Tumpeng yang Penuh dengan Semangat Cinta

Jurnalis : Triana Putri (He Qi Utara 2), Fotografer : Jap Bon Qiun (HQU2)


Minggu, 17, November 2019, 10 orang relawan berkumpul di ruangan sekolah Minurul Islam untuk menghias nasi tumpeng yang akan diberikan kepada 10 warga Kamal Muara yang mendapatkan bantuan bedah rumah dari Tzu Chi.

Tumpeng dalam bahasa Jawa merupakan akronim dari sebuah kalimat ”yen metu kudu mumpeng” yang berarti ketika keluar kita harus sungguh-sungguh semangat. Tak heran jika nasi tumpeng dari dulu hingga saat ini sering dijadikan hidangan dalam suatu perayaan yang memiliki makna ucapan rasa syukur ataupun kebahagian. Sebab, makna tumpeng sendiri adalah baik, yakni ketika terlahir manusia harus menjalani kehidupan di jalan ini dengan semangat, yakin , fokus, tidak putus asa, dan tidak lupa harus tetap bersyukur.

Persiapan Tumpeng
Minggu,  17 November 2019, para relawan dari tim konsumsi komunitas He Qi Utara 2, Hu Ai Pluit Ai Xin sedang sibuk mempersiapkan 11 nasi tumpeng yaitu 1 tumpeng berukuran besar dan 10 tumpeng berukuran kecil. Pukul 08.00 saya melihat 10 orang relawan berkumpul di salah satu ruangan sekolah Minurul Islam. Salah satu ruangan di sekolah ini dipinjam dan digunakan untuk menyusun dan menghias nasi tumpeng yang akan diberikan kepada 10 warga Kapuk Kamal yang mendapatkan bantuan bedah rumah Kamal pagi itu. Saya melihat Beberapa relawan terlihat sangat semangat sekali karena mereka merasa sedang berbagi berkah dengan menghias nasi tumpeng tersebut. Mereka semua sangat terampil sehingga persiapan nasi tumpeng ini cepat selesai. Tak terasa pukul 08.45 WIB akhirnya nasi tumpeng selesai dan acara segera dimulai.


Rozanna Shijie, koordinator konsumsi dari komunitas Hu Ai Pluit Aixin (baju biru sebelah kiri) sedang mempersiapkan 10 nasi tumpeng ukuran kecil.

Pemotongan Tumpeng
Pemotongan nasi tumpeng melambangkan rasa syukur kepada Tuhan atas berhasilnya program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara sebanyak 10 rumah, dan sekaligus ini merupakan ungkapan ajaran hidup kebersamaan dan kerukunan antara relawan Tzu Chi dengan  warga Kamal Muara sebagai penerima bantuan. Pagi itu saya pun ikut menyaksikan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh ibu Liu Su Mei yang merupakan Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama warga Kamal Muara, Jakarta Utara. Saya sangat terharu melihat acara hari ini, dan saya merasa bersyukur karena saya bisa ikut menyaksikan dan juga bisa menjadi bagian dalam sejarah ini.

Perasaan Relawan


Gauw Tjhai Luan Shijie salah satu relawan (baju abu-abu) sedang mempersiapkan 1 nasi tumpeng ukuran besar bersama para relawan lainnya dengan penuh bahagia.

“Kami semua di sini menyiapkan nasi tumpeng ini dengan bergotong royong, jadi ada yang bagian menyiapkan nasi kuning, jamur cabe ijo, mi goreng, tempe orek, dan lain-lain. Jadi semua relawan dapat kebagian berkahnya. Dan para warga pun dapat menikmati rasa cinta dan ketulusan dari kami para relawan saat menyajikan nasi tumpeng gotong royong ini,” ungkap Rozanna Shijie yang merupakan PIC konsumsi dari komunitas Hu Ai Pluit Ai Xin.

Tidak hanya itu, salah satu relawan bernama Gauw Tjhai Luan (71) juga ikut bersumbangsih di pagi itu sebagai relawan konsumsi. Ia juga membawa bihun goreng dan bolu keju buatannya sendiri untuk dibagikan di acara ini. “Saya merasa sangat bahagia dan bersyukur karena di usia saya yang tidak muda lagi, saya masih bisa bermanfaat bagi orang banyak,” ucapnya.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Tumpeng yang Penuh dengan Semangat Cinta

Tumpeng yang Penuh dengan Semangat Cinta

27 November 2019

Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 1 mempersiapkan nasi tumpeng untuk acara Serah Terima Kunci Rumah Warga penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi di Kamal, Jakarta Utara, Minggu, 17 November 2019.

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -