Ceramah Master Cheng Yen: Antarumat Beragama Hidup Rukun dan Melakukan Kebajikan Bersama


“Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Saya benar-benar merasa sangat puas dan bahagia. Di masa lalu, kapan pun hujan, rumah saya tergenang dan atap bocor. Air membanjiri bahkan mencapai pinggang orang dewasa,” kata Kariyah, seorang warga.

Sejak bergabung dengan Tzu Chi, insan Tzu Chi Indonesia mempraktikkan semangat Tzu Chi. Meski mayoritas warga Indonesia adalah umat Islam, tetapi para relawan kita bisa menghormati agama lain. Mereka juga menyerap ajaran saya dengan keyakinan yang teguh dan mempraktikkannya untuk mencapai tujuan bersama. Terhadap organisasi keagamaan lain, mereka juga mencurahkan cinta kasih.

Di Pademangan Barat, Jakarta, terdapat sebuah kawasan kumuh. Insan Tzu Chi juga membangun tekad untuk membangun kembali rumah warga. Namun, itu tidaklah mudah. Saat relawan kita pergi ke sana, sikap warga tidaklah bersahabat. “Mengapa tiba-tiba kalian mau datang membantu kami? Kalian pasti punya tujuan tertentu. Apakah kalian ingin mengubah keyakinan kami?” Mereka merupakan umat Islam yang taat dan sangat melindungi agama mereka.


Berhubung Tzu Chi merupakan organisasi Buddhis, maka mereka meragukan tujuan relawan kita dan bersikap tidak bersahabat. Namun, relawan kita telah bertekad. Saya memberi tahu mereka untuk memiliki rasa senasib dan sepenanggungan. Saat turun hujan gerimis, rumah sebagian warga tergenang air karena tidak memiliki atap dan temboknya telah rusak parah. Kita berharap dapat memperbaiki lingkungan tempat tinggal mereka. Kita tidak memiliki pamrih, hanya ingin memperbaiki kehidupan mereka.

“Master menyuruh kami untuk menolong orang-orang di sekitar yang membutuhkan. Jadi, kami menjangkau kawasan ini. Awalnya, saat kami pergi ke sana, sikap warga tidak bersahabat. Namun, kami tetap menjalankan tugas kami. Kami ingin membantu warga membangun kembali rumah mereka. Di kawasan dengan penduduk terpadat itu, kami membangun hampir 400 unit rumah. Namun, ada lebih dari 5.000 orang yang mengambil celengan bambu. Bayangkanlah betapa besarnya perubahan warga setempat. Master berkata bahwa asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Jangan pernah memikirkan apa yang akan kita peroleh dengan bersumbangsih. Kita hanya bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan bertindak secara nyata, kita baru bisa membawa perubahan dan memperoleh pencapaian yang tidak terduga,” ujar Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia.

Kita perlahan-lahan melakukan pendekatan sehingga warga dapat memahami Tzu Chi. Setelah relawan kita membangun kembali hampir 400 unit rumah, ada lebih dari 5.000 orang yang mengambil celengan bambu kita. Mereka menerima celengan bambu kita dengan cinta kasih.

Mereka bukan hanya bersedia menerima, melainkan menyukai semangat celengan bambu. Jadi, satu keluarga bisa meminta beberapa celengan bambu. Baik tua maupun muda, semuanya berdonasi dengan penuh sukacita dan tahu bahwa berbuat baik hendaknya menjadi tujuan semua orang tanpa memandang perbedaan agama.


Setiap agama mengajari orang-orang untuk saling mengasihi dan bersumbangsih demi umat manusia. Melihat orang-orang menerima celengan bambu, saya sangat tersentuh. Sejak tahun 2008, warga di kawasan ini membangun kepercayaan terhadap Tzu Chi dan banyak yang bergabung dengan Tzu Chi. Kisah yang menyentuh sungguh sangat banyak. Ini berkat adanya kerukunan antarumat beragama dan pendampingan jangka panjang yang penuh cinta kasih.

Kita juga bisa mendengar apa yang Bapak Sugianto Kusuma katakan. “Buddha mengajarkan tentang Empat Kebenaran Mulia. Untuk memahami penderitaan, kita tidak harus memahami isi Sutra. Kita cukup memasuki pintu kebajikan. Dengan menapaki jalan kebajikan, kita perlahan-lahan akan memahaminya. Master telah membentangkan jalan sesuai Sutra Bunga Teratai agar kita bisa memahaminya. Semua isi ceramah Master berasal dari isi Sutra. Jadi, saya bisa memahami setiap ceramah Master. Contohnya kali ini, Master mengulas tentang Dharma yang berkondisi dan tak berkondisi. Saya bisa langsung memahaminya karena telah merasakannya secara langsung”.

Benar, saya sering berkata demikian. Setiap orang hendaknya memahami Empat Kebenaran Mulia, lalu menapaki jalan kebenaran. Jika kita hanya memahami penderitaan, tetapi tidak bersumbangsih secara nyata, maka orang-orang yang menderita tidak akan tertolong. Kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menolong orang yang membutuhkan. Insan Tzu Chi Indonesia sungguh telah menolong banyak orang.

Pascagempa kali ini, insan Tzu Chi juga bekerja keras untuk mengirimkan barang bantuan. Mereka mengatasi berbagai kesulitan dan berusaha semaksimal mungkin. Selain mencurahkan perhatian di Makassar yang lebih dekat dengan Jakarta, mereka juga berusaha untuk mengirimkan barang bantuan ke lokasi bencana yang jauh dari Jakarta.

Kita bisa melihat kekuatan mereka dalam menyalurkan bantuan. Banyak relawan yang bergerak untuk menolong korban bencana. Namun, saya tetap berharap insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat mengembangkan kekuatan cinta kasih. Yang terpenting bukanlah materi yang terkumpul. Tujuan utama kita adalah menginspirasi cinta kasih orang-orang dan mengingatkan mereka untuk mawas diri dan tulus. Ini demi menyucikan hati manusia.


Kita menggenggam jalinan jodoh ini untuk menginspirasi kekuatan cinta kasih. Saya sangat bersyukur hingga kini, relawan di 25 negara dan wilayah telah terjun ke tengah masyarakat dengan dua tujuan. Pertama-tama, kita menyampaikan bahwa tidak peduli donasi besar ataupun kecil, dengan turut mencurahkan cinta kasih, kita bisa menginspirasi cinta kasih orang lain.

Kedua, kita ingin membangkitkan kewaspadaan orang-orang karena bencana yang terjadi di dunia ini berkaitan dengan semua orang. Kita berharap setiap orang di setiap negara dapat menghargai setiap hari yang dilalui dengan tenteram dan penuh berkah. Selain menyadari berkah, kita juga harus menciptakan berkah dan menggenggam jalinan jodoh untuk mengimbau orang-orang membangkitkan ketulusan.

Ketulusan ini bisa dimulai dari bervegetaris. Selain menggalang cinta kasih, kita juga berharap orang-orang memahami bahwa karma buruk kolektif semua makhluklah yang memicu terjadinya perubahan iklim yang ekstrem. Inilah yang harus kita lakukan selangkah demi selangkah. Setelah bersumbangsih dan melenyapkan penderitaan, kita juga harus berbagi Dharma. Meski berbeda-beda agama, antarumat beragama bisa hidup rukun dan melakukan segala kebajikan bersama. Tanpa memandang perbedaan agama dan ras, semua orang bisa hidup rukun dan melakukan kebajikan bersama.

 

Bersumbangsih dengan tekad yang teguh

Menapaki jalan kebenaran tanpa pamrih

Menggenggam jalinan jodoh untuk menginspirasi cinta kasih dan menyucikan hati

Antarumat beragama hidup rukun dan melakukan kebajikan bersama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 11 Oktober 2018
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -