Pengobatan untuk Warga Korban Banjir Bandang di Desa Bena, NTT

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya


Nilciselan, salah seorang pengungsi yang membantu menjadi relawan di Gereja Jemaat Betel Toinunu. Di gereja ini ada 26 pengungsi yang masih mengungsi karena rumah mereka hanyut terbawa banjir bandang.

Tim Medis Tzu Chi memberikan pelayanan pelayanan pengobatan kepada warga Desa Bena di halaman Gereja Jemaat Betel Toinunu, Timor Tengah, Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Kamis, 15 April 2021, Ratusan warga ini merupakan pengungsi dari sejumlah desa di Kab. Timor Tengah Selatan yang ketika Minggu malam 4 April 2021 lalu, rumah mereka diterjang banjir bandang luapan Sungai Noelmina.

Tim Medis Tzu Chi memberikan pelayanan kesehatan kepada 94 orang pasien. Tim Medis Tzu Chi terdiri dari tiga dokter, empat perawat, dan tiga apoteker. Targetnya melayani pengobatan warga yang mengungsi di gereja maupun warga sekitar gereja yang sudah kembali ke rumah masing-masing.

Nilciselan (36) sedang memeriksakan diri di Posko Kesehatan Tzu Chi di halaman gereja. Sudah 4 hari ini Nilciselan mengalami batuk pilek.

Salah satunya Nilciselan (36), warga Desa Bena, Kec. Amanuban Kab. Timor Tengah Selatan yang sudah mengungsi 8 hari. Sudah 4 hari Nilciselan mengalami batuk pilek. “Saya batuk, kepala sakit sudah beberapa hari, tadi saya sedang bantu gereja bungkus paket bantuan terus saya dengar ada pelayanan kesehatan saya langsung kesini. Terima kasih sekali ada pelayanan pengobatan ini," ungkap Nilciselan.

Nilciselan bersama anak putrinya, harus mengungsi di Gereja Jemaat Betel Toinunu Desa Bena, Amanuban Selatan TTS, Kupang.

Ditemui dibelakang rumah pendeta Nilciselan sedang memasak sayuran bunga pepaya bersama ibu-ibu lainnya menggunakan kayu bakar untuk tiga 26 orang jiwa yang masih mengungsi. Sambil memasak Nilciselan lantas mengenang, musibah banjir bandang itu datang pada minggu malam 4 April 2021. Semuanya berlangsung cepat. Sebenarnya warga sudah mengetahui bahwa akan terjadi banjir di beberapa titik.

 

Tim Medis Tzu Chi sedang mengobati warga yang mengalami luka kecil, namun karena dibiarkan luka ini mulai membusuk dan harus diambil tindakan cepat agar tidak terjadi infeksi.

Namun Nilciselan dan warga lainnya tidak menyangka bencana banjir bandang ini terjadi begitu besar. Debit air semakin meningkat. Air dari Sungai Noelmina meluap ke perkebunan palawija, sawah, dan menerjang kawasan permukiman. Nilciselan dan keluarganya hanya mengenakan baju yang melekat di badan. Padi hasil panen yang dikumpulkan dalam karung hanyut terbawa banjir. Malam itu, dalam suasana gelap gulita, Nilciselan, bergerak ke daratan yang lebih tinggi.

Begitu juga dengan ratusan warga Desa Bena lainnya. Keesokan harinya dari prajurit TNI yang membantu itulah ratusan warga mendapat kabar kampungnya ditenggelamkan air bah. Air meluncur ke tempat lebih rendah, masuk rumah, hingga ketinggian dua meter lebih. Jalan desa yang posisinya lebih tinggi dari permukiman juga ikut terendam.

 

Tim Medis Tzu Chi sedang mengamati kaki pasien yang mengalami gatal-gatal pascabencana banjir bandang yang terjadi di Desa Bena.

Selain warga pengungsi, di dalam gereja itu penuh berbagai barang bantuan. Ada panci, piring, gelas, wajan/penggorengan, teko, serta serta beberapa karung baju layak pakai yang sedang di susun oleh para relawan gereja. 

Di dalam gereja tersebut juga ada tikar plastik, kardus, ember, dan termos. “Sudah satu minggu lebih kami tidur di gereja ini. Semua tetangga saya sudah mulai kembali ke rumah masing-masing setelah beberapa hari mengeluarkan lumpur dari dalam rumah. Kalau bapak-bapaknya lebih banyak berjaga di luar gereja saat malam,” kata Nilciselan.

 

Suasana di dalam gereja penuh dengan barang bantuan. Barang bantuan ini dibagikan untuk warga pengungsi yang sudah pulang ke rumah, dan kebutuhan para pengungsi. Di dalam gereja ada bantuan makanan, peralatan dapur, baju layak pakai, bahan makanan dan sekaligus tempat para pengungsi menginap.

Sekretaris Desa Bena, Epafrodintus mengatakan sejak 13 April 2021 pemerintah Desa Bena sudah membagikan paket sembako berupa beras, mi instan, air mineral, dan alat mandi untuk lima Rt dan pihaknya juga kita akan membagikan peralatan dapur bagi mereka yang sudah bisa meninggalkan pengungsian.

“Warga Bena alat-alat dapurnya itu hanyut terbawa air sungai, kalau tidak dibantu ini (peralatan dapur) mereka pulang ke rumah juga tidak bisa berbuat apa-apa,” jelas Epafrodintus.  Pemerintah daerah Timor Tengah Selatan (TTS) sudah memprogramkan pemberian paket sembako untuk warga yang terdampak satu bulan ke depan.

 

Suasana di lokasi pengungsian Gereja Jemaat Betel Toinunu. Para Lansia dan anak-anak banyak yang berkumpul di Gereja Jemaat Betel ketika menjelang malam, ini dikarenakan di kampung mereka listrik belum bisa menyala. 

Epafrodintus mengatakan di Desa Bena ini warga yang terdampak banjir bandang ada 199 keluarga, terdiri dari 684 jiwa, sedangkan yang masih bertahan di gereja ada 9 keluarga terdiri dari 26 jiwa. “Mereka yang masih bertahan di gereja karena rumah mereka hilang terbawa arus sungai dan rata-rata mereka sudah lanjut usia,” kata Epafrodintus

Dr. Ida Bagus Dharma Susila Sp.B, dokter dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia mengatakan penyakit yang sering muncul pascabencana banjir sering timbul adalah penyakit ISPA, gatal-gatal dan luka-luka kecil. “Kita perbanyak pemberian vitamin karena di tempat bencana sulit bagi warga mendapatkan asupan kalori makanan. Selain itu kedatangan relawan Tzu Chi dan tim medis ini bisa sedikit menghibur hati mereka yang sedang dalam kesusahan,” ungkap dr. Dharma.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi untuk Warga Desa Takari, NTT

Baksos Kesehatan Tzu Chi untuk Warga Desa Takari, NTT

15 April 2021

Tim Medis Tzu Chi Memberikan pelayanan pengobatan untuk warga korban banjir bandang di Takari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Rabu, 14 April 2021.

Baksos NTT: Kehidupan Boleh Keras, Hati Tetap Lembut (Bag. 2)

Baksos NTT: Kehidupan Boleh Keras, Hati Tetap Lembut (Bag. 2)

19 Desember 2011 Meski memiliki kekurangan, Markus tetap menjadi anak yang produktif. Setidaknya itu dibuktikan dengan bekerja di pemilahan sampah daur ulang milik salah seorang tetangganya.
Semangat, Doa, dan Dukungan

Semangat, Doa, dan Dukungan

06 Agustus 2014 Selasa pagi (5/8), suasana haru terlihat antara orang tua dan anak. Sebanyak 21 anak-anak penerima beasiswa berkumpul di Bandara Lewoleba, Lembata, NTT. Hari itu adalah hari “perpisahan”, hari dimana orang tua melepas anak-anaknya untuk terbang menggapai harapan dan masa depan yang lebih baik.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -