Wajah Bahagia Menyambut Relawan Tzu Chi

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Hok Cun (kanan) bersama Daniel (tengah), relawan Tzu Chi Tangerang mengunjungi rumah Iding di Desa Jagabita, 19 Mei 2017. Mereka kerap kali menyempatkan waktu untuk datang ke rumah warga untuk menjalin silaturahmi dan tali persaudaraan.

Pagi agak pengap di Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor, cuaca mendung membuat angin tak berhembus sebagaimana mestinya. Namun walaupun pengap, rumah beratap biru milik Iding memberikan kesejukan tersendiri. Tanpa pendingin ruangan maupun kipas angin, lantai rumah itu sudah dingin, begitu pula dengan dindingnya yang belum sempat dicat. “Rumahnya adem ya pak,” kata relawan saat mengunjungi rumah Iding (19/5/17) disambut senyum dan anggukan Iding.

Sudah tiga bulan Iding menempati rumah barunya. Walau tidak mewah, namun rumah itu dianggapnya lebih dari cukup, melebihi angan-angannya. “Ada kamar mandi di dalam, jadi saya nggak susah lagi,” katanya kembali tersenyum.

Kamar mandi di dalam rumah memang menjadi nilai plus rumah Iding dibanding rumah warga Jagabita lainnya. Relawan Tzu Chi sengaja membuatnya khusus untuk Iding mengingat kondisi pria kelahiran 1983 tersebut sangat terbatas. “Ini berkaitan dengan kondisi Pak Iding yang cacat karena kecelakaan kerja. Dulu dia harus ngesot untuk ke kamar mandi yang ada di luar rumahnya. Kondisi rumah dan kamar mandinya pun memprihatinkan,” jelas Hok Cun, relawan pendamping Program Bebenah Rumah di Jagabita.

Dengan kondisi terbatas, Iding tetap berusaha merawat rumah barunya. Ia amat bersyukur bisa menempati rumah yang layak setelah kurang lebih 2 tahun menempati gubuk yang tak terawat.

doc tzu chi

Eli tertawa gembira mendapat kunjungan dari relawan Tzu Chi. Ia merasa dianggap seperti keluarga sendiri karena relawan kerap mengunjunginya.

Mendampingi proses pengerjaan rumah di Jagabita sejak awal, Hok Cun tahu betul seperti apa rumah Iding dulunya. “Lebih mirip kandang kambing,” katanya singkat. Di gubuknya, Iding sempat tinggal selama hampir dua tahun. Ia hanya tidur dan sesekali ke luar gubuk ketika ingin pergi ke toilet atau musala. Tak banyak yang bisa ia lakukan. Kondisi psikisnya pun carut marut. Beruntung ia bertemu relawan Tzu Chi.

Sejak sebelum rumah Iding dibangun, Hok Cun dan relawan Tzu Chi Tangerang lainnya kerap mengunjunginya. Mereka membawakan tongkat untuk memudahkan Iding berjalan, walaupun ternyata permasalahan syaraf membuatnya tidak bisa berjalan dengan tongkat. Relawan juga sering membawa sembako ke rumah Iding. Pendampingan demi pendampingan dilakukan oleh relawan. Dalam tiap pertemuan, Hok Cun juga selalu memberikan motivasi dan semangat untuk Iding.Kini setelah ia menempati rumah barunya, relawan masih sering datang berkunjung untuk menjaga hubungan dan terus mendampingi penerima bantuan.

Bagi Hok Cun, pendampingan untuk penerima bantuan merupakan hal yang sangat penting. “Dari pendampingan, kita tahu kondisi orang yang kita bantu. Apa yang kurang, apa yang meraka butuhkan,” ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa melalui pendampingan relawan juga bisa berbagi kisah dan saling menginspirasi satu sama lain. “Berbagi semangat, memotivasi, dan rasa syukur,” imbuhnya.

Relawan Tzu Chi mengunjungi wilayah Jagabita untuk memastikan kondisi penerima bantuan Program Bebenah Rumah Jagabita.

Relawan Tzu Chi memantau pembangunan tahap 4 rumah di Desa Jagabita. Di tahap 4 ini, ada 8 rumah yang tengah dalam tahap pembangunan.

Para penerima bantuan yang dikunjungi relawan pun mengaku senang. “Sudah pasti senang dan salut sama relawan yang nggak pernah bosan membantu kami sejak awal sampai sekarang,” tutur Iding. Hal ini juga dirasakan oleh Eli, penerima bantuan bedah rumah lainnya. “Senang dikunjungin lagi, jadi dianggap keluarga dan berasa deket sama relawan,” ungkapnya disertai tawa.

Sedikit berbeda dengan Iding, Eli bersama Sumina, suaminya sudah lama sekali mendamba rumah yang layak. Namun memang susah mengumpulkan uang untuk keluarga karena kebutuhan sehari-hari menuntut untuk dipenuhi. “Dulu kalau hujan baskom di mana-mana, atapnya bocor semua,” ucap Eli. Matanya juga sedikit berkaca karena mengingat cibiran tetangga. “Pikirannya dulu nggak tenang, tidur nggak nyenak, malu,” imbuh ibu 8 anak ini.

Motivasi dari relawan yang terus hadir akhirnya memulihkan perasan Eli. Relawan juga kerap menceritakan kisah penerima bantuan lain untuk menginspirasi mereka.

“Di kampung sebelah, Bu. Ada namanya Pak Iding. Dia nggak bisa jalan, hidup sendiri, belajar mandiri. Rumahnya lebih parah dulunya. Jadi Bu Eli harus bisa lebih bersyukur,” tutur Hok Cun. “Iya Pak. Sekarang saya sudah bersyukur sekali. Doa saya dan keluarga terkabul. Senang hati saya, tenang pemikiran saya,” sahutnya.

Melalui Program Bebedah Rumah ini, Hok Cun mengharapkan bukan hanya penerima bantuan yang bisa terinspirasi namun juga relawan. “Sehingga kita tidak hanya membangun materialnya tapi membangun semangatnya penerima bantuan dan kita semua.”

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Wajah Bahagia Menyambut Relawan Tzu Chi

Wajah Bahagia Menyambut Relawan Tzu Chi

22 Mei 2017
Relawan Tzu Chi Tangerang mengunjungi rumah penerima bantuan dalam Program Bebenah Rumah di Desa Jagabita, 19 Mei 2017. Relawan kerap kali menyempatkan waktu untuk datang ke rumah warga untuk menjalin silaturahmi dan tali persaudaraan.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -