Ceramah Master Cheng Yen: Berdoa demi Semua Makhluk

Tahun lalu, terjangan Siklon Idai membawa dampak bencana bagi beberapa negara di Afrika Timur.

Pascasiklon, insan Tzu Chi Afrika Selatan pergi ke Malawi untuk memberikan bantuan. Di Zimbabwe, Relawan Zhu dan relawan lainnya juga mulai membagikan bantuan. Bagaimana dengan di Mozambik? Berhubung dampak bencana di sana sangat luas dan serius, insan Tzu Chi dari berbagai negara pergi ke sana untuk memberikan bantuan. Baksos kesehatan berskala besar juga diadakan di sana. Penyaluran bantuan di Afrika berlangsung lama.

Pascasiklon, saya juga terus mengimbau orang-orang untuk memberikan bantuan pada korban bencana. Saya pernah berkata, “Saat membuka mata, saya melihat alam manusia. Saat memejamkan mata, saya melihat alam neraka.” Saat memejamkan mata, saya selalu terbayang kondisi para korban bencana yang menderita dan memilukan. Karena itulah, saya berkata, “Saat memejamkan mata, saya melihat alam neraka. Saat membuka mata, saya melihat alam manusia.” Saya terus mengimbau orang-orang untuk memberikan bantuan.

Saya sangat bersyukur saat itu, relawan di lebih dari 50 negara dan wilayah menggalang hati dan cinta kasih demi menyalurkan bantuan ke Afrika. Saya ingat bahwa saat itu, dampak bencana sangatlah serius dan para korban bencana sangat menderita. Saya juga ingat bahwa saat itu, ada banyak insan penuh cinta kasih yang dengan antusias menyambut seruan kita untuk berdonasi sesuai kerelaan masing-masing, baik 50 maupun 100 dolar NT.

 

Relawan kita juga mengadakan bazar dan menyumbangkan isi celengan bambu mereka. Semua orang yakin bahwa himpunan tetes demi tetes cinta kasih dapat menyelamatkan orang-orang yang menderita di Afrika.

Pada tanggal 14 Maret, dalam rangka setahun berlalunya Siklon Idai, relawan di Mozambik mengadakan doa bersama. Mereka juga memainkan sandiwara. Pada malam Siklon Idai menerjang, guyuran hujan deras menimbulkan banjir. Seorang perempuan mencoba membangunkan suaminya, tetapi tidak bisa. Lalu, rumahnya runtuh dan suaminya tewas. Perempuan itu sangat sedih. “Mengapa saya begitu menderita? Bagaimana saya membebaskan diri dari penderitaan ini?” Kemudian, relawan kita menghiburnya dan berbagi ajaran Tzu Chi dengannya.

Relawan kita mengajarinya untuk mempraktikkan tujuh jenis dana. Berhubung hidup kekurangan, dia bisa mempraktikkan tujuh jenis dana. Tujuh jenis dana itu tidak membutuhkan uang. Contohnya, memapah orang yang mengalami keterbatasan gerak, membantu orang mengangkat barang yang berat, menuntun orang yang tidak bisa melihat, dan sebagainya. Dia juga mengimbau orang-orang untuk membangkitkan cinta kasih.

Dalam waktu singkat, cinta kasih banyak orang terbangkitkan dan mereka turut membantu untuk membangun rumah baginya. Relawan di sana sungguh bijaksana. Di atas tanah berpasir itu, mereka memainkan sandiwara dengan hidup lewat bahasa tubuh mereka. Selain itu, mereka juga selalu mengingat cinta kasih Tzu Chi.

 

Di Mozambik, terdapat sekelompok orang yang memiliki hati yang murni dan baik meski hidup di tengah penderitaan karena kekurangan dan dilanda berbagai bencana. Mereka beranjali untuk menunjukkan ketulusan dan cinta kasih mereka. Sesungguhnya, apa nilai kehidupan kita?

Dunia ini penuh dengan bencana. Empat unsur alam sudah tidak selaras dan iklim tengah mengalami perubahan. Ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin menimbulkan banyak bencana. Saat unsur alam tidak selaras, bencana alam akan terjadi. Kita hendaknya bersyukur atas kehidupan kita yang tenteram.

Sebagai wujud rasa syukur, kita harus bertindak secara nyata. Agar semua orang hidup tenteram, kita harus bersatu hati untuk bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan. Lihatlah pakaian yang diterima anak-anak. Meski ukuran pakaian yang diterima belum tentu pas, mereka sudah sangat gembira.

Bodhisatwa sekalian, kita harus menyadari berkah. Orang yang dipenuhi berkah harus lebih banyak menciptakan berkah dan berdoa bagi dunia.

Merespons perebakan COVID-19, relawan di Mozambik juga memberikan imbauan, seperti jangan berkumpul dalam jumlah banyak dan menutup mulut saat batuk. Relawan kita juga mengajari mereka bagaimana menggunakan siku untuk menutup mulut saat batuk dan bagaimana cara mencuci tangan. Mereka bersungguh-sungguh mempelajari dan mempraktikkannya.


Semoga wabah ini segera berlalu agar semua orang dapat hidup tenang dan tenteram. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh menjaga kesehatan diri sendiri dan menaati aturan. Meski menjauhi keramaian, dan menaati aturan, kita tetap bisa menginspirasi orang-orang.

Ambillah ponsel masing-masing untuk menghubungi orang yang bisa dihubungi guna mengajak setiap orang berdoa Bersama dan bervegetaris setiap hari. Mari kita jalani kehidupan dengan tulus. Saya juga ingin mengimbau orang-orang untuk membaca buku yang baik dan mendengar Dharma.

Janganlah kita panik karena berdiam di rumah. Kita harus melakukan kegiatan spiritual dan interaksi antarsesama yang positif. Meski tidak boleh meninggalkan rumah, kita bisa memanfaatkan teknologi untuk menyemangati dan menghibur satu sama lain.

Waktu terus berlalu. Semoga seiring berlalunya waktu, wabah ini juga segera berlalu.

Kita harus senantiasa membangkitkan ketulusan dan kekuatan cinta kasih, saling membantu, saling mengasihi, dan berdoa dengan tulus. Mari kita lebih bersungguh hati setiap waktu.

Menolong korban bencana yang menderita di Afrika
Menghargai, meyakini, dan mempraktikkan Dharma dengan pikiran yang murni
Mewaspadai wabah dan jangan panik
Berdoa demi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Maret 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 20 Maret 2020
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -