Ceramah Master Cheng Yen: Bersama-sama Merasakan Kebahagiaan dalam Dharma dan Keagungan


Hari Minggu kedua di bulan Mei setiap tahunnya adalah Hari Ibu. Hari Kelahiran Buddha di Taiwan juga diperingati pada hari yang sama. Kebetulan, 55 tahun lalu, Tzu Chi didirikan juga sekitar tanggal tersebut menurut penanggalan Imlek.

Di kemudian hari, untuk memudahkan insan Tzu Chi di seluruh dunia untuk memperingati ulang tahun Tzu Chi, kita pun menetapkan hari Minggu kedua di bulan Mei sebagai Hari Tzu Chi Sedunia. Bagi insan Tzu Chi, ini adalah hari yang penuh sukacita dan sangat penting. Semua orang bersatu hati menyambut Hari Tzu Chi Sedunia ini.

Melihat upacara kemarin, saya juga sangat bersyukur. Orang-orang di lapangan Aula Jing Si Hualien sangat rapi. Selain itu, pemandangan yang saya lihat membuat saya sangat bersyukur dan terharu. Para anggota Sangha dari berbagai vihara juga turut menghadiri upacara itu. Saya terharu melihat kita tersambung dengan Vihara Lungshan secara daring.

Vihara Lungshan di Taipei adalah vihara kuno berusia dua hingga tiga ratus tahun. Direktur Vihara Lungshan yang menjabat saat ini juga pernah datang berkunjung. Saya pernah mengatakan kepada beliau tentang pentingnya menyosialisasikan vegetarisme. Buddha Sakyamuni adalah seseorang yang tercerahkan yang merupakan tokoh historis dan diakui oleh sejarah. Jadi, dalam rangka memperingati kelahiran Beliau, kita harus mewujudkan kemurnian dan keagungan.
 

Tahun ini saya melihat upacara digelar dengan agung. Dengan kemurnian dan keagungan, upacara tersebut digelar. Begitu pula di Vihara Chan Linji Huguo. Vihara itu adalah tempat saya menerima sila bhiksuni pada lebih dari 50 tahun yang lalu. Vihara itu juga disebut sebagai ladang pelatihan pertobatan. Itulah tempat saya menerima Upasampada.

Kali ini kita juga melihat para anggota Sangha di Vihara Chan Linji Huguo memimpin khalayak ramai untuk mengikuti upacara secara daring. Anggota Sangha dari Vihara Linji Huguo, Vihara Lungshan, dan beberapa vihara lainnya bersama-sama memimpin upacara pada hari itu.

Ajaran Buddha di dunia bermula dari ajaran Buddha Sakyamuni yang telah dipraktikkan selama lebih dari 2.500 tahun hingga hari ini. Kita melihat para anggota Sangha memimpin para umat Buddha untuk memperingati Hari Waisak dengan tulus dan sukacita. Semua ini sangat menyentuh. Saat menyaksikannya kemarin, saya juga sangat terharu dan benar-benar merasakan sukacita dalam Dharma.

Ajaran Buddha telah dikumandangkan di dunia. Para anggota Sangha memimpin para umat untuk mengabdi demi ajaran Buddha, demi semua makhluk sehingga semua makhluk dapat melihat keagungan ajaran Buddha. Bayangkan, bagaimana bisa saya tidak terharu? Bagaimana mungkin saya tidak bersyukur? Terima kasih kepada para anggota Sangha dan sesepuh yang telah memimpin khalayak ramai di seluruh dunia untuk tekun dan bersemangat berlatih di jalan Buddha.

Menurut laporan yang saya terima, ada 49 negara yang mengikuti upacara Waisak secara serentak dalam jaringan kemarin. Semua orang bersatu hati dan berdoa bersama dengan tulus. Suara hati yang tulus ini tentu terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa.


Yang kita lihat saat ini adalah para relawan lokal di Mozambik. Saya sungguh memuji mereka dari lubuk hati terdalam. Mereka adalah Bodhisatwa sejati. Mereka berusaha secara maksimal untuk mengikuti upacara Waisak kali ini. Mereka begitu tulus. Mereka berkumpul bersama untuk mengikuti upacara. Tempat tinggal mereka berjarak jauh dari lokasi upacara. Sebagian relawan bahkan harus menempuh puluhan kilometer untuk tiba ke Rumah Tzu Chi kita di sana.

Kemarin, orang yang menyumbangkan lahan ini, Bapak Chen, juga datang ke Griya Jing Si bersama keluarganya. Begitu pula dengan relawan kita, Denise Tsai. Melihat pemandangan itu, kita sangat terharu. Saya berkata, "Bapak Chen, berkat tekad yang Anda bangun untuk menyumbangkan lahan, lihatlah, kini lahan itu benar-benar bermanfaat dan mengubah orang-orang yang kurang mampu menjadi kaya batin."

Mereka kini dapat menolong orang lain. Tekad mereka untuk menolong orang lain selalu ada setiap saat. Bayangkan, bukankah mereka adalah Bodhisatwa?

Saya memuji mereka dengan sebutan Bodhisatwa. Mereka begitu tulus dalam menghimpun kekuatan. Mereka sendiri hidup dengan sederhana dan hemat. Mereka rela bekerja keras untuk menghasilkan sedikit uang. Bagi saya, ini sungguh berharga. Dari sini, saya teringat akan ajaran Buddha.

Asalkan kita semua dapat terus menyerap semangat dan ajaran Buddha dan sungguh-sungguh menyebarkannya, ini tentu dapat menginspirasi orang lain sehingga mereka dapat menerimanya dan membangkitkan empati. Inilah yang disebut menyucikan hati manusia. Jadi, ini sungguh berharga.
 

Kemarin, di kantor Tzu Chi di Taiwan Utara, Tengah, dan Selatan juga diadakan upacara Waisak dengan skala yang lebih kecil tanpa melanggar protokol kesehatan. Orang-orang tetap menjaga jarak fisik dengan baik. Mereka dengan tulus menunjukkan keagungan ajaran Buddha di dunia lewat upacara yang indah. Semua ini diadakan kemarin. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih.

Pertama-tama, saya hendak berterima kasih kepada para anggota Sangha yang memimpin orang-orang di seluruh dunia untuk menampilkan keagungan Buddha, Dharma, dan Sangha di dunia. Berikutnya, saya berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang telah menunjukkan keindahan dalam upacara serta keindahan dalam kehidupan sehari-hari. Kita semua bersama-sama berdoa dengan tulus untuk ketenteraman dunia. Saya sangat bersyukur atas upacara satu jam kemarin.

Biarlah yang telah berlalu selalu ada dalam ingatan kita dan tetap bertahan hingga masa depan. Kita harus berjalan di arah yang benar. Hal yang benar harus selalu kita ingat agar kita senantiasa melangkah di arah yang benar. Terima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi dan para staf empat badan misi Tzu Chi.

Bodhisatwa sekalian, kita harus membangun tekad dan ikrar yang bertahan selamanya dari kehidupan ke kehidupan. Terima kasih.

Mengingat tiga budi luhur dalam peringatan Hari Kelahiran Buddha
Bersama-sama merasakan kebahagiaan dalam Dharma, kemurnian, dan keagungan
Menghimpun karma baik bersama dan memberi persembahan berupa keharmonisan
Senantiasa menjalankan ikrar dengan tekun

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Mei 2021
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -