegan 2 siswa yang meminjam pulpen kepada temannya dengan sopan (duduk di sebelah kiri).

Murid-murid dibagi dalam dua kelas yang diberi nama kelas Gan En (Bersyukur) yang terdiri dari murid kelas 5A dan 6A, dan kelas Da Ai (Cinta kasih Universal ) yang terdiri dari murid kelas 5B dan 6B.

Supaya murid-murid lebih mudah menangkap materi, pembelajaran dilakukan melalui sebuah drama pendek berisi dua adegan. Drama tersebut diperankan oleh Relawan Tzu Chi. Adegan 1 bercerita mengenai seorang siswa yang dengan wajah masam berjalan masuk kelas dan duduk tanpa menyapa teman di sampingnya. Selama pelajaran berlangsung wajahnya cemberut bahkan mengambil pulpen teman sebelahnya tanpa minta izin karena lupa bawa. Ketika kelas berakhir siswa ini berjalan keluar kelas tanpa pamit kepada guru maupun temannya.

Adegan berikutnya tetap diperankan oleh relawan yang sama tapi dengan keadaan yang bertolak belakang. Siswa tadi berjalan masuk kelas bersama temannya dengan wajah ceria, menyapa gurunya dan meminjam pulpen dari temannya dengan sopan. Bahkan saat kelas berakhir, ia mengucapkan terima kasih kepada gurunya.


Murid-murid yang menggambar wajah tersenyum.

“Saya akan merasa marah dan sedih”, kata Khairiyah Hisanah Kelas VI B, Kelompok Da Ai, saat ditanya bagaimana perasaannya saat temannya memperlakukan mereka seperti di adegan 1.

Selain drama, murid-murid juga disuguhi video kartun Pertualangan Xiao Li Zi dengan judul “Penuh Sopan Santun Orang Tidak Akan Menyalahkan”. Video ini menceritakan Xiao Li Zi yang dijauhi oleh temannya karena di tengah-tengah permainan petak umpat, tanpa memberitahu temannya dia langsung pulang. Teman sepermainannya khawatir dan terus mencarinya hingga sore. Walaupun Xiao Li Zi sudah minta maaf dan berjanji akan berubah tapi teman-temannya tidak percaya. Hal itu dibuktikan dengan saat melihat Kakek Xiao Li Zi yang menjinjing 1 keranjang jeruk berat, Xiao Li Zi duluan menyapa Kakeknya namun kemudian mengajak temannya untuk lomba lari. Tapi kedua teman Xiao Li Zi saat lari setengah jalan, mereka kembali untuk membantu Kakek menjinjing jeruk. Pesan Moral dari video ini adalah sopan santun bukan hanya diucapkan di mulut saja tapi harus dari dalam hati.


Ibu Guru Fetty Fera br Barus sharing mengenai kelakuan anak didiknya di kelas.

Setiap murid diberi sebuah bulatan karton dan diminta untuk menggambar wajah tersenyum. Wajah tersenyum tersebut jika dibalik berubah bentuk menjadi wajah masam. Murid-murid yang menggambar wajah tersenyum paling bagus akan menerima hadiah. Tersenyum juga merupakan suatu bentuk kesopanan.

Kata Perenungan Master Cheng Yen yang digunakan untuk pembelajaran ini adalah “有禮才有理,做人的道理由禮節表達” yang artinya “Seseorang hendaknya memiliki sikap sopan santun terlebih dahulu baru bisa membicarakan aturan. Prinsip menjadi orang baik harus dipraktikkan melalui sopan santun.”

“Semoga materi ini bisa dijalankan dan dikembangkan terutama sopan santun kepada orang tua dan guru”, pesan Fetty Fera br Barus kepada anak-anak. Ibu guru Fetty merupakan Wali kelas VI B dan juga merupakan guru olahraga dan seni budaya. 


Relawan Tzu Chi, Guru dan Murid Sekolah Putra Bangsa Berbudi foto bersama.

Sementara itu, isyarat tangan lagu “Mama” yang telah diajarkan pada pertemuan pertama kembali diulang supaya anak-anak lebih mahir. Liriknya mempunyai arti; Anda adalah sebatang pohon yang besar, saya adalah ulat kecil yang berada di pohon. Saya setiap hari memakan daun yang ada di pohon. Mama, anda tidak merasa kesal. Mama, Pohon besar, anda tetap tidak berhenti tumbuh daun baru. Membuat saya tumbuh besar dan kuat. Mama, kami berterima kasih pada Mama”.

Di penutupan, kelas Gan En, kelas Da Ai, guru dan relawan berkumpul membentuk bulatan besar mengelilingi aula dan menyanyikan serta memperagakan isyarat tangan Lagu Tzu Chi “Satu Keluarga”.

“Saya berharap ada dibuka kelas untuk Guru di Sekolah Putra Bangsa Berbudi sehingga nantinya guru di sini lebih mengerti dan bisa mengajari murid-muridnya,” ungkap Chairuddin Kuslan selaku Pengurus Sekolah Putra Bangsa Berbakti.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengerti dan selalu mengucapkan tiga kata-kata penting yaitu “Silahkan/Tolong”, “Terima kasih”, “Maaf” baru akan disukai oleh setiap orang.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Pelajaran tentang Sopan Santun

Pelajaran tentang Sopan Santun

12 September 2019

Kedua kalinya, Tzu Chi Medan mengadakan kelas Bimbingan Budi Pekerti di Sekolah Putra Bangsa Berbudi, Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang. Topik kali tentang seseorang yang penuh dengan sopan santun.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -