Saatnya untuk Action

Jurnalis : Tjoa Susanto (Tzu Chi Batam), Fotografer : Tjoa Susanto (Tzu Chi Batam)


Para muda-mudi menyalurkan kecintaan mereka terhadap Bumi ke dalam sebuah poster pelestarian lingkungan.

Sadarkah kita bahwa bumi ini sudah dalam kondisi kritis? Baik udara, darat, maupun lautan sudah dicemari dengan limbah yang kita “ciptakan” setiap harinya. Setiap tahun, rakyat Indonesia menghasilkan sekitar 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik. Sekitar 0,4 sampai dengan 1,3 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan. Saatnya kita mulai aktif menunjukkan kepedulian kita terhadap bumi.

Demi mensosialisasikan Program WAVES (We Are Vegetarians and Earth Saviors), Tzu Ching kembali berkumpul di Aula Jing Si Batam pada Minggu siang, tanggal 17 November 2019. Ada sebanyak 25 orang peserta yang menghadiri sosialisasi kali ini.

Kegiatan diawali dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan dilanjutkan dengan bersama-sama mendengar ceramah Master yang berjudul Memandang ke Seluruh Dunia dan Menolong Semua Makhluk (普觀天下潤蒼生). Dalam video ini, Master Cheng Yen menyampaikan bahwa kondisi ekonomi Zimbabwe semakin terpuruk sejak belasan tahun lalu. Ini merupakan salah satu bencana kelaparan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia. Di negara-negara makmur, setiap hari ada berton-ton makanan yang terbuang sia-sia, sedangkan di negara-negara tertinggal, justru banyak orang yang menderita dan kelaparan. Intisari dari Ceramah Master Cheng Yen tersebut adalah kita harus instropeksi diri dan memperbaiki diri serta bertobat. Kita harus selalu bersyukur atas makanan yang kita miliki. Hendaknya kita mengkonsumsi secukupnya saja sehingga kita bisa menghemat uang dan membantu orang-orang yang membutuhkan.

 

Paulina, muda-mudi Tzu Chi Batam (Batam) menjelaskan arti perkataan Master Cheng Yen tentang Berawal dari Sepasang Tangan yang Bertepuk.


Peserta menyaksikan Ceramah Master Cheng Yen yang berjudul Memandang ke Seluruh Dunia dan Menolong Semua Makhluk.

Hidup Harmonis Bersama Bumi ialah tajuk dari materi yang dibawakan oleh Paulina, salah seorang anggota Tzu Ching Batam. Dalam sharingnya ia menjelaskan bahwa di Taiwan, setiap tahun didaur ulang lebih dari 4,6 Milyar botol plastik. Untuk memproduksi satu botol plastik air mineral, pabrik perlu menggunakan 17,5 kali lipat air bersih. Wadah makanan dan minuman sekali pakai memang memudahkan, namun menghasilkan sampah sangat sulit untuk didaur ulang. Ketika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah kehabisan ruang untuk menempatkan sampah-sampah tersebut maka pihak berwenang akan membakarnya. Mungkin kita mengira bahwa sampah yang kita buang tidak menganggu siapapun, tapi sesungguhanya kita telah secara tidak langsung “membunuh Bumi” beserta mahkluk yang hidup di dalamnya, termasuk kita sendiri. Pada akhir sharingnya Paulina bertanya, “Apakah masih ada cara untuk menyelamatkan bumi?” Dengan satu nada peserta menjawab, “Ada!”.

“Wow! Acara ini mengajarkan saya bukan hanya (alasan) kenapa kita perlu melestarikan Bumi, tetapi juga bagaimana kita bisa mendaur ulang plastik. Saya akan mengajak teman-teman saya juga untuk bersama-sama mengurangi sampah plastik,” kata Shervira, peserta yang baru pertama kali mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan.

“Saya sekarang pun sudah tidak lagi menggunakan sedotan plastik karena sudah beralih ke sedotan stainless. Sama membeli Tote Bag yang digunakan saat berbelanja,” tutur Wiriya, salah satu peserta yang telah menerapkan pola hidup yang ramah lingkungan.

 

Para peserta sedang melafalkan Yel-Yel 10 Jari Daur Ulang.


Relawan Tzu Chi Batam, Santoso menjelaskan tujuan pembuatan poster-poster pelestarian lingkungan.

Setelah mendengarkan materi dari Santoso, relawan Tzu Chi, seluruh peserta dan relawan diajak untuk membuat poster pelestarian lingkungan. Tujuan dari aksi ini ialah untuk menebarkan rasa peduli lingkungan ke tengah masyarakat. “Poster-poster nanti akan digunakan Minggu depan untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan di pasar-pasar,” kata Santoso.

Kegiatan berakhir setelah masing-masing kelompok menyelesaikan poster mereka masing-masing. Di penghujung acara, pembawa acara menekankan kembali bahwa tujuan diadakannya sosialisasi ini adalah untuk mendorong anak-anak muda untuk terlibat dalam gerakan pelestarian lingkungan. Bumi kita sudah sakit dan bencana-bencana yang sering terjadi ialah gejala-gejalanya. Inilah saatnya kita harus Action.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Saatnya untuk Action

Saatnya untuk Action

22 November 2019

Demi mensosialisasikan program WAVES (We Are Vegetarians and Earth Saviors), Tzu Ching kembali berkumpul di Aula Jing Si Batam pada Minggu siang, tanggal 17 November 2019. Ada sebanyak 25 orang peserta yang menghadiri sosialisasi kali ini.

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -