Perhatian untuk Warga Desa Kiara Payung

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto


Relawan Tzu Chi melakukan serah terima 20 paket sembako untuk warga kurang mampu kepada Mudarip (baju batik), Kepala Desa Kiara Payung.

Siang itu, Ahmad Sofyan (35) berdiri di depan rumahnya, menggendong putri bungsunya yang berusia 3 tahun yang terus menangis, seakan tidak ingin jauh dari ayahnya. Pasalnya beberapa hari yang lalu, istrinya meninggal dunia akibat sakit. Kepergian sang istri akibat sakit dan tiada biaya berobat menjadi pukulan yang berat untuk dirinya dan keempat anaknya yang masih kecil. Hal ini juga mengingat pekerjaannya sebagai buruh pabrik di daerah Dadap, Tangerang, terbilang sangat pas-pasan untuk menafkahi keluarganya. Dalam seminggu ia berhasil mengantongi Rp 135.000, itu pun tidak cukup digunakan untuk membayar biaya listrik, makan, dan keperluan anak-anaknya serta ibunya.


Danramil 10/ Sepatan, Agus Halim Siregar menyerahkan paket sembako kepada Ahmad Sofyan.

Untuk berangkat bekerja, Ahmad menggunakan sepeda, menempuh jarak 16,6 KM (sekitar 110 menit) dari Desa Kiara Payung, Banten ke Dadap, Kosambi, Tangerang. Sudah setahun lamanya, hal ini ia lakukan. Setiap hari ia berangkat pagi-pagi dari rumahnya, agar tepat waktu tiba di pabrik serta demi mengurangi pengeluaran yang sudah tidak sanggup ia tanggung.

“Sebelum bekerja di Dadap, saya bekerja di pabrik di daerah Jelambar, Jakarta Barat. Itupun juga saya berangkatnya dengan sepeda,” ujar Ahmad.

Ahmad tinggal bersama keempat anaknya dan ibunya yang sudah berusia lanjut yang menderita katarak. “Sudah lama (kataraknya) enggak tahu mau diobatin kemana. Sudah dibawa berobat kemana-mana, tapi enggak sembuh juga. Sekarang sudah tidak bisa melihat dengan jelas,” terang Ahmad sedih, melihat ibunya yang sudah tidak bisa melihat dengan baik dan sulit beraktivitas apalagi membantu menjaga anak-anaknya yang masih kecil.


Personil TNI dan relawan memberikan penghiburan kepada warga yang terharu mendapat paket sembako.

Di rumah yang beratapkan genteng dan berdindingkan bilik yang berukuran lebih kurang 6x4 Meter ini, mereka sekeluarga beraktivitas dan tidur. “Kalau tidur mah, ngemper (berbaring) di ruang keluarga. Itu sekeluarga tidur di sana,” jelas Ahmad.

Jika musim hujan tiba, maka ruangan yang ada didalamnya pasti basah, tapi apa daya, tidak ada lagi biaya yang tersisa untuk membetulkan rumah yang sudah tua dimakan usia dan cuaca.

Ahmad Sofyan adalah contoh bagaimana kehidupan warga kurang mampu di Desa Kiara Payung, Banten. Meski hidup di dalam kesusahan, tetapi ia tetap bersyukur masih diberikan kesehatan dan mampu menafkahi keluarganya.

Kembali Menjalin Silaturahmmi


Hok Cun (kanan) bersama, TNI dan Kepala Desa Kiara Payung Menyalurkan bantuan sampai ke tangan penerima.

Minggu, 30 Agustus 2020, tujuh relawan Tzu Chi kembali berkunjung ke Desa Kiara Payung, Paku Haji, Banten. Ong Hok Cun, salah seorang relawan komite Tzu Chi yang hadir di kegiatan, seakan kembali ke 25 Tahun yang lalu, tepatnya pada 1995 hingga 1997, yang mana ia dan beberapa relawan sempat mengadakan baksos kesehatan untuk warga di sana yang terkena TBC.

“Sekarang di Desa Kiara Payung sudah ada klinik, puskesmas yang letaknya tidak jauh jaraknya dari pemukiman, ini juga sangat membantu dari pemerintah. Hari ini, kita balik lagi, jika dilihat dari kondisi sosialnya, sekarang ini akses untuk jalan dan kehidupan warga sudah jauh lebih baik dari 24 tahun yang lalu,” ujar Ong Hok Cun.

Kunjungan kali itu, relawan tidak hanya mengunjungi tetapi juga melihat perkembangan apa saja yang terjadi di desa tersebut.

“Kepala desa di Kiara Payung sudah hampir empat generasi.  Di sini ternyata juga masih banyak warga kurang mampu yang menderita katarak dan tinggal di rumah yang layak huni,” terang Hok Cun ketika bersama relawan dan kepala desa berkeliling melihat kehidupan warga di daerah yang belum berkembang.


Anggota TNI dan relawan Tzu Chi menyusuri rumah demi rumah untuk menyalurkan bantuan hingga ke penerima.

Mudarip, Kepala Desa Kiara Payung merasa senang dan sukacita atas kunjungan relawan ke desanya. Apalagi mengetahui jika relawan Tzu Chi pernah singgah 24 tahun yang lalu untuk memberantas TBC di sana.

“Sangat bersyukur, jumlah warga yang menderita TBC masih ada tapi itu hanya empat orang saja, dan ada puskesmas tempat mereka berobat hingga sembuh,” terang Mudarip kepada para relawan yang hadir.

Ia pun mengucap banyak syukur, relawan tidak hanya datang berkunjung, tetapi juga memberikan bantuan sembako (5kg beras, 1 kg gula pasir, 1 liter minyak sayur, dan 10 mi instan) untuk warganya yang kebanyakan bekerja sebagai petani atau buruh dan perekonomian mereka turun terdampak Covid-19. Hari itu sebanyak 50 paket dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

“Terima kasih kepada relawan Buddha Tzu Chi, sudah hadir di desa kami untuk memberi bantuan (sembako) yang sangat dibutuhkan sekali oleh warga. Karena perekonomian warga turun drastis, terdampak Covid-19,” ungkap Mudarip.


Kondisi rumah Ahmad Sofyan yang sudah mulai rapuh akibat dimakan waktu dan cuaca.

Ahmad Sofyan, yang juga dikunjungi oleh relawan Tzu Chi merasa berbahagia karena ia selama tiga pekan sudah tidak bekerja, karena mengurus keluarga dan istrinya yang meninggal. Mendapat perhatian dan dukungan dari relawan, ia pun mengucap banyak syukur.

”Terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi. Bantuan ini sangat bermanfaat untuk kehidupan keseharian saya,” ungkap Ahmad Sofyan penuh syukur.

Dalam membagikan bantuan, relawan Tzu Chi bekerja sama dengan koramil 10/ Sepatan. Agus Halim Siregar, Danramil 10/Sepatan, menerangkan jika bantuan kali itu akan dibagikan ke beberapa desa, salah satunya ialah desa Kiara Payung.

“Rencananya kami akan menyalurkan bantuan sebanyak 20 paket bantuan ke desa Kiara Payung, dan sisanya akan dialokasikan ke beberapa desa sekitar yang juga terdampak ,” ucap Agus Halim.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Perhatian untuk Warga Desa Kiara Payung

Perhatian untuk Warga Desa Kiara Payung

02 September 2020

Para relawan Tzu Chi bersama anggota TNI menyalurkan bantuan sembako untuk warga kurang mampu di Desa Kiara Payung, Paku Haji, Banten, 30 Agustus 2020.

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -