Ceramah Master Cheng Yen: Berdoa demi Ketenteraman Dunia dan Berusaha Sadar dari Kegelapan Batin

Meski kita berada di dunia yang sama, tetapi iklim di setiap daerah berbeda. Kebakaran hutan terjadi di Australia. Kebakaran juga telah merusak Hutan Amazon. Ini membawa pengaruh pada iklim di dunia. Kebakaran ini merupakan bencana alam akibat karma kolektif semua makhluk. Ini bermula dari penggundulan hutan yang merusak hutan dan tanah. Akibat karma kolektif semua makhluk, satu per satu bencana terjadi. Tentu, ini adalah akumulasi karma dalam jangka panjang.

Dalam Sutra Bunga Teratai bab Perumpamaan, Buddha mengisahkan sebuah perumpamaan kepada murid-murid-Nya tentang seorang ayah yang berkata kepada anaknya bahwa bencana di dunia bagaikan rumah yang dipenuhi setan, hewan beracun, dan kebakaran yang meluas serta berbagai penderitaan yang tiada habisnya. Saya pernah membahas Bab Perumpamaan ini dalam ceramah saya. Buddha berkata kepada murid-murid-Nya tentang penderitaan dan bencana yang akan dialami semua makhluk  pada masa mendatang, yakni setan dan hewan beracun yang tidak kasatmata dan tidak bisa diraba. Bencana seperti ini akan terus menyebar di dunia.

Kebakaran juga akan meluas dan berkepanjangan. Bencana kebakaran ini akan terus meluas dan berlanjut. Manusia tidak mampu memadamkannya. Ini adalah perkataan Buddha pada lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Beliau juga mengatakan bahwa penderitaan semua makhluk tiada habisnya. Berbagai penderitaan dan bencana akan terus terjadi dan terus berlangsung. Inilah yang dibahas dalam Sutra Bunga Teratai bab Perumpamaan.

 

Jika kalian mengikuti ceramah saya, saya membahas Bab Perumpamaan dalam waktu yang panjang. Mari kita mengingat kembali perkataan Buddha ini. Sebenarnya, Dharma yang dibabarkan Buddha sangat cocok dengan keadaan saat ini. Jadi, kita harus percaya akan Dharma yang dibabarkan Buddha. Saat ini merupakan masa kekeruhan dunia atau kemunduran Dharma yang dipenuhi kegelapan batin. Saat Dharma memudar di dunia ini, banyak manusia yang dirundung kegelapan batin.

Meski manusia mendengar Dharma, apakah Dharma itu diserap ke dalam hati? Dalam dunia yang penuh lima kekeruhan ini, batin manusia menjadi keruh dan kotor serta dipenuhi noda dan kegelapan batin. Noda batin yang meliputi ketamakan, kebencian, dan kebodohan kekeruhan dalam pikiran manusia menjadi sangat tebal. Karena itu, bencana kerap terjadi.

Pikiran manusia bergejolak dan kehilangan arah. Kini, pikiran manusia tidak dapat tenang dan terus bergejolak. Akibat ketamakan, kebencian, dan kebodohan, meski manusia mendengarkan Dharma, tetapi keyakinannya tidak terbangkitkan. Pikiran manusia yang terus bergejolak mengakibatkan manusia kehilangan arah. Akibatnya, banyak bencana yang terus terjadi dan terus berlanjut.

Manusia telah mengakumulasi karma dalam jangka waktu yang panjang. Saya selalu khawatir karena sepertinya berbagai masalah terjadi secara berantai di dunia.

 

Bumi telah jatuh sakit. Kapankah Bumi akan pulih dari penyakit? Ini masih membutuhkan waktu yang panjang karena manusia masih belum tersadarkan, masih belum ingin mencari arah yang benar, dan masih tersesat. Kini bencana mulai terjadi secara beruntun. Saat menonton berita setiap hari, saya melihat banyak negara di dunia yang dilanda gempa, kebakaran, badai, dan banjir.

Wabah koronavirus juga sedang merebak. Perebakan wabah ini telah meluas ke berbagai daerah dan negara. Demikianlah penderitaan dalam kehidupan. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan kepada semua makhluk bahwa  ada banyak penderitaan di dunia. Dari mana penderitaan berasal? Dari karma buruk yang diciptakan semua makhluk. Banyaknya karma buruk dan penyimpangan oleh manusia mengakibatkan penderitaan.

Orang yang menciptakan karma buruk harus menerima akibat berupa penderitaan. Karma buruk kolektif yang tercipta mengakibatkan dunia yang tidak tenteram. Pada saat terjadi Gempa 921, saya berkata, "Kesedihan ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata." Melihat bencana yang terjadi, saya berempati dan turut merasakan penderitaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Inilah yang saya katakan di Taichung pada saat itu.

 

Kini saya merasakan kekhawatiran yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bukan hanya itu, hal yang ingin saya ungkapkan  juga tidak dapat saya utarakan. Hati saya terasa sakit dan saya sangat khawatir atas wabah kali ini. Jika manusia tidak membangkitkan ketulusan, ini tentu sangat mengkhawatirkan. Kita harus mengimbau orang-orang untuk melakukan tindakan nyata.

Kita harus meneladani hati Buddha yang tidak sampai hati melihat semua makhluk menderita dan berdoa dengan tulus demi ketenteraman dunia. Untuk menunjukkan ketulusan ini, kita harus bervegetaris. Ini merupakan tindakan nyata. Selain sepaham dan sepakat, saat ini kita harus mengambil tindakan bersama untuk menciptakan perubahan. Harap semua orang dapat senantiasa bersungguh-sungguh.

Penderitaan terjadi secara beruntun pada masa kemunduran Dharma
Kegelapan batin mengakibatkan pikiran bergejolak
Kekhawatiran sulit diungkapkan dan kesadaran manusia dinantikan
Pola hidup vegetaris harus dipraktikkan dengan tulus

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Februari 2020
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 22 Februari 2020

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -